Tahap Pengumpulan Data Tahap Pengolahan Data

Niin 2010 mengemukakan bahwa nilai RMSE hasil koreksi geometri pada umumnya tidak lebih dari 0,5 piksel.

b. Tahap Pengumpulan Data

Pada tahap ini, dilakukan pencarian dan pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian. Data yang digunakan meliputi peta Topografi, data PODES Potensi Desa, dan Kabupaten dalam Angka. Selain itu juga dilakukan pengecekan lapang dan survei secara langsung ke daerah penelitian. Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai letak geografis, penggunaan lahan, lama penggunaan dan intensitas penggunaan lahan, serta dokumentasi penggunaan lahannya. Data mengenai lama penggunaan lahan dilakukan dengan wawancara langsung kepada masyarakat setempat.

c. Tahap Pengolahan Data

Tahap pengolahan data dikelompokkan menjadi dua yaitu pengolahan data spasial dan non spasial atribut yang dilakukan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial. Pengolahan Data Spasial Pada analisis data spasial digunakan alat bantu berupa komputer dan perangkat lunak ArcView GIS 3.3, ArcGIS 9.3, dan ERDAS IMAGINE 8.6 yang digunakan dalam pemetaan penggunaan lahan melalui interpretasi digital. Interpretasi citra secara digital on screen dilakukan dengan menggunakan peta Topografi sebagai referensi dalam menentukan jenis penggunaan lahan, yang kemudian dibentuk menjadi peta penggunaan lahan sementara. Selain peta topografi, digunakan juga peta penutupan lahan yang dikeluarkan oleh BPDAS Citarum - Ciliwung. Dalam proses interpretasi citra digital ini lebih dipengaruhi oleh kemampuan mata, karena perubahan aspek- aspek interpretasi diamati secara visual. Obyek yang dikenali dipisahkan dengan cara menarik garis batas antara kelompok yang memiliki kesamaan wujud. Kemudian dilakukan pengelompokkan obyek ke dalam kelas-kelas berdasarkan kesamaan antara obyek. Pengolahan Data Atribut Pada analisis data atribut digunakan perangkat lunak MINITAB 14 yang digunakan dalam Analisis Korelasi dan Analisis Regresi Berganda Multiple Regression Analysis. Tahap awal pengolahan data numerik dimulai dengan melakukan tabulasi dan menyimpannya dalam suatu basis data peta penggunaan lahan dalam beberapa titik tahun pengamatan yaitu tahun 1990, 2000, dan 2008. Pengolahan selanjutnya dengan mengidentifikasi besarnya perubahan luasan dari masing-masing tipe penggunaan lahan yang terjadi pada tahun 1990 - 2000 dan tahun 2000 - 2008. Hasil dari tabulasi perubahan luasan penggunaan lahan ini dilihat hubungannya dengan faktor sosial dan ekonomi daerah setempat. Hubungan antar peubah faktor sosial dan ekonomi pertama-tama dieksplorasi dengan Analisis Korelasi matriks korelasi yang ditampilkan pada Lampiran 1. Analisis ini merupakan salah satu cara untuk mengukur hubungan antara dua peubah atau sifat bersama yang dimiliki oleh peubah-peubah tersebut agar diketahui hubungan keterikatan antara peubah bebas independent dengan peubah terikat dependet. Berdasarkan hasil analisis ini akan terlihat bagaimana keeratan hubungan antara peubah yang satu dengan yang lainnya. Hanya peubah- peubah yang berkorelasi nyata terhadap proporsi perubahan luas penggunaan lahan dan memiliki nilai korelasi yang cukup besar saja yang kemudian dianalisis hingga pengembangan model penduga perubahan luas penggunaan lahannya. Analisis selanjutnya adalah dengan mengembangkan model Analisis Regresi Berganda Multiple Regression Analisys penduga pengaruh faktor sosial dan ekonomi terhadap perubahan luasan penggunaan lahan. Dalam pelaksanaannya, perubahan luasan masing-masing penggunaan lahan pada rentang tahun yang berbeda