mampu memberikan masukan terhadap PAD sejalan dengan penetapan Pulau Sebesi menjadi salah satu Objek Daerah Tujuan Wisata di Kabupaten Lampung
Selatan.
5.5.4.4. Komponen Ancaman Threats
Pemilihan komponen ancaman menjadi prioritas terakhir memperlihatkan bahwa seluruh stakeholder terhadap ancaman bagi sumberdaya Pulau Sebesi yang
ada bukan
sebagai situasi
yang sangat
menghambat dalam
kegiatan pengembangan wisata bahari. Disini terlihat bahwa seluruh stakeholder
menganggap masih
dapat diminimalisir.
Adapun komponen
yang dipertimbangkan dalam komponen ancaman, diantaranya adalah pencemaran
nilai bobot 0.641, spesies memiliki nilai ekonomi tinggi nilai bobot 0.293 dan degradasi SDA nilai bobot 0.067.
Nilai bobot komponen ancaman dapat dilihat pada Tabel 28 dan pembanding dengan hasil nilai keseluruhan pembobotan struktur hierarki dalam
penentuan kebijakan pengembangan wisata bahari berbasis ekologi di Pulau Sebesi Provinsi Lampung dari gabungan pendapat seluruh stakeholder dapat
dilihat pada Gambar 31. Tabel 28 Nilai bobot komponen ancaman dalam penentuan prioritas kebijakan
pengembangan wisata bahari Pulau Sebesi No.
Kriteria Bobot
Persentase Prioritas 1.
Pencemaran 0.641
64.1 1
2. Spesies memiliki nilai ekonomi tinggi
0.293 29.3
2 3.
Kualitas perairan yang relatif baik 0.067
6.7 3
Sumber: Hasil olahan data primer
5.6. Alternatif Arahan Strategi dan Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari
Pengembangan sebagai suatu proses yang membawa peningkatan kemampuan penduduk mengenai lingkungan sosial yang disertai dengan
meningkatnya taraf hidup mereka sebagai akibat dan penguasaan mereka. Dengan demikian, pengembangan adalah suatu proses yang menuju pada suatu kemajuan
Manurung 1998. Model Hierarki pengembangan kawasan wisata bahari dapat dilihat pada Lampiran 13.
Tantangan dalam pengembangan wisata bahari adalah memanfaatkan terumbu karang yang ada secara berkelanjutan tanpa menimbulkan dampak-
dampak yang merugikan. Hal ini penting karena kegiatan wisata bahari pada hakekatnya memadukan dua system yaitu kegiatan manusia dan ekosistem laut
dari terumbu karang. Adanya kegiatan wisata bahari sangat tergantung pada sumberdaya alam diantaranya terumbu karang dan apabila terjadi kerusakan akan
menurunkan mutu daya tarik wisata Yulianda 2007. Prioritas penentuan kebijakan pengembangan wisata bahari dapat dilihat pada Gambar 33.
Gambar 33 Hasil akhir prioritas pendapat gabungan seluruh stakeholder. Enam alternatif kebijakan lihat Gambar 33 dalam pengembangan wisata
bahari, antara lain: 1. Pengelolaan wisata terpadu, 2. Penguatan peraturan dan kelembagaan, 3. Peningkatan SDM, 4. Pemberdayaan Masyarakat, 5. Upaya
pencegahan kerusakan terumbu karang dan 6. Pemanfaatan dan pengelolaan terumbu karang secara optimal. Nilai bobot prioritas alternatif kebijakan
pengembangan wisata bahari menurut pendapat gabungan seluruh stakeholder dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Nilai bobot prioritas alternatif kebijakan pengembangan wisata bahari menurut pendapat gabungan seluruh stakeholder
No. Kriteria
Bobot Persentase Peringkat 1.
Pengelolaan wisata terpadu 0.263
26.3 1
2. Penguatan peraturan dan kelembagaan
0.239 23.9
2 3.
Peningkatan SDM 0.187
18.7 3
4. Pemberdayaan Masyarakat
0.170 17.0
4 5.
Upaya pencegahan kerusakan terumbu karang
0.073 7.30
5 6.
Pemanfaatan dan pengelolaan terumbu karang secara optimal
0.068 6.8
6 Sumber: Hasil olahan data primer