7 b. Perubahan material input
Bertujuan mengurangi atau menghilangkan bahan berbahaya dan beracun yang digunakan dalam proses produksi. Perubahan material ini juga termasuk pemurnian bahan dan substitusi bahan.
c. Perubahan teknologis Mencakup modifikasi proses dan peralatan yang dilakukan untuk mengurangi limbah dan emisi.
Selain perubahan peralatan, perubahan teknologi ini juga dapat mencakup perubahan tata letak pabrik, penggunaan peralatan otomatis dan perubahan kondisi proses.
d. Perubahan produk Meliputi substitusi produk, konservasi produk, dan perubahan komposisi produk.
e. On-site reuse Merupakan upaya penggunaan kembali bahan-bahan yang terkandung dalam limbah, baik
digunakan kembali pada proses awal maupun sebagai material input dalam proses yang lain. Penerapan produksi bersih di suatu industri dapat dikatakan pula sebagai upaya minimisasi
limbah. Menurut UNEP dan ISWA 2002 dalam Indrasti dan Fauzi 2009, ada tiga tahapan utama dalam penerapan minimisasi limbah pada industri, yaitu:
1. Perencanaan dan struktur organisasi Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah membentuk kesepakatan manajemen, membuat
program perencanaan, menentukan tujuan dan prioritas serta membentuk tim audit. 2. Mengidentifikasi limbah
Tahapan untuk mengidentifikasi limbah adalah mengidentifikasi proses produksi, menetapkan input proses, menetapkan output proses, membuat neraca massa, mengidentifikasi peluang, dan
membuat studi kelayakan. 3. Penerapan, pengawasan dan pengontrolan
Hal-hal yang perlu dilakukan diantaranya adalah menyiapkan rencana pelaksanaan,
mengidentifikasi sumber, melaksanakan pengukuran, dan mengevaluasi kinerja yang telah dilakukan.
8
III. PROFIL INDUSTRI
3.1 Sejarah dan Perkembangan Industri
Industri penyamakan kulit ini merupakan industri yang dirintis oleh keluarga Haji Ali Ahmad, terletak di Desa Cibuluh, Kecamatan Bogor Utara. Industri ini sudah berdiri sejak 30 tahun yang lalu.
Pada mulanya industri ini hanya menjadi pengumpul gudang dari kulit mentah yang akan disamak. Namun sekitar tahun 1989, industri ini melakukan proses produksi sendiri hingga saat ini. Industri
penyamakan kulit Haji Ali termasuk ke dalam industri menengah karena memiliki tenaga kerja sekitar 35 orang.
3.2 Ruang Lingkup Usaha
Industri penyamakan kulit Haji Ali hanya menggunakan bahan baku dari kulit sapi atau kulit kambing.
Sekarang ini kulit sapi sudah sulit didapatkan. Oleh karena itu, pabrik lebih sering
mengolah kulit kambing untuk dijadikan kulit samak. Pasokan bahan baku sangat dipengaruhi oleh waktu sifatnya kondisional. Pasokan kulit akan meningkat pada hari-hari tertentu seperti hari Raya
Idul Adha. Pasokan kulit kambing biasanya berasal dari rumah potong hewan, yang sebelumnya sudah dikumpulkan oleh pengumpul lalu dijual ke pabrik. Selain itu, pabrik juga menerima kulit
mentah dari pedagang yang dijual secara eceran. Rata-rata jumlah kulit mentah yang diolah setiap bulannya adalah 4,000 lembar kulit kambing dan atau 2 ton kulit sapi.
3.3 Proses Produksi
Kulit samak terbentuk dari reaksi serat kolagen di dalam kulit hewan dengan zat penyamak yang diberikan.
Pengawetan kulit perlu dilakukan untuk menciptakan kondisi yang tidak memungkinkan bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan kajian lapanganorganisme perusak kulit.