diasumsikan sebagai peubah terikat dependent, sedangkan karakteristik sosial dan ekonomi masing-masing wilayah administrasi diasumsikan sebagai peubah bebas independent. Secara umum, bentuk persamaan regresi dinyatakan sebagai berikut : Yj = β + β 1 X 1 + β 2 X 2 + … + β k X k + ε Konstanta β adalah peubah respons ketika peubah penduga bernilai 0 nol, β 1 , β 2, … dan β k adalah parameter-parameter model regresi untuk peubah X 1 , X 2 ,… X k . ε adalah eror atau sering disebut residual. Analisis pengaruh faktor sosial dan ekonomi terhadap perubahan luas penggunaan lahan periode tahun 1990 - 2000 dilakukan per kecamatan, karena pada tahun 1990 belum tersedia mengenai potensi wilayah berbasiskan unit desa yang saat ini dikenal dengan sebutan data PODES. Analisis periode tahun 2000 - 2008 dilakukan per kecamatan dan per desa. Secara keseluruhan faktor penduga X = peubah bebas yang digunakan pada analisis per kecamatan dengan analisis per desa hampir sama. Hanya saja pada analisis desa terdapat faktor kerapatan keluarga pertanian yang dalam analisis per kecamatan tidak ada, dan juga faktor jarak ke pasar pada analisis desa dihilangkan. Perubahan luas penggunaan lahan Yj = peubah terikat yang dianalisis meliputi Y 1 = hutan, Y 2 = kebun campuran, Y 3 = kebun jati, Y 4 = kebun tebu, Y 5 = ladang, Y 6 = pemukiman, Y 7 = sawah, dan Y 8 = semak. Faktor-faktor yang digunakan dalam analisis ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Faktor Penduga yang Digunakan dalam Analisis Regresi Berbasis Kecamatan dan Desa No Faktor penduga Keterangan Kecamatan Desa Sumber referensi 1 X 1 luas penggunaan lahan sebelumnya x x 2 X 2 luas penggunaan lahan lain yang mungkin berubah menjadi penggunaan lahan tertentu x x Kependudukan 3 X 3 perubahan kerapatan penduduk x x Supryati, 2006 4 X 4 perubahan kerapatan keluarga pertanian x Gandasasmita, 2001 Fasilitas 5 X 5 fasilitas pendidikan x x Rahmasari, 2004 6 X 6 jumlah pasar x x Rahmasari, 2004 Aksesibilitas 7 X 7 jarak ke pasar x Mather, 1986 8 X 8 kerapatan jalan x x Mather, 1986 Sebagai bahan pertimbangan adalah luas penggunaan lahan sebelumnya dinilai cukup penting dalam perubahan luasan penggunaan lahan terkait dengan produktivitas lahan dalam memenuhi permintaan pasar. Luas penggunaan lain yang mungkin berubah untuk menjadi penggunaan lahan tertentu, diperhatikan untuk melihat ketersediaan lahan. Semakin banyak lahan yang tersedia dan memungkinkan, dapat meningkatkan perubahan luas penggunaan lahan tertentu. Perubahan kerapatan penduduk penting diperhatikan, karena peningkatan jumlah penduduk berindikasi pada peningkatan kebutuhan hidup baik pangan maupun sandang dan papan yang mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan. Selanjutnya, ketersediaan fasilitas pendidikan juga dianggap dapat mempengaruhi perubahan penggunaan lahan. Diasumsikan bahwa semakin tinggi jumlah fasilitas pendidikan yang dimiliki maka semakin tinggi pula taraf pendidikan masyarakat. Sehingga dapat mempengaruhi pola pikir dan penguasaan teknologi dan mendorong terjadinya perkembangan daerah. Daerah yang berkembang cenderung memiliki tingkat perubahan penggunaan lahan yang lebih tinggi dibandingkan daerah yang tidak berkembang. Keberadaan pasar juga mempengaruhi perubahan, karena pada dasarnya masyarakat cenderung memilih penggunaan lahan yang bernilai ekonomi lebih tinggi. Ketersediaan pasar memacu masyarakat untuk mengembangkan usaha yang bernilai ekonomi lebih tinggi. Jarak ke pasar dan kerapatan jalan sangat penting karena berhubungan dengan aksesibilitas. Kemudahan aksesibilitas akan mendorong penggunaan