Kelebihan dari interpretasi visual secara langsung di komputer ini lebih mudah dan dapat mendeteksi obyek melalui pengaturan komposisi band citra. Dan
perkembangan satelit penginderaan jauh yang menyediakan citra satelit beresolusi tinggi yang melebihi data foto udara memungkinkan interpretasi visual
bermanfaat dalam kegiatan interpretasi citra. Interpretasi citra secara visual menurut Vink 1975 dilakukan melalui
enam tahap yaitu deteksi, identifikasi, analisis, deduksi, klasifikasi dan idealisasi. Kegiatan deteksi merupakan kegiatan penyadapan data secara selektif atas obyek
yang tampak langsung dan tidak tampak langsung atau sulit dikenali. Obyek yang dikenali kemudian dipisahkan dengan cara penarikan garis batas antara kelompok
yang memiliki kesamaan wujud. Proses deduksi pada dasarnya untuk memastikan obyek berdasarkan konvergensi bukti atau ciri-ciri yang mengarah pada obyek
tersebut. Berikutnya dilakukan klasifikasi atau pengelompokkan obyek ke dalam kelas-kelas berdasarkan kesamaan antara obyek dan secara idealis merupakan
kegiatan menggambar hasil interpretasi yang dilakukan Wasit, 2010. Interpretasi citra selain didasarkan pemahaman tentang obyek bedasarkan
unsur-unsur interpretasi yang dikenali. Pengenalan obyek juga sangat tergantung pada data citra penginderaan jauh yang tersedia baik foto udara maupun citra
satelit. Citra foto udara skala besar atau citra satelit beresolusi tinggi senantiasa akan memperlihatkan unsur-unsur interpretasi citra secara jelas, sedangkan yang
berskala kecil atau beresolusi rendah obyek sulit dikenali hanya didasarkan pada pembeda warna atau bentuk. Sebagai pelengkap agar interpretasi berlangsung
dengan mudah maka data dasar tersedia dan pengalaman interpreter terhadap lokasi yang dikaji yang memadai sangat membantu interpreter dalam pengenalan
obyek sebenarnya.
2.3 Sistem Informasi Geografi
Sistem informasi geografi terdiri dari tiga kata yaitu sistem, informasi dan geografi. Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian yang
disebut subsistem yang saling berkaitan dan berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu Prahasta, 2001. Informasi adalah suatu data yang telah diproses
atau data yang memiliki arti Raymond McLeod, 1993. Selanjutnya, Laudon 2000 dalam Prahasta 2001 menyatakan bahwa informasi adalah data yang
telah dibentuk menjadi sesuatu yang berarti dan berguna bagi manusia. Jadi, informasi adalah suatu data yang telah diolah menjadi benda yang lebih berguna
bagi penerima serta dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Geografis berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu “Geo” yang berarti
bumi, dan “Graphia” yang berarti mencitra. Jadi, geografis atau yang sering juga dikenal dengan sebutan ilmu bumi adalah ilmu yang menguraikan dan
menganalisa variasi mengenai keadaan permukaan bumi serta umat manusia yang menempatinya.
Jadi, Sistem Informasi Geografi SIG adalah sistem yang dirancang untuk bekerja dengan data yang tereferensi secara spasial atau geografis. Dengan kata
lain, SIG merupakan sistem basis data dengan kemampuan-kemampuan khusus dalam menangani data yang tereferensi secara spasial, selain merupakan
sekumpulan operasi-operasi yang dikenakan terhadap data tersebut Prahasta, 2001. Sistem informasi geografis merupakan suatu teknologi informasi yang
berkaitan dengan pengumpulan dan pengolahan data bereferensi spasial dan berkoordinat geografis Barus dan Wiradisastra, 2000.
Data yang digunakan dalam SIG dapat dikelompokkan ke dalam : a.
Data spasial keruangan, yaitu data yang menunjukkan ruang, lokasi atau tempat-tempat di permukaan bumi. Data spasial berasal dari peta analog, foto
udara dan penginderaan jauh dalam bentuk cetak kertas. b.
Data atribut deskriptis, yaitu data yang terdapat pada ruang atau tempat. Atribut menjelaskan suatu informasi. Data atribut diperoleh dari statistik,
sensus, catatan lapangan dan tabular data yang disimpan dalam bentuk tabel maupun dalam bentuk lainnya. Data atribut dapat dilihat dari segi kualitas,
misalnya kekuatan pohon. Dan dapat dilihat dari segi kuantitas, misalnya jumlah pohon, dan lain-lain.
Komponen utama SIG dapat dibagi dalam tiga komponen, yaitu: 1 komponen keras, meliputi peralatan pemasukan data, peralatan untuk menyimpan
dan pengolahan, dan peralatan mencetak hasil, 2 komponen perangkat lunak, meliputi persiapan dan pemasukan data, manajemen, penyimpanan dan
pemanggilan data, manipulasi data dan analisis, dan pembuatan produk SIG, dan 3 komponen organisasi. Keuntungan memakai SIG adalah kemampuannya dalam
memelihara data dalam bentuk digital. Data ini lebih padat dibanding dalam bentuk peta cetak, tabel, atau bentuk konvensional lainnya. Dengan dipakainya
sistem komputer maka bila diperlukan, data dalam jumlah besar dapat dipanggil dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi dan biaya per unit yang lebih rendah dari
cara manual. Demikian pula dalam hal kemampuan memanipulasi data spasial dan mengaitkannya dengan informasi atribut dan mengintegrasikannya dengan
berbagai tipe data dalam suatu analisis Barus dan Wiradisastra, 2000. Barus dan Wiradisatra 2000 menyebutkan bahwa aplikasi SIG telah
banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang seperti pengelolaan dalam penggunaan lahan di bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan. Di bidang
lingkungan aplikasi SIG digunakan dalam analisis erosi dan dampaknya, analisis daerah rawan banjir, kebakaran atau lahan kritis dan analisis kesenjangan.
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di daerah Daerah Aliran Sungai DAS Cipunagara dan sekitarnya, Jawa Barat Gambar 1. DAS Cipunagara berada
dibawah pengelolaan Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai BPDAS Citarum - Ciliwung. Secara geografis daerah penelitian terletak antara 107
⁰
61 - 107
⁰
99 Bujur Timur dan 6
⁰
19 - 6
⁰
82 Lintang Selatan. Wilayah fungsional daerah penelitian berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah Utara, Kabupaten Indramayu
di sebelah Timur, Kabupaten Sumedang dan Bandung di sebelah Selatan, serta Kabupaten Subang di sebelah Barat.
Persiapan data dan pengolahan citra secara digital dilakukan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial, Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2010 sampai Oktober 2010.
Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian