Kesimpulan Saran Kajian Implementasi Produksi Bersih di Industri Penyamakan Kulit (Kasus Desa Cibuluh, Kecamatan Bogor Utara)

37 DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Struktur Kulit. http:repository.upi.eduoperatoruploads_kim_060517_chapter2.pdf. [11 Agustus 2011]. Anonim. 2011. Analisis SWOT. http:daps.bps.go.idfile_artikel66Analisis20SWOT.pdf. [8 Agustus 2011]. Anonim. 2011. Pabrik Hidrogen Peroksida H2O2 di Indonesia. http:industrikimia.comdata- pabrikpabrik-hidrogen-peroksida-h2o2-di-indonesia. [20 Juli 2011]. Fahidin dan Muslich. 1999. Ilmu dan Teknologi Kulit. Bogor: Fateta IPB. Indrasti NS dan Fauzi AM. 2009. Produksi Bersih. Departemen Teknologi Industri Pertanian. : Bogor: Fateta IPB. Judoamidjojo M. 1981. Defek-defek pada Kulit Mentah dan Kulit Samak. Jakarta: Bhatara Karya Aksara. Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Marimin dan Maghfiroh N. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor: IPB Press. Nextag. 2011. Protease Enzyme. http:www.nextag.comprotease-enzymestores-html. [20 Juli 2011]. Permadi R. 2010. Harga Pipa HDPE. http:hargapipahdpe.blogspot.com. [19 Juli 2011]. Prayitno. 2009. Kajian penerapan recycle, reuse, dan recovery untuk proses produksi kulit wet blue pada industri penyamakan kulit. Kulit, Karet, dan Plastik 251: 45-52. Purnomo E. 1985. Pengetahuan Dasar Teknologi Penyamakan Kulit. Yogyakarta: Akademi Teknologi Kulit, Departemen Perindustrian. Purnomo E. 1987. Penyamakan Kulit Reptil. Yogyakarta: Akademi Teknologi Kulit, Departemen Perindustrian. Pursud. 2010. Berdagang Macam-macam Pompa Air. http:www.kaskus.usshowthread.php. [19 Juli 2011]. Sharphouse JH. 1978. Leather Technician’s Handbook. Leather Producers Association: London. Wazir I. 2011. Penyamakan Kulit Kambing, Sapi dan Kelinci. http: penyamakan-kulit-kambing- sapi-kelinci.blogspot.com. [11 Agustus 2011]. 38 Lampiran 1. Struktur hierarki AHP limbah industri penyamakan kulit Meminimumkan Limbah Produksi Kulit Samak Lembaga Keuangan Dukungan Pemerintah Modal Kebijakan Industri Perbaikan Lingkungan Pelaku Industri Litbang PT Pemerintah Daerah Tujuan Teknologi Peningkatan Pendapatan Pengoptimalan Proses Goal Pengolahan limbah daging menjadi lemak Pemisahan limbah cair dari bulu dan daging Penggunaan kembali air buangan pre soaking untuk proses pre soaking pada batch selanjutnya Mendesain instalasi pembuangan air ke IPAL dengan pipa langsung dari molen Penggunaan kembali limbah krom dengan cara daur ulang Aktor Faktor Strategi Lampiran 2. Kuesioner AHP Tanggal Pengisian : No. Responden : Penggunaan Proses Hirarki Analitik MEMINIMUMKAN LIMBAH PRODUKSI KULIT SAMAK DENGAN BAHAN PENYAMAK KROMIUM Kuesioner ini merupakan salah satu instrumen dalam menyelesaikan penelitian. Kuesioner ini disusun oleh : Peneliti : Febriana Alihniar NRP : F34070040 Program Studi : Teknologi Industri Pertanian Fakultas : Teknologi Pertanian Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Anas Miftah Fauzi, M.Eng Nama : Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan Pendidikan Terakhir: Tidak tamat SD DiplomaAkademi SD Sarjana SMP Pascasarjana SMA Doktor Pekerjaan : PelajarMahasiswa WiraswastaPengusaha BUMNPegawai Negeri Lainnya, sebutkan.............. Pegawai Swasta KUESIONER PENELITIAN KAJIAN IMPLEMENTASI PRODUKSI BERSIH DI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT KASUS DESA CIBULUH, KECAMATAN BOGOR UTARA IDENTITAS RESPONDEN 40 PENGANTAR Pengisian kuesioner ini bertujuan untuk menentukan strategi dalam meminimumkan limbah produksi yang dihasilkan dari industri penyamakan kulit. Industri penyamakan kulit yang difokuskan pada kuesioner ini adalah yang menggunakan bahan penyamak kromium. Struktur hierarki dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Meminimumkan Limbah Produksi Kulit Samak Lembaga Keuangan Dukungan Pemerintah Modal Kebijakan Industri Perbaikan Lingkungan Pelaku Industri Litbang PT Pemerintah Daerah Tujuan Teknologi Peningkatan Pendapatan Pengoptimalan Proses Goal Pengolahan limbah daging menjadi lemak Pemisahan limbah cair dari bulu dan daging Penggunaan kembali air buangan pre soaking untuk proses pre soaking pada batch selanjutnya Mendesain instalasi pembuangan air ke IPAL dengan pipa langsung dari molen Penggunaan kembali limbah krom dengan cara daur ulang Aktor Faktor Strategi 41 PETUNJUK PENGISIAN I. UMUM 1. Isi kolom identitas yang terdapat pada halaman depan kuesioner. 2. Berikan penilaian terhadap hierarki penentuan Strategi Meminimumkan Limbah Produksi Kulit Samak. 3. Penilaian dilakukan dengan membandingkan tingkat kepentinganperan komponen dalam satu level hierarki yang berkaitan dengan komponen-komponen level sebelumnya menggunakan skala penilaian yang terdapat pada petunjuk bagian II. 4. Penilaian dilakukan dengan mengisi titik-titik pada kolom yang telah tersedia.

