Konsistensi logis Analisis Arahan Strategi dan Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari

Keterangan : a. Kualitas perairan yang relatif baik b. Keanekaragaman karang dan ikan karang serta biota laut lainnya c. Aksesibilitas mudah d. Partisipasi dan keinginan dari masyarakat yang tinggi e. Kurangnya koordinasi dan implementasi dalam pengelolaan wisata bahari berbasis ekologi sesuai dengan aturan f. Kurang mendapat dukungan dari Pemerintah g. Lemahnya penegakan hukum h. Rendahnya SDM pengelolaan kawasan wisata bahari i. Target Pemda Lampung Selatan untuk mengembangkan kawasan wisata bahari berbasis ekologi j. Tingginya dukungan dari LSM setempat dan donator international k. Triger peningkatan pendapatan masyarakat dan Pendapatan Asli Daerah PAD l. Degradasi sumberdaya akibat aktivitas wisata bahari yang tidak dikelola dengan baik m. Meningkatnya pencemaran lingkungan baik dari darat maupun laut kapal n. Umumnya spesies yang dilindungi mempunyai nilai ekonomis yang tinggi 5 6

4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Letak Geografis dan Administrasi Pulau Sebesi

Pulau Sebesi terletak di Teluk Lampung dan dekat Gunung Krakatau tepatnya pada posisi 05 055’37.43-05 058’44.48 LS dan 105 027’30.50- 105 030’47.54 BT. Pulau Sebesi termasuk dalam wilayah administrasi Desa Tejang Pulau Sebesi Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan. Desa Tejang Pulau Sebesi terdiri dari empat dusun yaitu; Dusun I Bangunan, Dusun II Inpres, Dusun III Regahan Lada, dan Dusun IV Segenom. Luas wilayah Pulau Sebesi adalah 2620 ha dengan panjang pantai 19.55 km. Sebagian besar daratan Pulau Sebesi tersusun dari endapan gunung api muda dan merupakan daratan perbukitan. Bukit tertinggi di Pulau Sebesi mencapai 884 meter dari permukaan laut dengan bentuk kerucut yang mempunyai tiga puncak. Batas wilayah Pulau Sebesi berbatasan dengan; Sebelah Utara berbatasan Teluk Lampung dan Pulau Sebuku, Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia, Sebelah Selatan berbatasan dengan Pulau Krakatau, dan Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Sunda. Beberapa pulau kecil yang berada disekitar Pulau Sebesi yaitu Pulau Sebuku 1771 ha, Pulau Sebuku Lunik 18 ha, Pulau Rakata Kecil 287 ha, Pulau Rakata Tua 1343 ha, Pulau Sertung 1057 ha dan Pulau Panjang 423 ha BPS Lampung Selatan 2009. Penduduk Pulau Sebesi merupakan penduduk pendatang yang bekerja sebagai buruh di kebun kelapa yang dimiliki tuan tanah. Penduduk pendatang ini mulai ada di Pulau Sebesi sejak tahun 1913. Jenis suku yang ada di Pulau Sebesi yaitu Jawa Jawa Tengah dan Banten, Lampung, Sunda, Batak, Betawi, Padang, Palembang dan Bima. Budaya yang digunakan di Pulau Sebesi ini adalah budaya Jawa Serang Banten dan Lampung. Jumlah penduduk penduduk Pulau Sebesi sebanyak 3229 jiwa dengan 1069 kepala keluarga. Tingkat pendidikan penduduk di Pulau Sebesi tergolong rendah. Dimana persentase penduduk yang belum sekolah sebesar 3.19 103 jiwa, persentase berpendidikan Sekolah Dasar SD sebesar 73.12 2361 jiwa sedangkan yang pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA sebesar 1.36 44 jiwa dan penduduk yang berpendidikan Perguruan Tinggi berjumlah 0.28 9 jiwa. Komposisi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Pulau Sebesi Tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Komposisi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Pulau Sebesi Tahun 2010 No` Tingkat Pendidikan Jumlah jiwa Persentase 1 Belum Sekolah 103 3.19 2 TK 52 1.61 3 SD 2361 73.12 4 SLTP 660 20.44 5 SLTA 44 1.36 6 Perguruan Tinggi 9 0.28 TOTAL 3229 100.00 Sumber: diolah dari data Kepala Desa Tejang Pulau Sebesi 2010 Pada umumnya mata pencarian penduduk Pulau Sebesi lebih banyak sebagai petani selebihnya adalah nelayan, dagang dan pegawai negeri. Ada dua macam petani yang ada yaitu petani pemilik kebunladang dan buruh tani. Penduduk yang bermatapencaharian sebagai buruh tani yang ada di Pulau Sebesi menggunakan sistem paruan bagi hasil dengan patra tuan tanah atau pemilik kebunladang, selain itu ada buruh tani yang berkerja membuat gula dan minyak kelapa. Dimana persentase penduduk yang bermatapencaharian sebagai nelayan 16.18 173 jiwa, bermatapencaharian sebagai tani sebesar 80.26 858 jiwa, sebagai dagang sebesar 3.09 33 jiwa dan penduduk yang bekerja sebagai pegawai negeri sebesar 0.47 9 jiwa. Komposisi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Pulau Sebesi Tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Komposisi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Pulau Sebesi Tahun 2010 No Mata pencaharian Jumlah kk jiwa Persentase 1 Nelayan 173 16.18 2 Tani 858 80.26 3 Dagang 33 3.09 4 Pegawai Negeri 5 0.47 TOTAL 1069 100.00 Sumber: diolah dari data Kepala Desa Tejang Pulau Sebesi 2010 Dinas Pariwisata 2007 menyatakan bahwa penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan hanya sekitar 8 dari jumlah penduduk Pulau Sebesi. Nelayan tradisional yang menangkap ikan di perairan Teluk Lampung dengan menggunakan perahu jukung dan alat tangkap berupa jaring, bubu dan pancing. Sebagian nelayan tradisional di Pulau Sebesi melakukan aktivitas penangkapan ikan di sekitar perairan Pulau Sebesi dengan menggunakan alat tangkap ramah lingkungan seperti panah dan pancing.

