25 menjamin 100 tidak ada tetesan air di lantai, karena tetesan air akan berasal dari kulit yang
dikeluarkan langsung dari dalam molen ke lantai produksi.
Aspek Ekonomi
a. Biaya pembelian pompa 1 hp = 6 unit x Rp 1,400,000,- = Rp 8,400,000,- harga pompa bersumber dari Pursud, 2010
b. Biaya pembelian pipa 2 inchi = 37 meter x Rp 35,000meter = Rp 1,295,000,- harga pipa bersumber dari Permadi, 2010
Total biaya investasi = Rp 9,695,000,-
Dari opsi ini tidak ada dampak penghematan yang diberikan, sehingga tidak dapat diperoleh nilai pay back period.
5.5.2 Penggunaan kembali Air Buangan Pre Soaking untuk Proses Pre Soaking pada Batch
selanjutnya Aspek Teknis
Penggunaan kembali air buangan pre soaking ditujukan untuk penghematan air baru. Yang terjadi selama ini, biasanya air buangan pre soaking akan langsung dibuang dan dialirkan ke IPAL.
Sebenarnya, air buangan pre soaking ini masih dapat digunakan kembali karena air ini hanya mengandung antibakteri yang tidak akan berpengaruh buruk terhadap mutu kulit.
Secara teknis, penggunaannya cukup mudah yaitu dengan memompa air buangan dari molen pre soaking untuk
selanjutnya dimasukkan ke dalam molen pre soaking pada batch selanjutnya.
Aspek Lingkungan
Dari aspek lingkungan, penggunaan kembali air buangan ini akan berpengaruh pada estetika tempat produksi air buangan tidak tercecer di lantai.
Aspek Ekonomi
Pada opsi ini digunakan asumsi bahwa harga 1 m
3
air seharga Rp 2,000,- Prayitno, 2009 dan proses soaking dilakukan sebanyak 12 kali 12 hari dalam sebulan dan dalam sehari hanya dilakukan
satu kali batch produksi, sehingga akan diperoleh rincian biaya sebagai berikut: a. Biaya pembelian pompa 200 watt = 1 x Rp 485,000,- = Rp 485,000, harga pompa bersumber
dari Pursud, 2010 b. Biaya pembelian kran = 1 x Rp 25,000,- = Rp 25,000, harga kran bersumber dari narasumber
c. Biaya pembelian pipa 2 inchi = 7 meter x Rp 35,000,-meter = Rp 245,000,- harga pipa bersumber dari Permadi, 2010
Total biaya investasi = Rp 755,000,-
d. Penghematan air = 4 m
3
x 12 hari x Rp 2,000,- = Rp 96,000,-bulan Pay back period = Rp 755,000,- : Rp 96,000,- = 7,8 bulan
5.5.3 Pemisahan Limbah Cair dari Bulu dan Daging Aspek Teknis
Limbah bulu berasal dari proses liming dan limbah daging berasal dari proses fleshing. Proses liming dilakukan dalam molen sedangkan fleshing dilakukan pada mesin buang daging. Pemisahan
26 limbah cair dari bulu dan daging dapat dilakukan dengan penyaringan limbah padat tersebut sebelum
masuk ke IPAL. Limbah cair dari liming akan dialirkan menuju bak penampungan di IPAL. Di bagian atas bak
penampungan ini disimpan saringan yang mampu menahan bulu agar terpisah dari limbah cair. Untuk proses fleshing, pada bagian bawah mesin dipasang pipa besar yang diambil sebagian sisinya sehingga
hanya berbentuk setengah lingkaran. Pipa ini akan tersalur langsung ke IPAL namun berbeda
alirannya dengan pemasukkan limbah cair dari liming. Diatas bak penampung untuk limbah cair dari fleshing ini dipasang saringan sehingga daging akan tertahan pada saringan. Dengan penyaringan
tersebut, diharapkan pengumpulan limbah padat ini akan menjadi lebih mudah.
Aspek Lingkungan
Pemisahan limbah padat dari limbah cair ini akan memudahkan penanganan selanjutnya dari limbah padat tersebut. Bulu dan daging nantinya akan langsung terjemur dibawah sinar matahari
sehingga bau tidak enak yang semula muncul akan berkurang karena keadaan limbahnya sudah kering.
Aspek Ekonomi
Pada perhitungan ekonomi pada opsi ini, digunakan asumsi bahwa proses liming dan fleshing dilakukan sebanyak 12 kali 12 hari dalam sebulan dan dalam sehari hanya dilakukan satu kali batch
produksi dengan kapasitas 1.5 ton.. a. Biaya pembelian saringan kawat 0.1 cm = 3.75 meter x Rp 20,000,-meter = Rp 75,000, harga
saringan bersumber dari toko Sarana Agung, 2011 b. Biaya pembelian saringan kawat 1 cm = 3.75 meter x Rp 10,000,-meter = Rp 37,500, harga
saringan bersumber dari toko Sarana Agung, 2011 c. Biaya pembuatan saringan = Rp 30,000,- perkiraan
d. Biaya pembelian pipa 4 inchi = 5 meter x Rp 100,000,-meter = Rp 500,000,- harga pipa bersumber dari Permadi, 2010
Total biaya investasi = Rp 642,500,-
e. Penjualan daging = 525 kg x 12 hari x Rp 900,-kg = Rp 5,670,000,-bulan harga jual daging bersumber dari PT. Muhara Dwi Tunggal Laju, 2002
f. Penjualan bulu = 37 kg x 12 hari x Rp 300,-kg = Rp 133,200,-bulan harga jual bulu hasil perkiraan
Total pendapatan = Rp 5,803,200,-bulan Pay back period = Rp 642,500,- : Rp 5,803,200,- = 0.1 bulan
5.5.4 Pengolahan Limbah Daging menjadi Lemak
Menurut Prayitno 2009, sisa buang daging ini sebetulnya dapat diolah kembali untuk menghasilkan produk berguna lainnya seperti untuk diambil lemaknya tallow yang dapat digunakan
untuk berbagai keperluan seperti sabun dan kosmetik. Untuk memperoleh lemak dari limbah buang daging dapat dilakukan dengan bermacam cara yaitu hidrolisis dengan uap, hidrolisis dalam basa, dan
pemasakan dengan enzim protease. Diantara ketiga pilihan proses tersebut, yang paling efektif adalah proses pemasakan dengan enzim protease.
Menurut penelitian Sutyasmi et al. 2006 dalam Priyatno 2009, metode ekstraksi lemak dari limbah buang daging dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan sistem pemanasan menggunakan
pemanas uap dan cara ekstraksi dengan bahan pelarut. Waktu yang dibutuhkan untuk sistem
pemanasan adalah 60 menit. Dari proses ini, untuk 5 kg limbah daging akan diperoleh 0.22 – 0.42 kg