oleh palawija. Ukuran petakan relatif kecil.
Bentuk tak teratur, pola menyebar,
warna hijau terang, tekstur
kasar, ukuran yang relatif luas,
ditemukan lebih banyak di daerah
pegunungan.
Semak
Pada kondisi lapang, semak yang dijumpai lebih kepada
lahan yang dibiarkan setelah penggunaan tertentu atau lebih
cenderung peralihan penggunaan lahan satu ke
bentuk penggunaan lainnya. Sehingga ditumbuhi oleh
alang-alang atau jenis tumbuhan semak lainnya.
Bentuk tak teratur, pola memanjang
dan meliuk-liuk, warna biru tua,
tekstur halus, dan ukurannya kecil.
Sungai
Di lapangan, sungai ditemukan dengan pola
memanjang dan berkelok- kelok di daerah dataran, dan
relatif lurus di pegunungan. Lebar sungai ± 10 m.
5.2 Penggunaan Lahan pada Tahun 1990, 2000 dan 2008
Penggunaan lahan pada daerah penelitian didominasi oleh sawah, baik pada tahun 1990, 2000, dan 2008 yaitu sekitar 45 dari luas daerah penelitian itu
sendiri. Sedangkan bagian yang lain merupakan kombinasi dari beberapa tipe penggunaan lahan lainnya yang terdapat di wilayah tersebut. Gambar 19, 20, dan
21 menyajikan peta penggunaan lahan DAS Cipunagara dan sekitarnya tahun 1990, 2000, dan 2008.
Pada peta penggunaan lahan baik pada tahun 1990, 2000, maupun 2008 dapat dilihat bahwa penggunaan lahan sawah menyebar di seluruh bagian DAS,
pada daerah dataran lebih dominan dibandingkan di daerah pegunungan. Di daerah dataran sawah ditemukan sangat luas dan menyebar merata hampir di
seluruh bagian, sedangkan di daerah pegunungan ukuran sawah relatif lebih kecil dan menyebar. Berbeda dengan mangrove dan tambak yang hanya berada di
daerah pinggir pantai, yaitu Kecamatan Blanakan dan Pamanukan.
Gambar 5 Peta Penggunaan Lahan DAS Cipunagara dan Sekitarnya Tahun 1990
Gambar 6 Peta Penggunaan Lahan DAS Cipunagara dan Sekitarnya Tahun 2000
Gambar 7 Peta Penggunaan Lahan DAS Cipunagara dan Sekitarnya Tahun 2008 Hutan menyebar di bagian selatan sampai daerah tengah DAS dataran
bukan pantai. Meskipun pada daerah dataran bukan pantai luas hutan cenderung lebih kecil dibandingkan bagian selatannya. Hutan lebih dominan berada di
Kecamatan Jalancagak, Cisalak, dan Tanjungsiang. Kebun jati menyebar di bagian tengah DAS, dan paling besar berada di Kecamatan Buahdua, Indramayu.
Sedangkan semak, dalam penyebarannya berada di sekitar hutan dan kebun jati, juga sawah. Pemukiman menyebar merata dari bagian utara sampai bagian selatan
DAS, dan cenderung lebih padat di bagian tengah. Sedangkan kebun karet, kebun teh dan kebun tebu letaknya cenderung terpusat pada satu daerah tertentu.
Proporsi luasan masing-masing tipe penggunaan lahan pada tahun 1990, 2000, dan 2008 disajikan pada Gambar 22. Dari Gambar 22 dapat diketahui
bahwa penggunaan lahan pada tiga titik tahun pengamatan, sawah masih menjadi penggunaan lahan yang dominan. Pada tahun 1990 luasnya mencapai 46,6 dari
luas total penggunaan lahan, pada tahun 2000 mencapai 45,1, dan pada tahun 2008 mencapai 44,6. Luas total DAS sendiri cenderung meningkat dari satu
tahun ke tahun berikutnya. Pada tahun 1990 luasnya adalah 171.230 ha, pada
tahun 2000 mencapai 171.430 ha dan pada tahun 2008 menjadi 171.630 ha. Hal ini terkait dengan penimbunan bahan-bahan sedimen yang terbawa oleh air sungai
sampai ke daerah muara hilir membentuk sebuah daratan yang disebut delta.
Gambar 8 Luas Penggunaan Lahan Tahun 1990, 2000, dan 2008
Ket : angka di atas diagram menunjukkan persentase luas terhadap total
BDA
: badan air
KCK
: kebun coklat
KTB
: kebun tebu
MRV
: mangrove
SMK
: semak
HTN
: hutan
KJT
: kebun jati
KTH
: kebun teh
PMK
: pemukiman
SNG
: sungai
KCP
: kebun campuran
KKR
: kebun karet
LDG
: ladang
SWH
: sawah
TMB
: tambak
Penggunaan lahan dominan kedua pada masing-masing tahun pengamatan berbeda, pada tahun 1990 ditempati oleh tipe penggunaan lahan hutan yaitu
sebesar 13,6, dan pada tahun 2000 bergeser menjadi kebun jati dengan luasan 12,6, dan 2008 kembali ditempati oleh kebun jati yang mencapai 10,5 dari
luas total. Sedangkan penggunaan lahan badan air, kebun coklat, kebun tebu, kebun teh, ladang, mangrove, sungai dan tambak termasuk penggunaan lahan
dengan luas yang kecil, dengan masing-masing proporsi 5 dari luas total daerah penelitian.
Badan air dan sungai merupakan penggunaan lahan dengan luasan yang dianggap tetap meski memiliki luasan yang berbeda pada masing-masing tahun
pengamatan. Hal ini dikarenakan volume badan air dan sungai sangat dipengaruhi oleh intensitas hujan sebagai sumber utama ketersediaan airnya. Sehingga ketika
perekaman data pada musim hujan akan menghasilkan badan air yang lebih luas dibandingkan pada saat musim kemarau.
5.3 Perubahan Penggunaan Lahan pada Periode Tahun 1990 - 2000 dan 2000 - 2008