II. SKALA PENILAIAN

Definisi dari skala yang digunakan adalah sebagai berikut: Nilai Perbandingan A dibandingkan B Definisi 1 A sama penting dengan B 3 A sedikit lebih penting dari B -3 Kebalikannya B sedikit lebih penting dari A 5 A jelas lebih penting dari B -5 Kebalikannya B jelas lebih penting dari B 7 A sangat jelas lebih penting dari B -7 Kebalikannya B sangat jelas lebih lebih penting dari A 9 A mutlak lebih penting dari pada B -9 Kebalikannya B mutlak lebih penting dari pada A 2,4,6,8 atau -2, -4, -6. -8 Diberikan apabila terdapat sedikit perbedaan dengan patokan diatas Keterangan : Dalam pengisian kuesioner ini BapakIbuSaudaraSaudari diminta untuk membandingkan mana yang lebih penting antara elemen A dengan elemen B, lalu memberikan bobot berdasarkan petunjuk. Keluaran dari kuesioner ini adalah menentukan salah satu elemen yang menjadi prioritas untuk di implementasikan berdasarkan pendapat responden. 42 Contoh Pengisian : Misalkan terdapat elemen yang mempengaruhi efisiensi pengeluaran jumlah limbah yang dihasilkan yaitu faktor modal, teknologi, kebijakan industri dan dukungan pemerintah. Berdasarkan tingkat kepentingan maka faktor tersebut disusun dalam bentuk tabel seperti pada contoh berikut: Elemen Faktor A Elemen Faktor B Modal Teknologi Kebijakan Industri Dukungan Pemerintah Modal 1 5 a -3 b 9 Teknologi 1 6 7 Kebijakan Industri 1 -2 Dukungan Pemerintah 1 Keterangan : Nilai Pada a : Faktor Modal jelas lebih penting dari Teknologi Nilai Pada b : Faktor Kebijakan Industri sedikit lebih penting dari Modal Perhatian : Konsistensi penilaian sangat penting untuk diperhatikan Tabel 1. Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen faktor dibawah ini berdasarkan Goal Meminimumkan Limbah Produksi Kulit Samak Elemen Faktor A Elemen Faktor B Modal Teknologi Kebijakan Industri Dukungan Pemerintah Modal 1 …… …… …… Teknologi 1 …… …… Kebijakan Industri 1 …… Dukungan Pemerintah 1 Tabel 2.1 Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen aktor dibawah ini berdasarkan faktor Modal Elemen Aktor A Elemen Aktor B Pelaku Industri Litbang PT Pemerintah Daerah Lembaga Keuangan Pelaku Industri 1 …… …… …… Litbang PT 1 …… …… Pemerintah Daerah 1 …… Lembaga Keuangan 1 43 Tabel 2.2 Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen aktor dibawah ini berdasarkan faktor Teknologi Elemen Aktor A Elemen Aktor B Pelaku Industri Litbang PT Pemerintah Daerah Lembaga Keuangan Pelaku Industri 1 …… …… …… Litbang PT 1 …… …… Pemerintah Daerah 1 …… Lembaga Keuangan 1 Tabel 2.3 Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen aktor dibawah ini berdasarkan faktor Kebijakan Industri Elemen Aktor A Elemen Aktor B Pelaku Industri Litbang PT Pemerintah Daerah Lembaga Keuangan Pelaku Industri 1 …… …… …… Litbang PT 1 …… …… Pemerintah Daerah 1 …… Lembaga Keuangan 1 Tabel 2.4 Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen aktor dibawah ini berdasarkan faktor Dukungan Pemerintah Elemen Aktor A Elemen Aktor B Pelaku Industri Litbang PT Pemerintah Daerah Lembaga Keuangan Pelaku Industri 1 …… …… …… Litbang PT 1 …… …… Pemerintah Daerah 1 …… Lembaga Keuangan 1 Tabel 3.1 Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen tujuan dibawah ini berdasarkan aktor Pelaku Industri Elemen Tujuan A Elemen Tujuan B Peningkatan Pendapatan Perbaikan Lingkungan Pengoptimalan Proses Peningkatan Pendapatan 1 …… …… Perbaikan Lingkungan 1 …… Pengoptimalan Proses 1 44 Tabel 3.2 Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen tujuan dibawah ini berdasarkan aktor Litbang PT Elemen Tujuan A Elemen Tujuan B Peningkatan Pendapatan Perbaikan Lingkungan Pengoptimalan Proses Peningkatan Pendapatan 1 …… …… Perbaikan Lingkungan 1 …… Pengoptimalan Proses 1 Tabel 3.3 Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen tujuan dibawah ini berdasarkan aktor Pemerintah Daerah Elemen Tujuan A Elemen Tujuan