Nilai Visual Objek Wisata BahariSBE Pulau Sebesi

101 Gambar 23 Peta rekomendasi kesesuaian kawasan wisata bahari kategori diving dan snorkling Pulau Sebesi. Tabel 18. Rata-rata nilai visual objek wisata bahariSBE dalam kategori tinggi, dan rendah di Pulau Sebesi Photo 35 Photo 13 Skor f cf cp Z Skor f cf cp Z 1 35 1.0000 1 4 35 1.0000 2 35 1.0000 4.26 2 31 0.8857 1.20 3 35 1.0000 4.26 3 3 31 0.8857 1.20 4 35 1.0000 4.26 4 5 28 0.8000 0.84 5 35 1.0000 4.26 5 6 23 0.6571 0.40 6 3 35 1.0000 4.26 6 6 17 0.4857 -0.04 7 4 32 0.9143 1.37 7 6 11 0.3143 -0.48 8 10 28 0.8000 0.84 8 5 5 0.1429 -1.07 9 8 18 0.5143 0.04 9 0.0000 0.00 10 10 10 0.2857 -0.57 10 0.0000 0.00 п 35 Z = 22.98 п 35 Z =

2.07 Z =

2.55 Z =

0.23 SBE =

232.32 SBE = -0.03 Nilai visual objek wisata bahariSBE untuk seluruh photo dapat dilihat pada Lampiran 9. Skor tertinggi menunjukkan bahwa objek tersebut paling banyak dipilih sebagai objek yang indah, sedangkan skor rendah menggambarkan objek yang jelek tidak disukai. Hasil analisis nilai visual objek wisata bahariSBE menunjukkan bahwa terdapat 24 photo objek wisata bahari di lokasi penelitian masuk kategori tinggi dan 50 photo kategori sedang dan 12 photo kategori rendah. Kategori dan sebaran nilai visual objek wisata bahariSBE dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Kategori dan sebaran nilai visual objek wisata bahariSBE Kategori Sebaran Frekuensi Rendah 0.00 - 77.45 12 Sedang 77.46 - 154.91 50 Tinggi 154.92 - 232.37 24 Berdasarkan nilai visual objek wisata bahariSBE, objek yang paling besar daya tariknya adalah pada Stasiun Pulau Umang-umang. Nilai daya tarik masing- masing objek wisata bahari di Pulau Sebesi dapat dilihat pada Gambar 24. Secara umum penyebaran nilai daya tarik obyek wisata bahari di lokasi penelitian sangat variatif artinya bahwa nilai visual objek wisata bahariSBE tidak berada pada lokasi tertentu, mengingat aktivitas wisata bahari relative cukup dekat. Gambar 24 Nilai daya masing-masing objek wisata bahari di Pulau Sebesi. Nilai visual objek wisata bahariSBE pada lokasi tertentu kurang representatif untuk menjadi indikator popularitas suatu lokasi. Namun nilai visual objek wisata bahariSBE dapat dijadikan pedoman wisatawan lokasi-lokasi mana yang dapat ditawarkan untuk aktivitas wisata bahari kategori diving dan snorkling.

5.4. Daya Dukung Kawasan Pulau Sebesi

Pulau Sebesi memiliki luasan terumbu karang sebesar 25.650.700 m 2 256.51 ha. Kegiatan wisata bahari yang dapat dilakukan di Pulau Sebesi antara lain yaitu wisata bahari kategori diving dan kategori snorkling. Luas daerah terumbu karang yang dapat dimanfaatkan dalam kategori diving adalah 59.530 m 2 59.53 ha sedangkan kategori snorkling yaitu 622.320 m 2 62.23 ha. Hasil perhitungan daya dukung kawasan di Pulau Sebesi dapat dilihat pada Tabel 20. Daya dukung suatu kawasan adalah jumlah wisatawan suatu kawasan yang dapat diakomodasi dengan tingkat kepuasan wisatawan yang tertinggi dan berdampak minimal pada sumberdaya Lim 1998. Daya dukung merupakan cara menerapkan konsep dimana ada pembatasan dalam pemanfaatan sumberdaya. Hal ini untuk menjaga kelestarian sumberdaya secara berkelanjutan tanpa menimbulkan kerusakan sumberdaya dan lingkungan. Menurut Clark 1996 bahwa daya dukung yang ada lebih sering diterapkan sebagai batas kegiatan wisata. Tabel 20 Daya dukung kawasan di Pulau Sebesi kategori diving dan snorkling No Jenis Kegiatan DDK 1 Wisata diving 2.394 oranghari 2 Wisata snorkling 2.489 oranghari Sumber: Hasil olahan data primer Hasil dari analisis daya dukung kawasan DDK di Pulau Sebesi diperoleh bahwa kegiatan wisata bahari kategori diving yaitu 2.394 oranghari dan wisata bahari untuk kategori snorkling yaitu 2.489 oranghari. Menurut Scheleyer dan Tomalin 2000; Zakai dan Chadwick 2002 bahwa salah satu upaya dalam mengurangi tekanan dari aktifitas yang dapat merusak karang yaitu dengan cara membatasi waktu wisata diving dan snorkling. Daya dukung kawasan wisata diving dan snorkling pada satu kawasan konservasi sekitar 200.000 orangtahun300 hari Scura dan Van’t Hof in Davis dan Tisdell 1995.

5.5. Prioritas Arahan Strategi dan Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari

Proses A’WOT gabungan analisis berjenjang AHP dengan analisis SWOT pada penilitian ini untuk menentukan prioritas kebijakan kegiatan dan menentukan strategi pengembangan bagi pengembangan wisata bahari berbasis ekologi Pulau Sebesi dengan berdasarkan atas pendapat responden yang berkompeten. Adapun struktur hierarki penentuan pengembangan wisata bahari berbasis ekologi di Pulau Sebesi terdiri dari 4 tingkat. Tingkat pertama merupakan tujuan utama, tingkat kedua merupakan aspek dari komponen SWOT, tingkat ketiga merupakan kriteriadan tingkat keempat adalah kegiatan dalam pengembangan wisata bahari di Pulau Sebesi Provinsi Lampung. Proses analisis A’WOT berjenjang dapat dilihat dari gambar matrik pengembangan wisata bahari berbasis ekologi tiap kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan terumbu karang, upaya pencegahan kerusakan terumbu karang, peningkatan SDM, pengelolaan wisata terpadu, pemberdayaan masyarakat, penguatan peraturan dan kelembagaan. Dalam tahapan proses ini juga terdapat diagram nilai-nilai aspek kekuatan, kelemahan, peluang dan kelemahan. Masing-masing aspek tersebut diperoleh nilai-nilai kriteria masing-masing di tiap-tiap aspek sesuai persepsi stakeholder.