Estimasi Parameter Ekonomi Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 1. Estimasi Parameter Biologi

0.307 0.271 0.44 37,657.60 151,057.60 6,447.98 0.042686 0.362 0.304 0.51 44,999.94 165,449.94 7,015.33 0.042402 0.305 0.348 0.48 49,314.26 186,114.36 9,030.95 0.048524 0.354 0.291 0.50 53,307.79 195,766.99 10,048.50 0.051329 0.321 0.252 0.45 49,441.07 197,559.37 10,118.90 0.05122 0.331 0.237 0.45 51,297.98 205,075.38 12,118.90 0.059095 Sumber : Hasil analisis Dari hasil yang diperoleh pada Tabel 6.18, kemudian dengan menggunakan metode CYP yaitu suatu metode pendugaan yang dikembangkan oleh Clark, Yashimoto dan Pooley 1992, maka parameter biologi yang terdiri atas r Tingkat pertumbuhan intrinsik, q Koefisien daya tangkap dan K Daya dukung lingkungan dapat diduga sebagaimana pada Tabel 6.19. Sedangkan hasil analisis CYP dan hasil analisis regresi menggunakan fungsi Gompertz disajikan pada Lampiran 4 dan Lampiran 5. Tabel 6.19 Nilai Parameter Biologi No Parameter Simbol Nilai 1 Laju pertumbuhan alami intrinsic growth rate r 0,680932 1 2 Koefisien daya tangkap catch ability coefficient q 0,000001 8 3 Daya dukung lingkungan carrying capacity K 16.452,9 2 Sumber : Hasil analisis Estimasi nilai parameter biologi ini sangat penting dan digunakan untuk menentukan tingkat produksi lestari seperti Maximum Sustainable Yield MSY dan Maximum Economic Yield MEY serta variabel pengelolaan sumberdaya perikanan optimal yang lainnnya. Tabel 6.19 menjelaskan bahwa kondisi pemanfataan sumberdaya perikanan tangkap di Kota Ternate dengan laju pertumbuhan alami r sebesar 0,6809321 dengan koefisien daya tangkap q sebesar 0,0000018 dan daya dukung lingkungan sebesar 16.452,92.