B Peningkatan Pendapatan Perbaikan Lingkungan Pengoptimalan Proses Peningkatan Pendapatan 1 …… …… Perbaikan Lingkungan 1 …… Pengoptimalan Proses 1 Tabel 3.4 Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen tujuan dibawah ini berdasarkan aktor Lembaga Keuangan Elemen Tujuan A Elemen Tujuan B Peningkatan Pendapatan Perbaikan Lingkungan Pengoptimalan Proses Peningkatan Pendapatan 1 …… …… Perbaikan Lingkungan 1 …… Pengoptimalan Proses 1 45 Tabel 4.1 Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen strategi dibawah ini berdasarkan tujuan Peningkatan Pendapatan Elemen Strategi A Elemen Strategi B Mendesain instalasi pembuangan air ke IPAL dengan pipa langsung dari molen Penggunaan kembali air buangan pre soaking untuk proses pre soaking pada batch selanjutnya Pemisahan limbah cair dari bulu dan daging Pengolahan limbah daging menjadi lemak Penggunaan kembali limbah krom dengan cara daur ulang Mendesain instalasi pembuangan air ke IPAL dengan pipa langsung dari molen 1 …… …… …… …… Penggunaan kembali air buangan pre soaking untuk proses pre soaking pada batch selanjutnya 1 …… …… …… Pemisahan limbah cair dari bulu dan daging 1 …… …… Pengolahan limbah daging menjadi lemak 1 …… Penggunaan kembali limbah krom dengan cara daur ulang 1 46 Tabel 4.2 Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen strategi dibawah ini berdasarkan tujuan Perbaikan Lingkungan Elemen Strategi A Elemen Strategi B Mendesain instalasi pembuangan air ke IPAL dengan pipa langsung dari molen Penggunaan kembali air buangan pre soaking untuk proses pre soaking pada batch selanjutnya Pemisahan limbah cair dari bulu dan daging Pengolahan limbah daging menjadi lemak Penggunaan kembali limbah krom dengan cara daur ulang Mendesain instalasi pembuangan air ke IPAL dengan pipa langsung dari molen 1 …… …… …… …… Penggunaan kembali air buangan pre soaking untuk proses pre soaking pada batch selanjutnya 1 …… …… …… Pemisahan limbah cair dari bulu dan daging 1 …… …… Pengolahan limbah daging menjadi lemak 1 …… Penggunaan kembali limbah krom dengan cara daur ulang 1 47 Tabel 4.3 Membandingkan tingkat kepentingan elemen-elemen strategi dibawah ini berdasarkan tujuan Pengoptimalan Proses Elemen Strategi A Elemen Strategi B Mendesain instalasi pembuangan air ke IPAL dengan pipa langsung dari molen Penggunaan kembali air buangan pre soaking untuk proses pre soaking pada batch selanjutnya Pemisahan limbah cair dari bulu dan daging Pengolahan limbah daging menjadi lemak Penggunaan kembali limbah krom dengan cara daur ulang Mendesain instalasi pembuangan air ke IPAL dengan pipa langsung dari molen 1 …… …… …… …… Penggunaan kembali air buangan pre soaking untuk proses pre soaking pada batch selanjutnya 1 …… …… …… Pemisahan limbah cair dari bulu dan daging 1 …… …… Pengolahan limbah daging menjadi lemak 1 …… Penggunaan kembali limbah krom dengan cara daur ulang 1 ---- Terima Kasih Atas Partisipasinya dalam Pengisian Kuesioner ini ---- 49 Lampiran 4. Kuesioner aspek internal dan eksternal industri penyamakan kulit Haji Ali Ahmad Kuesioner Identifikasi Bobot dan Rangking Aspek Internal dan Aspek Eksternal Industri Penyamakan Kulit Haji Ali Ahmad Nama Responden : Tanda Tangan : Petunjuk Pengisian: BapakIbu dimita untuk membandingkan mana yang lebih penting dari Atribut yang satu dengan Atribut yang lainnya dengan memberi bobot berdasarkan petunjuk. Nilai Perbandingan A dibandingkan B Definisi 1 A sama penting dengan B 3 A sedikit lebih penting dari B -3 Kebalikannya B sedikit lebih penting dari A 5 A jelas lebih penting dari B -5 Kebalikannya B jelas lebih penting dari B 7 A sangat jelas lebih penting dari B -7 Kebalikannya B sangat jelas lebih lebih penting dari A 9 A mutlak lebih penting dari pada B -9 Kebalikannya B mutlak lebih penting dari pada A 2,4,6,8 atau -2, -4, -6. -8 Diberikan apabila terdapat sedikit perbedaan dengan