Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis SIG

yang terdiri dari end user orang yang bertugas untuk membuat sistem menghasilkan keuntungan, termasuk mengantisipasi segala kemungkinan selama berlangsungnya pekerjaan, kartografer bertugas melayout peta sehingga jelas dan mudah dimengerti, data capturer bertugas mengkonversi peta menjadi bentuk digital, potential users orang yang mampu mengoperasikan teknologi SIG, 2. Staf analis profesional terdiri dari : analist orang yang menganalis berdasarkan pengetahuan dan pengalaman di bidang SIG, system administrator bertugas menjaga, merawat perangkat keras dan perangkat lunak dari komputer yang digunakan untuk pekerjaan, progrmmer bertugas menterjemahan aplikasi khusus untuk keperluan SIG menjadi program yang bisa dijalankan, data base administrator orang yang mengatur fenomena-fenomena geografi ke dalam bentuk layer-layer, mengidentifikasi sumber data, mendokumenkan informasi yang terkandung dalam data base sehingga dapat dibaca sistem dan dapat terintegrasikan, super operator orang yang ahli dalam semua perangkat keras dan perangkat lunak dalam SIG, dan 3. Manajer perorangan yang bertanggungjawab atas perkembangan harian dari pekerjaan yang sedang dikerjakan yang mengatur kerja tim, mengatur hasil outputproduksi yang dibutuhkan seperti layaknya sebuah organisasi. Sistem Informasi Geografis GIS merupakan alat yang dapat digunakan untuk pengumpulan, penyimpanan, mendapatkan kembali, tranformasi dan menampilkan suatu data dengan tujuan tertentu. Data tersebut dapat berupa data spasial maupun data atribut. Data spasial merupakan data yang mencerminkan aspek keruangan, sedangkan data atribut merupakan data yang menggambarkan suatu atribut tertentu Aronof 1989. Data yang digunakan untuk analisis SIG harus dilengkapi dengan informasi posisi geografis lintang dan bujur. Database yang telah dibuat akan memudahkan dalam melakukan analisis dalam SIG. Data yang dihasilkan dari pengukuran parameter lingkungan nantinya akan dibentuk suatu layer yang akan dimasukan dalam dalam peta dasar yang telah tersedia. Data parameter lingkungan yang dikumpulkan tersebut berbentuk titik, sehingga untuk dapat melakukan analisis antar layer, data-data tersebut terlebih dahulu dilakukan interpolasi sehingga nantinya data akan berbentuk areapoligon Charter dan Agtrisari 2003. Sistem Informasi Geografis SIG, data dirujukkan dengan kejadian yang akan memberikan perbaikan, analisis dan tayangan pada kriteria spasial. SIG paling tidak terdiri dari subsistem pemrosesan, subsistem analisis data dan subsistem yang menggunakan informasi Masrul 2002. Raharo 1996 in Haris 2003 menyatakan keunikan SIG jika dibandingkan dengan sistem pengolahan basis data lainya adalah kemampuannya untuk menyajikan informasi spasial maupun non spasial secara bersama-sama. SIG merupakan penyederhanaan miniatur dari fenomena alamgeografis yang nyata, maka SIG harus betul-betul mewakili kondisi, sifat-sifat atribut yang penting bagi suatu aplikasipemanfaatan tertentu. Sistem Informasi Geografis SIG adalah terjemahan dari Geogrphical Information System yang merupakan teknologi berbasis computer yang digunakan untuk memperoses, menyusun, menyimpan, memanipulasi dan menyajikan data spasial yang disimpan dalam basis data untuk berbagai macam aplikasi Azis 1998. Aplikasi Sistem Informasi Geografis SIG sudah banyak digunakan untuk pengelolaan sumberdaya alam, seperti pengelolaan dalam penggunaan lahan di bidang pertanian, kehutanan, perkebunan, dan perikanan serta pembangunan pemukiman penduduk dan fasilitasnya. Hanya dalam beberapa tahun, penggunaan Sistem Informasi Geografis SIG telah tersebar luas pada berbagai bidang, seperti dalam bidang ilmu lingkungan, perairan, dan sosial ekonomi Anwar 2002.