lahan yang dianggap paling efisien dan menguntungkan. Pada analisis per desa, kerapatan keluarga pertanian dianggap penting karena menentukan eksistensi penggunaan lahan pertanian itu sendiri. Ketika jumlah keluarga pertanian menurun dapat diartikan bahwa telah terjadi alih profesi masyarakat ke bidang lain secara tidak langsung berdampak pada perubahan penggunaan lahannya. Sementara itu, jarak ke pasar dihilangkan karena diasumsikan dalam unit desa, masing-masing desa telah memiliki pasar tradisional yang beroperasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat desa meskipun tanpa bangunan fisik dan waktu operasi pasar tidak setiap hari. Pendugaan model regresi dilakukan dengan menggunakan hipotesis : a. H = Regresi berganda tidak berarti, artinya peubah terikat tidak dipengaruhi oleh peubah bebas. b. H 1 = Regresi berganda berarti, artinya peubah terikat dipengaruhi oleh peubah bebas. Keabsahan model ditunjukkan dengan hasil uji F, dengan keputusan berupa : a. Jika nilai F hitung F tabel : terima H 1 , artinya regresi berganda berarti. b. Jika nilai F hitung F tabel : terima H , artinya regresi berganda tidak berarti. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan Analisis Regresi Berganda dihasilkan nilai penduga estimate koefisien peubah yang berpengaruh positif maupun negatif terhadap pola perubahan luas penggunaan. Nilai koefisien positif menggambarkan pendugaan pengaruh peubah yang diukur bersifat meningkatkan probabilitas terjadinya perubahan luasan penggunaan lahan tertentu, sedangkan nilai koefisien negatif bersifat menurunkan probabilitas perubahan. Ketelitian hubungan model regresi ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi R 2 , yaitu semakin tinggi nilai koefisien determinasi maka hubungan antara peubah bebas dengan peubah terikat cukup erat atau teliti. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam hasil analisis adalah nilai P nilai probabilitas kritis, nilai VIF dan konstanta β . Nilai VIF kurang dari sepuluh menunjukkan bahwa suatu peubah penduga dengan peubah penduga lainnya tidak memiliki hubungan korelasi multikolinearitas. Semakin kecil nilai VIF maka semakin baik karena tidak ada hubungan multikolinear di antara peubah-peubah yang digunakan, dengan demikian ketidaksesuaian model yang dibuat akan semakin kecil. Dalam tabel Lampiran 2 dapat dilihat bahwa nilai VIF dari semua peubah yang digunakan 10. Nilai konstanta yang positif dapat diinterpretasikan bahwa perubahan luasan penggunaan lahan tertentu akan terus terjadi, meskipun faktor-faktor sosial dan ekonomi bersifat tetap. Sedangkan nilai konstanta yang negatif dapat diinterpretasikan bahwa ketika faktor-faktor penduga baik yang berasal dari kondisi sosial maupun ekonomi mengalami perubahan yang nyata belum tentu dapat menyebabkan perubahan luasan penggunaan lahan tertentu. Citra Landsat 1990 Citra Landsat 2000 Gambar 2 Bagan Alir Tahapan Penelitian. Citra Landsat 2008 terkoreksi geometrik Koreksi Geometrik Interpretasi visual Digitasi Peta penggunaan lahan 2008 sementara Peta penggunaan lahan 2000 sementara Peta penggunaan lahan 1990 sementara Pengecekan lapang Peta penggunaan lahan 2008 Peta penggunaan lahan 1990 Peta penggunaan lahan 2000 Perubahan penggunaan lahan 1990 - 2000 dan 2000 - 2008 Spasial Data Kabupaten dalam angka, dan PODES thn 1990, 2000, 2008 Analisis Regresi Berganda Atribut Analisis Korelasi Hasil • Perubahan Penggunaan lahan tahun 1990, 2000 dan 2008. • Faktor sosial dan ekonomi yang mempengaruhi perubahan Penggunaan Lahan di DAS Cipunagara.

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN