III. KERANGKA PEMIKIRAN
Dalam   usaha   untuk   memenuhi   kebutuhan   hidupnya   manusia   berupaya mengeksploitasi sumberdaya alam yang ada di sekitarnya. Ketergantungan manusia
terhadap sumberdaya alam telah terjadi sejak manusia ada di bumi ini. Sumberdaya alam dapat dibagi menjadi sumberdaya alam yang dapat pulih renewable resources
seperti sumberdaya perikanan, hutan dan lain-lain dan sumberdaya yang tidak dapat pulih non-renewable resource  seperti minyak,  mineral dan lain-lain. Sumberdaya
dapat pulih renewable resources baik terjadi secara alamiah maupun melalui upaya manusia   membutuhkan   ruang   dan   waktu   untuk   melakukan   hal   tersebut.   Artinya
kapasitas  ruang dan waktu  merupakan variabel  yang  berpengaruh terhadap  tingkat pertumbuhan   sumberdaya   alam   yang   dapat   pulih.   Pandangan   ekonomi   bahwa
kebutuhan   dan   keinginan   manusia   yang   tidak   terbatas   menyebabkan   manusia mengeksploitasi   sumberdaya   alam   tanpa   mempertimbangkan   dimensi   ruang   dan
waktu sebagai faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhannya, maka kini mulai  terjadi  krisis kelangkaan  scarcity  berbagai jenis sumberdaya  yang  nilainya
sangat stratgis untuk kebutuhan hidup manusia. Sumberdaya   perikanan   pun   tidak   luput   dari   fenomena   diatas,   usaha   untuk
memenuhi   kebutuhan   dan   keinginan   yang   tidak   terbatas,   sehingga   sumberdaya perikanan dieksploitasi dengan berbagai cara untuk mengejar keuntungan oleh pihak-
pihak   yang   tidak   bertanggungjawab   yang   menimbulkan   sejumlah   masalah   yang dikenal dengan berbagai istilahnya masing-masing, seperti IUU fishing,   destructive
fishing,  over   fishing,  depletion,    colaps  dan   lain-lain.   Istilah-istilah   tersebut menggambarkan   masalah   yang   telah   terjadi   dan   ancaman   yang   dihadapi   oleh
keberadaan   sumberdaya   perikanan   pada   saat   sekarang   dan   pada   masa   yag   akan datang.
Unreported fisheries atau perikanan yang “tidak terlaporkan” merupakan bagian
dari  IUU Illegal Unreported Unregulated fishing. Istilah  unreported  dalam kajian ini dimaknai dengan “tidak terlaporkan” bukan tidak dilaporan, karena kajian ini
dibatasi   pada  unreported   fisheries  yang   terjadi   dari   nelayan   lokal   kebanyakan nelayan tradisional yang   dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang sangat fenomenal
dan   terjadi   secara   sistematis   tidak   disengaja,   antara   lain   faktor   ekonomi,   sosial budaya, geografis dan kebijakan. Konsekuensi dari unreported fisheries adalah dapat
menimbulkan  masalah dari berbagai  bidang  antara  lain  bidang hukum,  politik  dan bidang ekonomi, yaitu kerugian ekonomi yang dialami oleh pemerintah dan terjadi
pendugaan stok yang keliru misscalculation dan akan berpengaruh terhadap kualitas kebijakan   yang   diambil   oleh   pemerintah   dalam   pengelolaan   dan   pemanfaatan
sumberdaya   perikanan   yang   optimal.   Dewasa   ini  IUU   fishing  lebih   banyak dibicarakan   dalam   pendekatan   hukum   dan   politik   sedangkan   pendekatan   ekonomi
hanya   sekedar   wacana   dengan   pendekatan   kuantitatif   dan   kualitatif   yang   sangat kurang.
Kajian ini mencoba mendekati kerugian ekonomi yang dialami oleh pemerintah akibat unreported fisheries. Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa  unreported
fisheries adalah hasil tangkapan nelayan yang tidak terlaporkan, hal ini terjadi ketika nelayan   terdesak   dengan   berbagai   kondisi   yang   menghambat   pemasaran   hasil
tangkapan mereka, maka   dibo-dibo tauketangkahan akan menjadi pasar alternatif yang efisien dan efektif bagi para nelayan. Dibo-dibo tauke adalah rent seeker  yang
membeli   hasil   tangkapan   nelayan   dengan   harga   yang   lebih   murah   kemudian menjualnya   dengan   harga     pasar   yang   lebih   mahal.   Dapat   dipastikan   bahwa   para
taukelah   yang   menikmati   manfaat  benefit  dari   hasil   sumberdaya   perikanan   yang lebih besar, jika hasil tangkapan tersebut didaratkan di Pangkalan Pendaratan Ikan
PPI   atau   Pelabuhan   Perikanan   Nusantara   PPN,   maka   disana   pemerintah   akan mendapatkan retribusi yang menjadi  income  bagi pemerintah yang dapat digunakan
sebagai  managament   cost  dalam   pengelolaan   dan   pemanfaatan   sumberdaya perikanan.   Selain   itu   di   PPI   atau   PPN   terjadi   interaksi   ekonomi   yang   melibatkan
masyarakat   yang   lebih   banyak   sehingga  benefit  dari   sumberdaya   perikanan   tidak 30
semata-mata dinikmati oleh para tauke tetapi terdistribusi kepada masyarakat yang lebih luas, inilah yang disebut dengan economicsocial benefit dari reported fisheries.
Dari  permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan evaluasi kebijakan terhadap pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di Kota Ternate dengan
mengacu kepada beberapa indikator yang berhubungan dengan  unreported fisheries antara   lain   :   profil   dan   system   yang   menyebabkan   telah   terjadinya  unreported
fisheries,   estimasi   tentang   besarnya   jumlah  economic   loss  yang   dialami   oleh pemerintah   akibat  unreported   fisheries,   menilai   perkembangan   rente   sumberdaya
yang     telah   dihasilkan   oleh   pemerintah,   mengkaji   hubungan   antara  unreported fisheries  dengan   optimalisasi   pemanfaatan   dan   rezim   pengelolaan   sumberdaya
perikanan   tangkap   serta   mengidentifikasi   kebijakan-kebijakan   yang   berhubungan dengan   terjadinya  unreported   fisheries,   kemudian   dianalisis     untuk   menghasilkan
suatu   solusi   yang   dapat   dijadikan   sebagai   indikator   kebijakan   dalam   pemanfaatan sumberdaya  perikanan di wilayah  Kota Ternate yang  dapat menguntungkan semua
pihak   yaitu   para   nelayan,   masyarakat   di   sekitarnya   dan   pemerintah   daerah. Selanjutnya kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Kebijakan pengelolaan
perikanan tangkap
Sumberdaya perikanan
Pemanfaatan sumberdaya
perikanan IUU fishing
Unreported fisheries
- Economic loss - Data tentang stok
Evaluasi kebijakan
-
Estimasi economic loss
-
Resource rent
-
Faktor-faktor penyebab unreported fisheries
-
Perikanan  yang optimal
-
Unreported fisheries dan pemanfaatan optimal
-
Unreported fisheries dan rezim pengelolaan
Gambar  3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
IV. METODOLOGI