2.6. Kekesuaian Kawasan

Pengembangan wisata bahari memerlukan kesesuaian sumberdaya dan lingkungan pesisir sesuai dengan kriteria yang disyaratkan. Kesesuaian sumberdaya pesisir dan lautan ditujukan untuk mendapatkan kesesuaian karakteristik sumberdaya wisata. Kesesuaian karakteristik sumberdaya dan lingkungan untuk pengembangan wisata dilihat dari aspek keindahan alam, keamanan dan keterlindungan kawasan, keanekaragaman biota, keunikan sumberdayalingkungan dan aksesibilitas Hutabarat et al. 2009. Sutrisno 2009 menyatakan bahwa kesesuaian kawasan didefinisikan dan dinodifikasi yakni: 1. Kelas S1 sangat sesuai highly suitable yaitu tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti yang mempunyai pengaruh nyata terhadap penggunaannya. Tidak akan menaikan masukan tingkatan perlakuan yang diberikan, 2. Kelas S2 sesuai moderately suitable yaitu mempunyai faktor pembatas yang agak serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas akan meningkatkan perlakuan yang diberikan, 3. Kelas S3 sesuai bersyarat marginally suitable yaitu mempunyai faktor pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas akan lebih meningkatkan perlakuan yang diberikan, dan 4. Kelas N tidak sesuai not suitable yaitu mempunyai faktor pembatas permanen, sehingga tidak sesuai untuk dikembangkan ke dalam suatu peruntukan. Kesesuaian kawasan wisata bahari kategori wisata diving kriteria yang dipakai yaitu kecerahan perairan, tutupan karang, jenis lifeform, keragaman jenis ikan karang, kecepatan arus dan kedalaman sedangkan kategori wisata snorkeling meliputi kecerahan perairan kecerahan perairan, tutupan karang, jenis lifeform, keragaman jenis ikan karang, kecepatan arus, kedalaman dan lebar hamparan terumbu karang Yulianda 2007. Pada dasarnya analisis keruangan untuk kesesuaian pariwisata bertujuan untuk menentukan daerah yang dianggap potensial berdasarkan kriteria-kriteria yang berhubungan secara langsung dengan daerah pesisir yang menjadi objek penelitian Aronoff 1989. Kesesuaian lahan land suitability merupakan kecocokan adaptability suatu lahan untuk tujuan penggunaan tertentu, melalui penentuan nilai kelas lahan serta pola tata guna tanah yang dhubungkan dengan potensi wilayahnya, sehingga dapat diusahakan penggunaan lahan yang lebih terarah berikut usaha pemeliharaan kelestariannya Hardjowigeno dan Widiatmaka 2001.

2.7. Daya Dukung

Analisis daya dukung ditujukan pada pengembangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil secara lestari. Mengingat pengembangan wisata bahari tidak bersifat mass tourism, mudah rusak dan ruang untuk pengunjung sangat terbatas maka perlu penentuan daya dukung kawasan Hutabarat et al. 2009. Daya dukung kawasan DDK merupakan jumlah maksimal pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang tersediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia Yulianda 2007. DKP 2005 menyatakan daya dukung pulau kecil adalah kemampuan pulau tersebut menyerap bahan, energi maupun komponen lainnya yang dibangun dan., dibuang di pulau dan perairan sekitar pulau tersebut. Daya dukung wilayah pulau kecil dapat didefenisikan dengan menentukan jumlah penduduk dan kegiatan di wilayah pesisir yang dapat didukung oleh satuan sumberdaya alam yang tersedia di suatu pulau. Pengertian daya dukung pulau kecil dapat juga dipahami sebagai kemampuan kawasan tersebut dalam menyediakan ruang untuk berbagai kegiatan pembangunan secara langsung maupun tidak langsung. Daya dukung lingkungan pulau pulau kecil ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu 1 potensi lestari pulau dalam menyediakan sumber daya alam khususnya sumber daya perikanan laut, 2 ketersediaan ruang untuk kegiatan pembangunan dan kesesuaian lahan serta perairan pantai untuk kegiatan pertambakan, budidaya laut, pertanian, perkebunan dan pariwisata, 3 kemampuan ekosistem pulau untuk menyerap limbah, sebagai hasil samping kegiatan pembangunan, secara aman. Dalam batas-batas tertentu, daya dukung lingkungan dapat ditingkatkan melalui intervensi teknologi, seperti pemupukan tanah dan desalinasi air laut Dahuri 1998 in Soselisa 2006. McNeely et al. 1992 menyatakan bahwa daya dukung wisata merupakan tingkat pengunjung yang memanfaatkan suatu kawasan wisata dengan perolehan tingkat kepuasan yang optimal dengan dampak terhadap sumberdaya yang minimal. Konsep ini meliputi dua faktor yang utama yang membatasi perilaku pengunjung berkaitan dengan daya dukung, yaitu : 1 Kondisi lingkungan dan 2 Kondisi sosial budaya masyarakat. Kemampuan daya dukung untuk setiap kawasan berbeda-beda sehingga perencanaan secara spasial akan bermakna. Secara umum ragam daya dukung meliputi : 1. Daya dukung ekologis; Pigram 1983 in Nurisyah 2001 mengemukakan