II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit
Komoditas kulit digolongkan menjadi dua golongan yaitu : 1 kulit yang berasal dari binatang besar hide seperti kulit sapi, kulit kerbau, kulit kuda, kulit banteng, kulit badak, kulit harimau, dan
lain-lain, 2 kulit yang berasal dari binatang kecil skin seperti kulit domba, kulit kambing, kulit rusa, kulit babi dan kulit reptil biawak, buaya, ular, komodo, dan lain-lain Purnomo, 1987.
Menurut Judoamidjojo 1981, secara topografis kulit dibagi menjadi 3 bagian yaitu: a. Daerah krupon, merupakan daerah terpenting yang meliputi kira-kira 55 dari seluruh kulit dan
memiliki jaringan kuat dan rapat serta merata dan padat. b. Daerah leher dan kepala meliputi 3 bagian dari seluruh kulit. Ukurannya lebih tebal dari daerah
krupon dan jaringannya bersifat longgar serta sangat kuat. c. Daerah perut, paha, dan ekor meliputi 22 dari seluruh luas kulit. Bagian tersebut paling tipis dan
longgar. Gambar 1 menunjukkan topografi kulit hewan secara umum menurut Fahidin dan Muslich 1999.
Kulit yang baru lepas dari tubuh hewan disebut dengan kulit mentah segar. Kulit ini mudah rusak bila terkena bahan-bahan kimia seperti asam kuat, basa kuat, atau mikroorganisme.
Kulit mentah segar sebagian besar tersusun dari air 65, lemak 1.5, mineral 0.5, dan protein
33 Purnomo, 1987. Kandungan air pada tiap bagian kulit tidaklah sama. Bagian yang paling sedikit mengandung
air adalah krupon bagian punggung, selanjutnya berturut-turut adalah bagian leher dan perut Purnomo, 1985. Kadar air berbanding terbalik terhadap kadar lemak. Jika kadar lemaknya tinggi
maka kadar airnya rendah Purnomo, 1985. Tabel 1 menunjukkan komposisi kimia kulit mentah segar pada domba. Oleh karena keadaan kulit mentah segar yang mudah rusak, maka kulit harus
mengalami proses pengawetan terlebih dahulu.
2.2 Pengawetan
Pengawetan sebenarnya bukanlah termasuk dalam proses penyamakan kulit, namun memegang peranan penting karena bertujuan mencegah serta membatasi pertumbuhan bakteri pembusuk yang
secara langsung akan mempengaruhi mutu kulit. Pengawetan yang tidak benar menyebabkan kulit berbau busuk dan warnanya tidak merata. Pengawetan kulit dapat dilakukan dengan beberapa cara,
Gambar 1. Topografi kulit hewan Fahidin dan Muslich, 1999