patokan diatas Selanjutnya adalah memberikan rangkingrating kepada masing-masing atribut dari aspek internal dan aspek eksternal industri sesuai dengan skala dibawah ini. Skala 1 : kurang berpengaruh terhadap industri Skala 2 : berpengaruh terhadap industri Skala 3 : sangat berpengaruh terhadap industri 50 Aspek internal terdiri dari Kekuatan dan Kelemahan industri. Tabel 1. Membandingkan atribut-atribut dibawah ini berdasarkan Kekuatan industri Elemen A Elemen B Jumlah tenaga kerja yang sedikit Tenaga kerja yang terlatih Kemitraan yang baik dengan pekerja dan pengorder Pengawasan dan pemantauan yang intensif dari pihak atas kepada tenaga kerja Harga yang bersaing Penanganan bahan sudah optimal Fungsi dan fasilitas RD cukup baik Jumlah tenaga kerja yang sedikit 1 ……. ……. ……. ……. ……. ……. Tenaga kerja yang terlatih 1 ……. ……. ……. ……. ……. Kemitraan yang baik dengan pekerja dan pengorder 1 ……. ……. ……. ……. Pengawasan dan pemantauan yang intensif dari pihak atas kepada tenaga kerja 1 ……. ……. ……. Harga yang bersaing 1 ……. ……. Penanganan bahan sudah optimal 1 ……. Fungsi dan fasilitas RD cukup baik 1 Atribut Kekuatan Industri RangkingRating Jumlah tenaga kerja yang sedikit ……. Tenaga kerja yang terlatih ……. Kemitraan yang baik dengan pekerja dan pengorder ……. Pengawasan dan pemantauan yang intensif dari pihak atas kepada tenaga kerja ……. Harga yang bersaing ……. Penanganan bahan sudah optimal ……. Fungsi dan fasilitas RD cukup baik ……. Ket: 1 : kurang berpengaruh terhadap industri 2 : berpengaruh terhadap industri 3 : sangat berpengaruh terhadap industri 51 Tabel 2. Membandingkan atribut-atribut dibawah ini berdasarkan Kelemahan industri Elemen A Elemen B Peralatan sudah cukup tua Ketersediaan bahan baku yang fluktuatif Penanganan limbah belum baik Peralatan sudah cukup tua 1 ……. ……. Ketersediaan bahan baku yang fluktuatif 1 ……. Penanganan limbah belum baik 1 Atribut Kelemahan Industri RangkingRating Peralatan sudah cukup tua ……. Ketersediaan bahan baku yang fluktuatif ……. Penanganan limbah belum baik ……. Ket: 1 : kurang berpengaruh terhadap industri 2 : berpengaruh terhadap industri 3 : sangat berpengaruh terhadap industri Aspek Eksternal terdiri dari Peluang dan Ancaman industri Tabel 3. Membandingkan atribut-atribut dibawah ini berdasarkan Peluang industri Elemen A Elemen B Menjadi pensuplai bahan baku untuk sarung tangan mutu ekspor Mempunyai market share sendiri Menjadi pensuplai bahan baku untuk sarung tangan mutu ekspor 1 …… Mempunyai market share sendiri 1 Atribut Peluang Industri RangkingRating Menjadi pensuplai bahan baku untuk sarung tangan mutu ekspor …… Mempunyai market share sendiri …… Ket: 1 : kurang berpengaruh terhadap industri 2 : berpengaruh terhadap industri 3 : sangat berpengaruh terhadap industri Tabel 4. Membandingkan atribut-atribut dibawah ini berdasarkan Ancaman industri 52 Elemen A Elemen B Keberadaan perusahaan dengan usaha yang sama Konsumsi masyarakat terhadap daging yang menurun menyebabkan menurunnya jumlah kulit mentah Birokrasi mengenai penanganan limbah Keberadaan perusahaan dengan usaha yang sama 1 …… …… Konsumsi masyarakat terhadap daging yang menurun menyebabkan menurunnya jumlah kulit mentah 1 …… Birokrasi mengenai penanganan limbah 1 Atribut Ancaman Industri RangkingRating Keberadaan perusahaan dengan usaha yang sama …… Konsumsi masyarakat terhadap daging yang menurun menyebabkan menurunnya jumlah kulit mentah …… Birokrasi mengenai penanganan limbah …… Ket: 1 : kurang berpengaruh terhadap industri 2 : berpengaruh terhadap industri 3 : sangat berpengaruh terhadap industri ---- Terima Kasih Atas Partisipasinya dalam Pengisian Kuesioner ini ---- 53 Lampiran 5. Matriks SWOT industri penyamakan kulit Haji Ali Ahmad KEKUATAN S 1. Jumlah tenaga kerja yang sedikit 2. Tenaga kerja yang terlatih 3. Kemitraan yang baik dengan pekerja dan pengorder 4. Pengawasan dan