4.2. Kondisi Iklim dan Musim

Keadaan curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh antara lain yaitu keadaan iklim, geografi dan pertemuanperputaran arus udara begitu juga halnya dengan Pulau Sebesi. Kondisi curah hujan di Pulau Sebesi tidak jauh berbeda dengan kondisi curah hujan di Kabupaten Lampung Selatan. Berdasarkan pencatatan Stasiun Meteorologi Radin Inten II Bandar Lampung, terdapat peningkatan rata-rata hari hujan dari tahun 2006 ke 2007 hingga 2008. Rata-rata jumlah curah hujan mengalami kenaikan dari tahun 2006 sebanyak 140.63 mm ke tahun 2007 sebanyak 161.78 mm dan mengalami penurunan pada tahun 2008 sebanyak 161.68 mm. Jumlah hari dan curah hujan di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2006, 2007 dan 2008 dapat dilihat pada Tabel 12. Berdasarkan data pada Stasiun Meteorologi Radin Inten II Bandar Lampung Tabel 12, iklim akan relatife basah ≥100 mm dengan hujan yang turun tersebar merata terjadi antara bulan Januari-Juni. Bulan Juli-Oktober merupakan rentang waktu yang relatife kering ≤85 mm dan bulan Nopember- Desember curah hujan mulai meningkat. Iklim di Kabupaten Lampung Selatan sama halnya dengan daerah lain di Indonesia. Iklimnya dipengaruhi oleh adanya pusat tekanan rendah dan tekanan tinggi yang berganti di daratan sentra Asia dan Australia pada bulan Januari dan Juli. Akibat pengaruh angin Muson, maka daerah Kabupaten Lampung Selatan tidak terasa adanya musim peralihan pancaroba antara musim kemarau dan musim hujan.