Pendekatan Surplus Produsen TINJAUAN PUSTAKA

Keenam, multiplier effects. Langsung ataupun tidak dampak multiplier IUU fishing ini memiliki hubungan dengan penangkapan ikan nasional. Karena aktivitas penangkapan ikan nasional akan terhurangi dengan hilangnya potensi akibat aktivitas IUU fishing. Ketujuh, pengeluaran untuk MCS Monitoring Controlling and Surveillance. Keberdaan IUU fishing akan memaksa anggaran untuk manajemen MCS. Kedelapan, kerusakan ekosistem. Hilangnya niali dari kawasan pantai dan dari area bakau yang boleh jadi dirusakkan oleh IUU fishing. Pengurangan pendapatan untuk masyarakat yang melakukan penangkapan ika diwilayah pantai. Kesembilan, konflik dengan armada nelayan tradisional. Maraknya illegal fishing mengganggu keamanan nelayan Indonesia khususnya nelayan tradisional dalam menangkap ikan diperairan Indonesia khususnya nelayan tradisional yang lagi melakukan penangkapan secara illegal juga mereka tak jarang menembaki nelayan- nelayan tradisional yang lagi melakukan penangkapan ikan di fishing ground yang sama. Kesepuluh, keamanan makanan. Pegurangan ketersediaan ikan pada pasar lokal akan mengurangi ketersediaan protein dan keamanan makanan nasional. Hal ini akan meningkatkan resiko kekurangan gizi dalam masyarakat.

2.4. Pendekatan Surplus Produsen

Surplus produsen adalah suatu pendekatan tradisional untuk menentukan kesejahteraan produsen yang dikembangkan oleh Marshall. Surplus produsen meliputi area di atas kurva suply dan di bawah titik harga Hanley dan L.Spash 1993. Suatu prusahaan di dalam pasar persaingan sempurna baik pasar input maupun output, Kurva suply untuk semua variabel input adalah sangat elastis, yaitu karena kemampuan perusahan untuk membeli semua variabel input yang dibutuhkan dengan harga yang telah ditetapkan dan biaya tetap diasumsikan semakin menurun pada kondisi short-run. Menurut Adrianto 2006, Surplus produsen terjadi ketika jumlah yang diterima oleh produsen lebih besar dari jumlah yang harus dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang atau jasa. Misalnya suatu perusahaan pengalengan ikan yang memproduksi satu kaleng ikan dengan biaya produksi sebesar Rp.3.000.- dan harga jual ikan kaleng tersebut per kaleng adalah Rp.5.000., maka surplus produsen dari contoh tersebut adalah Rp.5.000.-Rp.3.000. = Rp.2.000. Dalam praktek pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap unreported fishing mengakibatkan nilai surplus produsen yang diperoleh produsen dalam hal ini pemerintah sebagai single agent dalam pengelolaan sumberdaya perikanan semakin menurun, jadi pengaruhnya berbanding negatif yaitu jika nilai unreported fishing semakin besar maka surplus produsen yang diperoleh semakin menurun, hal ini dapat digambarkan sebagai berikut. P S a S s CS P B P 1 B 1 C D C 1 Q Q 1 Q Gambar 2.4. Perubahan Nilai Surplus Produsen akibat Pengaruh Kurva Suplai Dari gambar tersebut menjelaskan bahwa surplus produsen berdasarkan produksi aktual S a adalah pada titik P , B , C kemudian setelah diketahui produksi sesungguhnya S s yang diperoleh dari produksi aktual ditambah dengan produksi yang tidak dilaporkanunreported, maka nilai surplus produsen bergeser pada titik P 1, B 1, C 1 dengan perubahan sebesar P B P 1 B 1, sehingga untuk mengoptimalkan rent 23 CS PS resource dari sumberdaya perikanan, maka besar perubahan tersebut harus diminimalkan, yaitu dengan meminimalisir praktek unreported fisheries agar nilai produksi aktual sama dengan nilai produksi sesungguhnya.

2.5. Konsep Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan yang Ekonomis dan Lestari