pemantauan yang intensif dari pihak atas kepada tenaga kerja 5. Harga yang bersaing 6. Penanganan bahan sudah optimal 7. Fungsi dan fasilitas RD cukup baik KELEMAHAN W 1. Peralatan sudah cukup tua 2. Ketersediaan bahan baku yang fluktuatif 3. Penanganan limbah belum baik PELUANG O 1. Menjadi pensuplai bahan baku untuk sarung tangan mutu ekspor 2. Punya market share sendiri SO 1. Mempertahankan dan meningkatkan mutu produk kulit samak dengan tetap memperhatikan perbaikan lingkungan 2. Memperluas jaringan distribusi WO 1. Melakukan perawatan peralatan secara berkala 2. Meningkatkan efisiensi produksi ANCAMAN T 1. Keberadaan perusahaan dengan usaha yang sama 2. Konsumsi masyarakat terhadap daging yang menurun menyebabkan menurunnya jumlah kulit mentah 3. Birokrasi mengenai penanganan limbah ST 1. Mempertahankan dan meningkatkan mutu produk kulit samak 2. Melakukan penanganan limbah sendiri 3. Menjalin kemitraan lebih luas lagi dengan masyarakat WT 1. Meningkatkan teknologi penanganan limbah 2. Melibatkan pedagang eceran sebagai mitra pensuplai bahan baku 3. Mempertahankan mutu peralatan Internal Eksternal KAJIAN IMPLEMENTASI PRODUKSI BERSIH DI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT KASUS DESA CIBULUH, KECAMATAN BOGOR UTARA SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Oleh FEBRIANA ALIHNIAR F34070040 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 Judul Skripsi : Kajian Implementasi Produksi Bersih di Industri Penyamakan Kulit Kasus Desa Cibuluh, Kecamatan Bogor Utara Nama : Febriana Alihniar NIM : F34070040 Menyetujui, Pembimbing Skripsi, Prof. Dr. Ir. Anas Miftah Fauzi, M.Eng NIP. 19600419 198503 1 002 Mengetahui: Ketua Departemen, Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti NIP. 19621009 198903 2001 Tanggal Lulus : 23 Agustus 2011 STUDY ON CLEANER PRODUCTION IMPLEMENTATION IN LEATHER TANNING INDUSTRY : A CASE STUDY IN DESA CIBULUH, NORTH BOGOR SUB-DISTRICT Febriana Alihniar and Anas Miftah Fauzi Department of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 222, Bogor, West Java, Indonesia ABSTRACT L eather tanning industries are industries that process animal skin to produce finish leather product by using many stages of process. Every stage of the process will generate a large amount of wastes, either liquid or solid wastes. If the waste is not treated properly, it will cause environmental pollution. Implementation of cleaner production strategy can be used to solve this problem. This research studies the potentials of cleaner production application and alternative of cleaner production strategy in order to develop environmental friendly tanning industry in Cibuluh. The method used was process identification, waste sourch identification, and cleaner production analysis strategy. The cleaner production alternatives which are potential to be applied are design of installation wastewater to IPAL with pipe from molen machine, reuse wastewater from pre soaking process for the next batch, separation wastewater from hair and flesh, processing of fleshing waste for fat, and recycle chromium from tanning wastewater. Based on the priority alternative, three options were selected, namely recycle chromium from tanning wastewater, separation wastewater from hair and flesh, and reuse wastewater from pre soaking process for the next batch. The total investment of these option is Rp 2,059,500,- with pay back period PBP of 0.17 month. The Analitycal Hierarchy Process AHP analysis result shows that industrial policy is the most important factor to minimize waste product of tanning industry. The priority of cleaner production program from AHP analysis is recycle chromium from tanning wastewater which is consistent to that resulted from field study. Keywords : cleaner production, leather tanning, AHP Febriana Alihniar. F34070040. Kajian Implementasi Produksi Bersih di Industri Penyamakan Kulit Kasus Desa Cibuluh, Kecamatan Bogor Utara . Di bawah bimbingan Anas Miftah Fauzi. 