Pendapat Gabungan Masyarakat Prioritas Arahan Strategi dan Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari
Hasil dari pendekatan analisis A’WOT diperoleh berdasarkan diagram hierarki dan nilai keseluruhan pembobotan struktur hierarki penentuan kebijakan
pengembangan wisata bahari Pulau Sebesi lihat pada Gambar 30 menunjukan bahwa kekuatan nilai bobot 0.489 merupakan kriteria yang paling dikehendaki
oleh masyarakat, selanjutnya adalah kriteria peluang nilai bobot 0.333, kelemahan nilai bobot 0.109 dan ancaman nilai bobot 0.069 dalam kebijakan
pengembangan wisata bahari di Pulau Sebesi. Pada kriteria kekuatan, masyarakat menghendaki memprioritaskan
kebijakan pengembangan wisata bahari pada partisipasi masyarakat nilai bobot 0.467 dan aksesibilitas yang mudah nilai bobot 0.287 lebih besar, dibanding
sektor pengembangan wisata bahari pada kualitas perairan yang relatif baik nilai bobot 0.088 dan keanekaragaman karang dan ikan nilai bobot 0.079.
Pada kriteria kelemahan, gabungan pendapat masyarakat beranggapan bahwa kriteria yang berpotensi menjadi kelemahan dalam pengembangan wisata
bahari yakni rendahnya sumberdaya manusia nilai bobot 0.630 daripada lemahnya penegakan hukum nilai bobot 0.199 dibanding dengan kurang adanya
dukungan pemerintah nilai bobot 0.114 dan kurangnya koordinasi dan implementasi nilai bobot 0.057.
Pada kriteria peluang, pendapat gabungan masyarakat lebih memilih memprioritaskan dalam pengembangan wisata bahari yang lebih berpeluang
dalam target PEMDA Lampung Selatan nilai bobot 0.500 dibanding antara trigger PAD nilai bobot 0.427 dengan peluang dukungan dari LSM dan donator
nilai bobot 0.073. Sedangkan pada kriteria ancaman pengembangan wisata bahari di Pulau Sebesi, pendapat gabungan masyarakat lebih menitik beratkan
pada ancaman pencemaran nilai bobot 0.641 dibanding antara ancaman akan spesies yang dilindungi memiliki nilai ekonomi tinggi nilai bobot 0.293 dengan
degradasi SDA nilai bobot 0.067. Model hierarki kebijakan pengembangan wisata bahari di Pulau Sebesi dapat dilihat pada Lampiran 10.
Hasil analisis A’WOT yang menggabungkan semua pembobotan dari pendapat
gabungan masyarakat
tersebut menghasilkan
pilihan bahwa
kecenderungan pengembangan wisata bahari berbasis ekologi di Pulau Sebesi pilihan diarahkan pada kegiatan peningkatan SDM 23.8 dan pengelolaan
wisata terpadu 22.6. Pengembangan wisata bahari untuk kegiatan peningkatan SDM dan pengelolaan wisata terpadu memberikan dampak yang tinggi terhadap
aspek kekuatan 48.9 kemudian terhadap aspek peluang 33.3, aspek kelemahan 10.9 dan aspek ancaman 6.9.
Gambar 26 Hasil akhir prioritas pendapat gabungan masyarakat.
Enam alternatif kebijakan lihat Gambar 26 dalam pengembangan wisata bahari, antara lain: 1. Peningkatan SDM, 2. Pengelolaan wisata terpadu, 3.
Penguatan peraturan dan kelembagaan, 4. Pemberdayaan Masyarakat, 5. Pemanfaatan dan pengelolaan terumbu karang dan 6. Upaya pencegahan
kerusakan terumbu karang. Hasil analisis A’WOT memperoleh bobot prioritas dari enam alternatif tersebut seperti dijelaskan pada Tabel 21.
Tabel 21 Nilai bobot prioritas alternatif kebijakan pengembangan wisata bahari menurut pendapat gabungan masyarakat
No. Kriteria
Bobot Peringkat
1. Peningkatan SDM
0.238 1
2. Pengelolaan wisata terpadu
0.226 2
3. Penguatan peraturan dan kelembagaan
0.175 3
4. Pemberdayaan Masyarakat
0.161 4
5. Pemanfaatan dan pengelolaan terumbu karang
0.123 5
6. Upaya pencegahan kerusakan terumbu karang
0.076 6
Sumber: Hasil olahan data primer