Pemisahan Limbah Cair dari Bulu dan Daging Aspek Teknis

26 limbah cair dari bulu dan daging dapat dilakukan dengan penyaringan limbah padat tersebut sebelum masuk ke IPAL. Limbah cair dari liming akan dialirkan menuju bak penampungan di IPAL. Di bagian atas bak penampungan ini disimpan saringan yang mampu menahan bulu agar terpisah dari limbah cair. Untuk proses fleshing, pada bagian bawah mesin dipasang pipa besar yang diambil sebagian sisinya sehingga hanya berbentuk setengah lingkaran. Pipa ini akan tersalur langsung ke IPAL namun berbeda alirannya dengan pemasukkan limbah cair dari liming. Diatas bak penampung untuk limbah cair dari fleshing ini dipasang saringan sehingga daging akan tertahan pada saringan. Dengan penyaringan tersebut, diharapkan pengumpulan limbah padat ini akan menjadi lebih mudah. Aspek Lingkungan Pemisahan limbah padat dari limbah cair ini akan memudahkan penanganan selanjutnya dari limbah padat tersebut. Bulu dan daging nantinya akan langsung terjemur dibawah sinar matahari sehingga bau tidak enak yang semula muncul akan berkurang karena keadaan limbahnya sudah kering. Aspek Ekonomi Pada perhitungan ekonomi pada opsi ini, digunakan asumsi bahwa proses liming dan fleshing dilakukan sebanyak 12 kali 12 hari dalam sebulan dan dalam sehari hanya dilakukan satu kali batch produksi dengan kapasitas 1.5 ton.. a. Biaya pembelian saringan kawat 0.1 cm = 3.75 meter x Rp 20,000,-meter = Rp 75,000, harga saringan bersumber dari toko Sarana Agung, 2011 b. Biaya pembelian saringan kawat 1 cm = 3.75 meter x Rp 10,000,-meter = Rp 37,500, harga saringan bersumber dari toko Sarana Agung, 2011 c. Biaya pembuatan saringan = Rp 30,000,- perkiraan d. Biaya pembelian pipa 4 inchi = 5 meter x Rp 100,000,-meter = Rp 500,000,- harga pipa bersumber dari Permadi, 2010 Total biaya investasi = Rp 642,500,- e. Penjualan daging = 525 kg x 12 hari x Rp 900,-kg = Rp 5,670,000,-bulan harga jual daging bersumber dari PT. Muhara Dwi Tunggal Laju, 2002 f. Penjualan bulu = 37 kg x 12 hari x Rp 300,-kg = Rp 133,200,-bulan harga jual bulu hasil perkiraan Total pendapatan = Rp 5,803,200,-bulan Pay back period = Rp 642,500,- : Rp 5,803,200,- = 0.1 bulan

5.5.4 Pengolahan Limbah Daging menjadi Lemak

Menurut Prayitno 2009, sisa buang daging ini sebetulnya dapat diolah kembali untuk menghasilkan produk berguna lainnya seperti untuk diambil lemaknya tallow yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti sabun dan kosmetik. Untuk memperoleh lemak dari limbah buang daging dapat dilakukan dengan bermacam cara yaitu hidrolisis dengan uap, hidrolisis dalam basa, dan pemasakan dengan enzim protease. Diantara ketiga pilihan proses tersebut, yang paling efektif adalah proses pemasakan dengan enzim protease. Menurut penelitian Sutyasmi et al. 2006 dalam Priyatno 2009, metode ekstraksi lemak dari limbah buang daging dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan sistem pemanasan menggunakan pemanas uap dan cara ekstraksi dengan bahan pelarut. Waktu yang dibutuhkan untuk sistem pemanasan adalah 60 menit. Dari proses ini, untuk 5 kg limbah daging akan diperoleh 0.22 – 0.42 kg 27 lemak. Hasil perhitungan teknoekonomi diketahui bahwa harga 1 kg lemak hasil ekstraksi adalah Rp 1,250,-. Aspek Teknis Tahapan yang dilakukan untuk mengambil lemak tallow menurut Sutyasmi et al. 2006 dalam Priyatno 2009 adalah mencacah daging untuk memperluas permukaan kontak dengan enzim, kemudian memasukkannya kedalam reaktor dan ditambahkan enzim savinase enzim protease. Pengadukan di dalam reaktor dilakukan selama 30 – 60 menit dengan suhu 50 o C - 60 o C. Emulsi lemak akan berada di permukaan, kemudian dipisahkan dari lapisan yang ada dibawahnya. Emulsi lemak yang sudah diambil kemudian ditambahkan hidrogen peroksida dan asam asam sulfat atau asam klorida dan dipanaskan dengan pemanas uap hingga mencapai titik didihnya. Dari proses ini dapat dihasilkan lemak sampai 90. Secara teknis, pengolahan limbah daging ini relatif mudah untuk dilakukan mengingat luasan lahan yang dibutuhkan pun tidak terlalu besar dan tidak perlu dilakukan penambahan pekerja untuk mengolahnya, karena kegiatan ini dapat dilakukan oleh seorang pekerja saja dan waktunya pun fleksibel. Bahan yang diperlukan pun cukup mudah diperoleh di pasaran. Aspek Lingkungan Pengolahan daging ini dapat mengurangi cemaran bau yang ditimbulkan dari penumpukan limbah daging. Hilangnya bau yang ditimbulkan dari limbah daging karena limbah tersebut langsung terjemur dibawah sinar matahari. Aspek Ekonomi Jika pengolahan ekstraksi lemak ini dilakukan oleh industri penyamakan Haji Ali Ahmad, maka dari 525 kg limbah daging akan diperoleh lemak maksimum sebesar 0.42 x 5255 kg = 44.1 kg lemak dengan harga Rp 1,250,- kg x 44.1 kg = Rp 55,125,-. Dengan begitu, untuk satu bulan produksi dengan asumsi pengolahan daging dari proses fleshing dilakukan sebanyak 12 kali 12 hari dan dalam sehari hanya dilakukan satu kali batch produksi dengan kapsitas 1.5 ton, maka dapat diperoleh keuntungan sebesar 12 x Rp 55,125,- = Rp 661,500,- per bulan. Untuk dapat melakukan pengolahan daging ini secara mandiri, berarti industri harus mengeluarkan biaya pembelian reaktor, enzim protease, hidrogen peroksida dan asam sulfat. Jika dilakukan analisis biayanya, maka akan diperoleh : a. Biaya pembelian reaktor = Rp 650,000.- narasumber b. Biaya pembelian wadah tabung = Rp 100,000,- narasumber Total biaya investasi = Rp 750,000,- c. Biaya enzim protease = Rp 326,000,-kg Nextag, 2011 d. Biaya hidrogen peroksida = 6 x Rp 2,800,-kg = Rp 16,800,-bulan dengan asumsi 1 kg hidrogen peroksida digunakan untuk dua kali ekstraksi dan harga bersumber dari Anonim, 2011 e. Biaya asam sulfat = 6 x Rp 3,000,-kg = Rp 18,000,-bulan dengan asumsi 1 kg asam sulfat digunakan untuk dua kali ekstraksi dan harga bersumber dari industri Haji Ali Ahmad, 2011 Total biaya operasi = Rp 360,800,-bulan Biaya penjualan lemak = Rp 1,250,- kg x 44.1 kg x 12 = Rp 661,500,-bulan harga bersumber dari Sri Sutyasmi dkk. 2006 dalam Priyatno 2009 Net profit = Rp 661,500,- - Rp 360,800,- = Rp 300,700,-bulan Pay back period = Rp 750,000,- : Rp 300,700,- = 2.5 bulan