2011. RINGKASAN Industri penyamakan kulit merupakan industri yang mengolah kulit mentah menjadi kulit samak. Kulit samak adalah kulit yang dikerjakan sedemikian rupa sehingga bersifat lebih permanen, dengan kadar air tertentu yang tidak memungkinkan tumbuhnya mikroorganisme. Bahan baku dari industri penyamakan kulit adalah kulit hewan, terutama kulit dari hewan-hewan mamalia seperti kambing, sapi dan domba. Kulit samak banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan jaket, sepatu, sarung tangan, dan sebagainya. Selain faktor ekonomi yang menguntungkan dari segi penjualan produk kulit samak, faktor lingkungan sebagai objek pembuangan limbah pun perlu mendapat perhatian khusus dari industri. Pada umumnya semua pelaku industri menyadari akan pentingnya faktor lingkungan ini. Namun sering kali pelaksanaannya terbentur oleh pembiayaan yang harus dikeluarkan untuk mengolah limbah industri tersebut. Salah satu jawaban mengenai permasalahan ini adalah dengan penerapan konsep produksi bersih. Produksi bersih merupakan suatu alternatif dalam strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dengan meminimalkan jumlah limbah yang keluar. Penekanan produksi bersih mengarah pada upaya agar industri tidak mengeluarkan limbah, atau setidaknya dapat meminimalkan jumlah limbah yang dihasilkan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis peluang penerapan produksi bersih di industri penyamakan kulit dilihat dari berbagai aspek seperti aspek teknis, lingkungan dan ekonomi untuk mendapatkan alternatif strategi. Metodologi yang digunakan adalah mengidentifikasi proses produksi, mengidentifikasi munculnya limbah dan menganalisis penerapan produksi bersih. Proses produksi kulit samak di industri penyamakan kulit Haji Ali Ahmad terdiri dari proses perendaman soaking, pengapuran liming, pembuangan daging fleshing, pembuangan kapur deliming, pengasaman pickling, penyamakan tanning, penggantungan, perataan dan penyerutan shaving, penyamakan ulang retanning, pewarnaan dasar dyeing, peminyakan fat liquoring, fiksasi, vakum, penggantungan, pengeringanpenjemuran, perengangan, spraying, penyetrikaan, pengukuran dan penyortiran. Limbah yang dihasilkan berupa limbah cair asam dan basa, limbah padat, dan limbah B3 Bahan Berbahaya dan Beracun. Untuk satu kali produksi dengan kapasitas 1.5 ton kulit mentah dihasilkan 27,000 liter limbah cair, 700 kg limbah padat, dan 1,500 liter limbah B3. Dari hasil pengamatan di lapangan, opsi produksi bersih yang dapat diterapkan antara lain mendesain instalasi pembuangan air ke IPAL dengan pipa langsung dari molen, penggunaan kembali air buangan pre soaking untuk proses pre soaking pada batch selanjutnya, pemisahan limbah cair dari bulu dan daging, pengolahan limbah daging menjadi lemak, dan penggunaan kembali limbah krom dengan cara daur ulang. Keseluruhan opsi tersebut kemudian dikaji dari aspek teknis, lingkungan dan ekonomi. Dari hasil pengkajian, opsi penggunaan kembali limbah krom dengan cara daur ulang menjadi prioritas yang pertama, sedangkan dengan pemisahan limbah cair dari bulu dan daging serta penggunaan kembali air buangan pre soaking untuk proses pre soaking pada batch selanjutnya menjadi prioritas kedua dan ketiga. Jika ketiga opsi ini dilaksanakan, akan diperoleh keuntungan per bulan Rp 12,447,600,- dengan pay back period selama 0.17 bulan dan pengurangan limbah ke lingkungan sebesar 4,540 L dengan total minimisasi yang diperoleh sebesar Rp 197,000,- untuk satu kali batch produksi.. Selain kajian langsung di lapangan, penentuan implementasi produksi bersih ini juga menggunakan Analytical Hierarchy Process AHP. Rasio konsistensi yang diperoleh sebesar 6. Hasil analisis AHP menunjukkan bahwa faktor yang paling menentukan pengimplementasian produksi bersih di industri penyamakan kulit adalah kebijakan industri tersebut, sedangkan opsi yang memperoleh prioritas tertinggi adalah penggunaan kembali limbah krom dengan cara daur ulang. Hasil ini memperlihatkan bahwa permasalahan utama dari industri penyamakan kulit adalah limbah bahan penyamak krom sehingga diperlukan upaya untuk meminimumkan jumlah limbah B3 tersebut. 