6.3.2 Estimasi Parameter Ekonomi

Variabel yang termasuk dalam estimasi parameter ekonomi adalah biaya dan harga. Biaya merupakan variabel yang penting dalam upaya pemanfaatan sumberdaya perikanan, karena jumlah biaya menunjukkan tingkat efisiensi dari suatu upaya penangkapan. Dari pandangan secara ekonomi, Jumlah biaya yang semakin besar dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh semakin sedikit menunjukkan upaya yang tidak efisien dan sebaliknya jumlah biaya yang kecil dengan perolehan hasil yang besar menunjukkan efisiensi yang baik dari suatu upaya penangkapan. Struktur biaya dalam suatu usaha pemanfaatan sumberdaya perikanan terdiri atas : 1. Biaya investasi, yang meliputi investasi untuk armada dan alat tangkap. 2. Biaya tetap fixed cost, yang meliputi biaya perawatan armadaperahu, perawatan alat tangkap dan biaya penyusutan. 3. Biaya variabel variable cost, yang meliputi biaya BBM minyak tanah dan bensin, biaya konsumsi, biaya umpan, biaya es balok dan biaya oli mesin. Struktur biaya tersebut dapat diperoleh dari wawancara langsung dengan responden. Dalam analisis ini struktur biaya penangkapan yang digunakan merujuk pada model bioekonomi Gordon-Schaefer, bahwa hanya biaya variabel yang diperhitungkan, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk setiap aktivitas penangkapan. Biaya-biaya tersebut diidentifikasi sesuai dengan jenis armada dan alat tangkap masing-masing. Setelah dilakukan identifikasi dan analisis, maka diperoleh rata-rata biaya yang dikeluarkan per trip sebesar Rp 48.450,80.- Variabel lain selain biaya yang perannya sangat signifikan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan adalah harga. Nilai dari variabel ini dapat diperoleh dari data sekunder melalui dinas atau lembaga perikanan terkait. Dalam model bioekonomi Copes, harga merupakan penentu dalam pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap. Karena harga menjadi variabel penentu nilai dari Total Revenue TR dan profit atau keuntungan atas hasil tangkapan setiap nelayan, serta menjadi indikator policy bagi setiap pelaku ekonomi yang terlibat dalam bisnis perikanan tangkap baik dari pihak swasta, pemerintah maupun individu. Problem yang muncul dari penentuan harga untuk suatu kepentingan analisis adalah adanya fluktuasi harga inflasi yang tidak menentu karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain adalah; tingkat permintaan demand, tingkat persediaan suply, tingkat pendapatan masyarakat dan variabel lainnya yang menjadi fenomena dalam pasar persaingan sempurna perfect competition market. Untuk memecahkan problem tersebut maka perlu dilakukan penyesuaian harga dengan cara mengkonversi harga nominal menjadi harga riil. Metode ini dilakukan dengan variabel perndukung yaitu indeks harga konsumen IHK yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik Kota Ternate yang dijadikan patokan untuk mengubah harga nominal menjadi harga riel. Perkembangan harga ikan tahunan dengan pendekatan harga nominal, indeks harga konsumen dan harga riel dapat dilihat pada Tabel 6.20. Tabel 6.20 Harga Ikan Tahunan di Kota Ternate Periode 1993 – 2006 No Tahun Harga Nominal RpTon IHK 1990=100 Harga Riil 1 1993 2.019.788 134,82 1,498,137 2 1994 2.214.926 149,44 1,482,151 3 1995 2.449.172 165,53 1,479,594 4 1996 2.611.784 177,56 1,470,930 5 1997 3.082.616 209,69 1,470,083 6 1998 3.038.584 207,58 1,463,813 7 1999 3.063.086 208,41 1,469,740 8 2000 3.506.523 238,66 1,469,255 9 2001 3.981.061 271,39 1,466,915 10 2002 4.211.456 288,76 1,458,462 11 2003 4.578.972 295,03 1,552,062 12 2004 4.813.424 311,36 1,545,935 13 2005 5.047.876 327,70 1,540,419 14 2006 5.853.328 344,03 1,701,400 Sumber : Bin Syeh Abubakar 2004, Diolah dari DKP Kota Ternate 2006 Tabel 6.20 menjelaskan bahwa harga nominal ikan rata-rata cenderung meningkat selama periode 1993-2006. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 1997 yaitu sebesar 18,03 atau sebesar Rp 3.082.616 per ton, sedangkan terjadi penurunan pada tahun 1998 yaitu sebesar -1,43 atau Rp 3.038.584 per ton. Pada tahun 2000 kembali terjadi peningkatan harga ikan walaupun tidak sebesar tahun 1997 yaitu sebesar 14,48 atau sebesar Rp 3.506.523 per ton. Namun analisis bioekonomik dalam penelitian ini menggunakan harga nominal rata-rata yang lebih update yang terjadi dari bulan Januari-Maret 2007. Harga yang diambil pada bulan tersebut dengan alasan untuk mengimbangi biaya-biaya variabel yang juga diperoleh dari data primer pada bulan-bulan yang sama. Berdasarkan asumsi tersebut, maka rata-rata harga ikan per ton selama tiga bulan, yaitu Januari-Maret 2007 adalah sebesar Rp 7.663.636.- Setelah diperoleh nilai-nilai dari parameter biologi dan parameter ekonomi, kemudian diintroduksi kedalam fungsi effort dan fungsi harvest yang dianalisis dengan menggunakan program MAPLE 9.5, maka diperoleh kurva Total Revenue dan Total Cost sebagaimana pada Gambar 6.10 berikut ini. Gambar 6.10 Kurva Total Revenue TR dan Total Cost TC

6.3.3. Estimasi Discount Rate