ekonomi tidak hanya mencakup peningkatan pendapatn per kapita rill, namun juga mencakup elemen-elemen lain dalam kesejateraan sosial dan lingkungan. Konsep
pembangunan berkelanjutan
memungkinkan generasi
sekarang dapat
meningkatkan kesejateraannya tanpa mengurangi kesempatan generasi yang akan datang untuk meningkatkan kesejateraannya pula nantinya.
5.6.2. Penguatan Peraturan dan Kelembagaan
Penguatan peraturan dan kelembagaan dalam pengembangan wisata bahari mutlak diperlukan. Namun dalam implementasi dan penegakan peraturan masih
rendah. Sangsi peraturan bagi perusak terumbu karang selama ini belum setimpal dengan perbuatannya. Tidak ada tindak lanjut setelah diketahui pelaku
pengrusakan terumbu karang tersebut. Hal ini mengancam keberlanjutan sumberdaya terumbu karang di Pulau Sebesi.
Mengontrol aksesibilitas masyarakat terhadap sumberdaya diperlukan alokasi hal kepemilikan atas sumberdaya dan menentukan bentuk aturan
penggunaan sumberdaya. Kedua hal tersebut akan menentukan karakteristik pengeloaan nantinya Arifin 2008.
Karwur 2010 menyatakan bahwa penegakan hukum merupakan salah satu pilar utama untuk menegakan kedudukan dan kewenangan kelembagaan.
Oleh karena itu penegakan hukum harus dikembangkan untuk menjamin kepastian hukum sehingga setiap institusi yang berkepentingan mampu memainkan peran
sesuai dengan yang diharapkan. Penguatan peraturan yang efektif juga akan menjamin sistem hubungan kelembagaan yang efektif. Penguatan peraturan yaitu
mencakup penguatan sistem dan prosedur penanganan pelanggaran dan menyelesaikan suatu sengketa.
Definisi kelembagaan sangatlah beragam, akan tetapi secara umum kelembagaan dapat diartikan sebagai aturan yang dianut oleh masyarakat yang
dijadikan pegangan oleh seluruh masyarakat dalam mengadakan transaksi satu sama lain Hayami dan Ruttan 1984 in Asdy 2006. Selanjutnya menurut Poloma
2000 bahwa kelembagaan adalah organisasi atau kaidah-kaidah baik formal maupun nonformal yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat
untuk mencapai tujuan tertentu. Lembaga-lembaga dalam masyarakat ada yang
bersifat asli berasal dari adat kebiasaan yang turun temurun, namun ada pula yang baru diciptakan baik dari dalam maupun dari luar masyarakat tersebut.
Anwar 2000 in Asdy 2006 menyatakan bahwa kelembagaan institution merupakan aturan main rule of the game dan organisasi berperan
penting dalam mengatur penggunaanalokasi sumberdaya seacar efisien, merata dan berkelanjutan. karena individual sering membuat tindakan yang menimbulkan
eksternalitas terutama yang negative yang mengancam kepentingan masyarakat
secara keseluruhan, sehingga masyarakat perlu membatasi kebebasan individual- individual agar perilakunya bersesuaian dengan kepentingan masyarakat. Supaya
sebuah institusi berjalan dan ditaati oleh masyarakat maka harus ada struktur insentif yang mengandung pahala reward dan sanksi sanction, sehingga
masyarakat akan mentaatinya. Ada beberapa mekanisme penguatan peraturan dan kelembagaan yang
dapat digunakan sebagai pertimbangan alternatife dibawah ini yaitu 1. Sanksi sanction. Penetapan sanksi hukum dan sanksi sosial yang tegas bagi penduduk
yang merusak ekosistem terumbu karang. Ini melibatkan serangkaian peringatan dan hukuman finansial untuk pelanggaran peraturan yang telah ada. Sanksi hukum