1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri penyamakan kulit merupakan industri yang mengolah kulit mentah menjadi kulit samak. Kulit samak adalah kulit yang dikerjakan sedemikian rupa sehingga bersifat lebih permanen, dengan kadar air tertentu yang tidak memungkinkan tumbuhnya mikroorganisme. Bahan mentah dari industri penyamakan kulit adalah kulit hewan, terutama kulit dari hewan-hewan mamalia seperti kambing, sapi dan domba. Kulit dari hewan-hewan mamalia tersebut memiliki nilai ekonomis yang cukup potensial. Kulit samak banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan jaket, sepatu, sarung tangan, dan sebagainya. Selain faktor ekonomi yang menguntungkan dari segi penjualan produk kulit samak, faktor lingkungan sebagai objek tempat pembuangan limbah pun perlu mendapat perhatian khusus dari industri. Penyikapan terhadap faktor lingkungan akan ikut menentukan kelangsungan hidup suatu industri. Isu lingkungan telah menjadi isu global yang mengharuskan setiap industri memperhatikan faktor ini sebagai faktor yang tak terpisahkan dari produk yang dihasilkan. Sebenarnya, banyak pelaku industri yang sudah mempunyai kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan terutama lingkungan di sekitar industri mereka. Mereka memahami bahwa salah satu cara agar lingkungan sekitar industri tidak tercemar adalah dengan melakukan tindakan pengolahan limbah sebelum dibuang. Namun, upaya ini tentu membutuhkan biaya yang cukup besar karena harus menambah peralatan dan bahan untuk pengolahannya. Lama kelamaan, pelaku industri merasa bahwa ongkos produksi yang termasuk didalamnya pengolahan limbah menjadi lebih besar dibandingkan dengan harga jual produk mereka. Dengan kenyataan seperti ini, banyak akhirnya industri yang mengurangi porsi perhatian mereka terhadap pengolahan limbah. Salah satu jawaban mengenai permasalahan ini adalah dengan penerapan konsep produksi bersih. Produksi bersih merupakan suatu alternatif dalam strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dengan meminimalkan jumlah limbah yang keluar. Penekanan produksi bersih sebetulnya mengarah pada upaya agar industri tidak mengeluarkan limbah, atau paling tidak meminimalkan jumlah limbah yang dihasilkan. Penerapan produksi bersih akan berjalan dengan baik jika ada kerjasama antara pihak manajemen industri dan para pekerjanya. Oleh karena jumlah limbah yang dikeluarkan oleh industri penyamakan kulit sangat banyak terutama air serta mengandung bahan kimia yang berbahaya dan beracun seperti krom, maka produksi bersih sangat potensial untuk diterapkan di industri tersebut. Limbah krom berasal dari proses penyamakan. Sementara limbah padat yang berupa bulu dan daging akan menjadi sludge yang tak terselesaikan masalah penanganannya. Perlu pengkajian secara khusus dari berbagai aspek untuk mengetahui pengaruhdampak yang diberikan dari penerapan produksi bersih di industri penyamakan kulit.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menganalisis peluang penerapan produksi bersih di industri penyamakan kulit dilihat dari berbagai aspek seperti aspek teknis, lingkungan dan ekonomi untuk mendapatkan alternatif strategi. II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit

