Penggunaan Kembali Limbah Krom dengan Cara Daur Ulang

29 b. Biaya pembelian pipa 1 inchi = 3 meter x Rp 9,000,-meter = Rp 27,000,- harga pipa bersumber dari Permadi, 2010 c. Biaya pembelian pompa 200 watt = 1 x Rp 485,000,- = Rp 485,000,- harga pompa bersumber dari Pursud, 2010 Total biaya investasi = Rp 662,000,- d. Biaya pembelian MgO = Rp 5,000,-kg industri Haji Ali Ahmad, 2011 e. Biaya pembelian asam sulfat = Rp 3,000,-kg industri Haji Ali Ahmad, 2011 Total biaya operasi = Rp 8,000,- x 12 hari = Rp 96,000,-bulan Penghematan krom = 1,582 L100 L x 10 kg x Rp 3,500,-kg x 12 hari = Rp 6,644,400,-bulan Net saving = Rp 6,644,400,- - Rp 96,000,- = Rp 6,548,400,-bulan Pay back period = Rp Rp 662,000,- : Rp 6,548,400,- = 0.1 bulan

5.6 Skala Prioritas Alternatif Penerapan Produksi Bersih secara Kajian

Lapangan Setelah mengkaji opsi produksi bersih dari aspek teknis, lingkungan dan ekonomi maka dapat dilakukan penentuan skala prioritas. Penentuan skala prioritas ini dilakukan dengan pemberian bobotpenilaian terhadap masing-masing opsi. Penentuan bobot yang digunakan didasarkan pada beberapa pertimbangan seperti teknologi, kemampuan SDM untuk melakukannya dan kemudahan mendapatkan bahan. Bobot diberikan dengan kisaran 1 sampai 3. Penjelasan mengenai pembobotan ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kriteria pembobotan aspek teknis, lingkungan dan ekonomi Aspek Nilai Bobot Keterangan Teknis 3 Sangat mudah untuk diterapkan kemudahan teknologi, SDM, dan sebagainya 2 Relatif mudah dalam penerapannya ada beberapa kendala 1 Sulit untuk diterapkan kesulitan teknologi atau memperoleh bahan Lingkungan 3 Memberikan efek yang signifikan terhadap perbaikan lingkungan 2 Memberikan sedikit efek terhadap perbaikan lingkungan 1 Tidak ada efek terhadap perbaikan lingkungan Ekonomi 3 Pay back period kurang dari satu bulan 2 Pay back period antara 1 – 12 bulan 1 Pay back period lebih dari 12 bulan Setelah menentukan nilai pembobotan seperti pada tabel diatas, maka langkah selanjutnya adalah memberikan pembobotan terhadap opsi produksi bersih pada industri penyamakan kulit. Besarnya pembobotan masing-masing opsi disajikan pada Tabel 5. Dari tabel tersebut, terlihat bahwa skala prioritas untuk penerapan produksi bersih adalah penggunaan kembali limbah krom dengan cara daur ulang, pemisahan limbah cair dari bulu dan daging, penggunaan kembali air buangan pre soaking untuk proses pre soaking pada batch selanjutnya, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan limbah daging menjadi lemak, dan yang terakhir mendesain instalasi pembuangan air ke IPAL dengan pipa langsung dari molen. 30 Tabel 5. Pembobotan opsi penerapan produksi bersih Opsi Penerapan Produksi Bersih Penilaian Skala Prioritas Teknis Lingkungan Ekonomi Total Mendesain instalasi pembuangan air ke IPAL dengan pipa langsung dari molen 3 2 - 5 5 Penggunaan kembali air buangan pre soaking untuk proses pre soaking pada batch selanjutnya 3 2 2 7 3 Pemisahan limbah cair dari bulu dan daging 3 2 3 8 2 Pengolahan limbah daging menjadi lemak 2 3 2 7 4 Penggunaan kembali limbah krom dengan cara daur ulang 2 3 3 8 1 Opsi penggunaan kembali limbah krom dengan cara daur ulang dan opsi pemisahan limbah cair dari bulu dan daging, memiliki total penilaian yang sama. Namun, dari sisi ekomoni, penggunaan kembali limbah krom dengan cara daur ulang memberikan keuntungan sebesar Rp 6,000,000,- per bulan sedangkan pemisahan limbah cair dari bulu dan daging memberikan keuntungan Rp 5,000,000,- per bulan, meskipun PBP-nya sama yaitu 0.1 bulan. Apabila opsi produksi bersih dengan prioritas 1, 2, dan 3 dilaksanakan maka dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut: a. Total biaya investasi ketiga opsi tersebut = Rp. 2,059,500,- b. Net saving penggunaan kembali limbah krom per bulan = Rp 6,548,400,- c. Keuntungan per bulan dari opsi pemisahan limbah cair dari bulu dan daging = Rp 5,803,200,- d. Penghematan air dari proses pre soaking = Rp 96,000,- PBP = . , , , , , , , , , , , x = 0.17 bulan Dengan penerapan ketiga opsi ini, dalam satu kali batch produksi dengan kapasitas 1.5 ton akan diperoleh pengurangan jumlah limbah yang dibuang ke lingkungan dari 16,136 L menjadi 11,596 L. Angka ini diperoleh dengan asumsi pengurangan jumlah air untuk pre soaking sebesar 4,000 L dari 10,269 L menjadi 6,269 L, pengurangan limbah proses tanning sebesar 540 L dari 1,582 L menjadi 1,042 L dan limbah dari proses liming sebesar 4,285 L tidak mengalami pengurangan dari jumlah awal. Semua data ini diperoleh dari neraca massa. Khusus untuk limbah proses tanning, asumsi yang digunakan adalah setiap 100 L limbah tanning akan menghasilkan 10 kg krom daur ulang. Jumlah krom daur ulang yang digunakan untuk tanning adalah 60 dari 90 kg krom yang dibutuhkan. Berarti krom daur ulang yang digunakan untuk tanning sebesar 54 kg dan pengurangan limbah cairnya sebesar 540 L.