maupun sanksi sosial di Pulau Sebesi belum tersesusun jelas. Kelompok pengawasa maupun nelayan yang secara tidak sengaja melihat kejadian
pelanggaran tersebut hanya bisa menegur tanpa adanya sanksi yang bisa diberikan. Hal ini diduga karna pengawas atau nelayan belum memiliki kekuatan
hukum untuk memberikan sanksi bagi pelaku perusakan terumbu karang. Sehingga perlu segera adanya penetapan sanksi berdasarakan hukum maupun
kekuatan sosial agar memberikan efek jera terhadap pelaku perusak ekosistem terumbu karang di Pulau Sebesi, 2. Sanksi kriminal criminal sanction. Sanksi
kriminal ini adalah hukuman bagi pelanggaran yang lebih serius dan bentuknya dapat berupa hukuman penjara, 3. Pengembangan kelembagaan sistem
pengawasan berbasis masyarakat. Kelembagaan sistem pengawasan berbasis masyarakat pada dasarnya sudah terbentuk sejak tahun 2002, namun aplikasinya
di lapangan menjadi kurang efektif karena hanya sebagian kecil penduduk Pulau Sebesi yang berperan secara aktif. Tidak ada keterlibatan secara menyeluruh
kepada seluruh penduduk Pulau Sebesi. Sehingga sistem pengawasan berbasis
masyarakat perlu dikembangkan lagi dengan melibatkan keseluruhan penduduk Pulau Sebesi, sehingga pengawasan secara mandiri dapat dilakukan oleh
penduduk Pulau Sebesi dan tentunya biaya operasional pengawas juga dapat ditekan.
Selanjutnya , 4. Pengembangan dan pembinaan kelembagaan penduduk Pulau Sebesi untuk mengelola sumberdaya pesisir dan laut Pulau Sebesi.
Umumnya kelembagaan penduduk di Pulau Sebesi yang ada saat ini masih kurang mampu dalam mengatasi berbagai persoalan lingkungan, ekonomi dan sosial
budaya yang ada bahkan masih ada kelembagaan penduduk yang belum nyadarinya. Tujuan utama dalam kelembagaan ini adalah mempersiapkan
kelembagaan di tingkat masyarakat dalam pelaksanaan pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir dan laut Pulau Sebesi. Hal-hal penting yang menjadi pertimbangan
dalam pengembangan dan pembinaan kelembagaan antara lain yaitu; a. Inventarisasi dan evaluasi kelembagaan yang mempunyai kepentingan dalam
masyarakat, wilayah dan sumberdaya, b. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi antar lembaga kemasyarakatan, c. Proyeksi pengembangan dan pembinaan
kelembagaan masyarakat Pulau Sebesi, dan d. Memperjelas fungsi dan kewenangan antar lembaga masyarakat.
5.6.3. Peningkatan Sumberdaya Manusia SDM
Rendahnya kualitas Sumberdaya Manusia SDM di Pulau Sebesi tidak hanya terjadi pada penduduk Pulau Sebesi saja, namun juga terjadi pada SDM
instansi terkait. Penduduk Pulau Sebesi, rendahnya kualitas SDM tersebut erat hubungannya dengan rendahnya tingkat pendidikan penduduk Pulau Sebesi baik
pendidikan formal maupun non-formal. Hal ini ternyata ditunjang pula oleh masih rendahnya perhatian pemerintah terhadap pengembangan kualitas SDM Pulau
Sebesi PEMDA Provinsi Lampung 2000. Menurut Rendahnya pendidikan masyarakat pesisir juga berpengaruh
terhadap tingkat kesehatan masyarakat, dan ternyata permasalahannya sama dengan proses pendidikan. secara keseluruhan pengembangan tingkat pendidikan
dan kesehatan tersebut sangat tersendat-sendat karena sangat minimnya sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan yang tersedia di wilayah pesisir. kondisi
ini sangat mencolok terjadi di wilayah pulau-pulau kecil. Arahan yang