Komoditas kulit digolongkan menjadi dua golongan yaitu : 1 kulit yang berasal dari binatang besar hide seperti kulit sapi, kulit kerbau, kulit kuda, kulit banteng, kulit badak, kulit harimau, dan lain-lain, 2 kulit yang berasal dari binatang kecil skin seperti kulit domba, kulit kambing, kulit rusa, kulit babi dan kulit reptil biawak, buaya, ular, komodo, dan lain-lain Purnomo, 1987. Menurut Judoamidjojo 1981, secara topografis kulit dibagi menjadi 3 bagian yaitu: a. Daerah krupon, merupakan daerah terpenting yang meliputi kira-kira 55 dari seluruh kulit dan memiliki jaringan kuat dan rapat serta merata dan padat. b. Daerah leher dan kepala meliputi 3 bagian dari seluruh kulit. Ukurannya lebih tebal dari daerah krupon dan jaringannya bersifat longgar serta sangat kuat. c. Daerah perut, paha, dan ekor meliputi 22 dari seluruh luas kulit. Bagian tersebut paling tipis dan longgar. Gambar 1 menunjukkan topografi kulit hewan secara umum menurut Fahidin dan Muslich 1999. Kulit yang baru lepas dari tubuh hewan disebut dengan kulit mentah segar. Kulit ini mudah rusak bila terkena bahan-bahan kimia seperti asam kuat, basa kuat, atau mikroorganisme. Kulit mentah segar sebagian besar tersusun dari air 65, lemak 1.5, mineral 0.5, dan protein 33 Purnomo, 1987. Kandungan air pada tiap bagian kulit tidaklah sama. Bagian yang paling sedikit mengandung air adalah krupon bagian punggung, selanjutnya berturut-turut adalah bagian leher dan perut Purnomo, 1985. Kadar air berbanding terbalik terhadap kadar lemak. Jika kadar lemaknya tinggi maka kadar airnya rendah Purnomo, 1985. Tabel 1 menunjukkan komposisi kimia kulit mentah segar pada domba. Oleh karena keadaan kulit mentah segar yang mudah rusak, maka kulit harus mengalami proses pengawetan terlebih dahulu.

2.2 Pengawetan

Pengawetan sebenarnya bukanlah termasuk dalam proses penyamakan kulit, namun memegang peranan penting karena bertujuan mencegah serta membatasi pertumbuhan bakteri pembusuk yang secara langsung akan mempengaruhi mutu kulit. Pengawetan yang tidak benar menyebabkan kulit berbau busuk dan warnanya tidak merata. Pengawetan kulit dapat dilakukan dengan beberapa cara, Gambar 1. Topografi kulit hewan Fahidin dan Muslich, 1999 3 diantaranya : 1 pengawetan dengan racunobat antiseptik, 2 pengawetan dengan garam basah, 3 pengawetan dengan garam kering, dan 4 pengawetan dengan asam Purnomo, 1987. Tabel 1. Komposisi substansi kimia kulit domba mentah segar Komponen Presentase Air 64 Protein Protein fibrous -elastin -kolagen -keratin Protein globular -albumin, globulin -mucin, mucoid 33 0.3 29 2 1 0.7 Lemak 2 Garam mineral 0.5 Zat lain 0.5 Sumber: Sharphouse, 1978 Penggaraman merupakan metode pengawetan yang paling mudah dan efektif. Reaksi osmosis dari garam mendesak air keluar dari kulit hingga tingkat kondisi yang tidak memungkinkan pertumbuhan bakteri.

2.3 Penyamakan

Teknik mengolah kulit mentah menjadi kulit samak disebut penyamakan. Mekanisme penyamakan kulit pada prinsipnya adalah memasukkan bahan tertentu bahan penyamak kedalam anyaman atau jaringan serat kulit sehingga terjadi ikatan kimia antara bahan penyamak dengan serat kulit Purnomo, 1987. Menurut Fahidin dan Muslich 1999, teknik penyamakan kulit dikelompokan menjadi 3 tahapan, yaitu proses pra penyamakan, penyamakan, dan pasca penyamakan. 1. Pra penyamakan Proses pra penyamakan Beam House Operation meliputi perendaman, pengapuran, pembuangan daging, pembuangan kapur, pengikisan protein, pemucatan dan pengasaman Purnomo, 1987. a. Perendaman soaking merupakan tahapan pertama dari proses penyamakan yang bertujuan mengembalikan kadar air kulit yang hilang selama proses pengawetan sehingga kadar airnya mendekati kadar air kulit segar. b. Pengapuran bertujuan menghilangkan epidermis dan bulu, kelenjar keringat dan lemak, serta menghilangkan semua zat-zat yang bukan kolagen. Kapur yang masih ketinggalan akan mengganggu proses penyamakan. c. Pembuangan daging fleshing bertujuan menghilangkan sisa-sisa daging yang masih melekat pada kulit dan menghilangkan lapisan subkutis lapisan antara daging dan kutis. Proses pembuangan