Hal tersebut dilakukan dengan mengurangi kadar air dalam kulit. Secara garis besar, proses produksi pada industri penyamakan kulit terdiri atas proses pra penyamakan, penyamakan dan pasca
penyamakan. Industri penyamakan kulit Haji Ali Ahmad memroses dua jenis bahan baku, yaitu kulit sapi
atau kulit kambing. Namun, biasanya industri ini tidak melakukan proses pengawetan sendiri karena bahan baku yang datang sudah dalam keadaan diawetkan. Untuk satu lembar kulit kambing biasanya
digunakan 1 kg garam giling garam halus untuk mengawetkannya, sedangkan untuk satu lembar kulit sapi biasanya menghabiskan 5 kg garam giling.
Proses yang dilakukan setelah pengawetan adalah perendaman soaking yang terdiri atas pre- soaking dan main soaking.
Proses pre-soaking dikerjakan dalam sebuah mesin yang dinamakan molen. Mesin ini berupa tong besar dengan kapasitas 1.5 ton dan berputar dengan kecepatan yang
rendah sekitar 4 rpm. Kulit yang sudah diawetkan dan ditimbang beratnya, kemudian dimasukkan ke dalam molen yang secara kontinyu diisi dengan air hingga jumlahnya mencapai 300 dari berat
kulit yang masuk. Kemudian antibakteri dimasukkan sebanyak 0.1 dan degreaser 0.1 lalu diputar selama 2.5 jam. Setelah diputar, air dalam molen tersebut dibuang sampai habis.
Setelah proses pre-soaking, molen diisi dengan air sebanyak 200, magnesium 0.75, sabun degreasing 0.1 dan antibakteri 0.1 secara bersamaan, kemudian diputar selama 18 jam atau
semalam. Molen tidak secara terus menerus berputar, tetapi setiap 1 jam hanya diputar selama 5 menit. Setelah semalam direndam, air rendaman dibuang lalu dilakukan proses pencucian dengan
memasukkan air sebesar 200. Tujuan dari perendaman ini adalah mengembalikan kadar air kulit
yang hilang selama proses pengawetan sehingga kadar airnya kembali seperti sebelum diawetkan mendekati kadar air kulit segar. Proses ini dinamakan main soaking.
Proses selanjutnya adalah pengapuran liming. Kapur yang diberikan akan membuka tenunan kulit sehingga bahan penyamak akan mudah meresap ke dalam kulit. Kapur juga menyebabkan kulit
menjadi bengkak sehingga memudahkan proses pembuangan daging fleshing. Pada proses ini kulit dalam molen diberi input air sebanyak 70 dan anti ringkel 1 lalu diputar selama 20-30 menit.
Setelah itu, dimasukkan natrium sulfida 3 dan kapur 4 dari jumlah kulit. Natrium sulfida
berfungsi merontokan bulu. Kapur dimasukkan dengan dua kali pemasukkan secara bertahap
masing-masing 2 dengan selang waktu 30 menit. Setelah kapur yang kedua dimasukkan dan molen diputar selama 30 menit, air baru sebanyak 30 dimasukkan ke dalam molen lalu diputar
selama 1 jam. Setelah itu, molen diputar selama 18 jam atau semalam dengan putaran setiap 1 jam hanya 5 menit. Setelah diputar semalam, air dibuang dan dimasukkan kembali air baru sebesar 200
untuk mencuci ulang. Molen tempat proses soaking dan liming dapat dilihat pada Gambar 2.
Selanjutnya dilakukan proses pembuangan daging fleshing. Proses ini bertujuan
menghilangkan daging yang masih menempel pada kulit. Pada proses ini digunakan sejumlah air mengalir untuk membantu pembuangan daging. Air masuk secara kontinyu dengan volume yang
kecil selama kulit diselipkan diantara roller. Proses pembuangan daging ini dilakukan satu per satu secara manual. Bersihnya kulit dari sisa-sisa daging akan memudahkan masuknya bahan penyamak
ke dalam kulit. Mesin pembuang daging dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Mesin pembuang daging Kulit tanpa daging ini kemudian masuk ke dalam proses selanjutnya yaitu pembuangan kapur
deliming. Untuk menghilangkan kulit dari sisa-sisa kapur digunakan air 100, ZA 2, sodium metabisulfit 0.3, oropon 2 , dan degreaser 0.1 dari berat kulit yang masuk. Oropon berfungsi
membuka pori-pori kulit agar kapur yang terikat didalamnya dapat keluar. Dengan terbukanya pori- Gambar 2. Mesin molen