Musim tanam terbagi menjadi dua macam, yaitu penanaman di musim hujan dan musim kering. Hal ini terkait dengan pemenuhan kebutuhan air untuk
irigasi di lahan pertanian. Letak desa yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lain, maka air dari Kabupaten Bogor Situ Burung tidak berhasil
mencapai sebagian besar daerah ini. Oleh karena itu untuk kebutuhan irigasi di musim kering, petani memanfaatkan jatah air dari aliran Situ Gede masuk ke
wilayah Kota Bogor dan dialirkan setiap bulan ke-10. Sedangkan ketika musim hujan yang biasanya terjadi di bulan ke-1 hingga bulan ke-4 digunakan serempak
untuk menanam padi. Padi ditanam untuk konsumsi pribadi selama satu tahun. Setelah menanam
padi ketika masuk musim kering petani menanam singkong, ubi maupun kacang tanah. Namun ada pula petani yang juga menanam singkongubikacang tanah
bersebelahan dengan petak sawahnya. Pemilihan komoditas yang ditanam adalah kebebasan petani. Penanaman singkong membutuhkan waktu selama sembilan
bulan sedangkan ubi selama lima bulan. Hasil panen singkong dapat mencapai lima kwintal250 m
2
. Setiap penanaman memiliki resiko terhadap serangan hama yaitu keong dan wereng. Penanggulangan hama dilakukan petani dengan
menggunakan pestisida yang dibeli secara individu di toko pertanian.
4.8 Pola Hubungan Kerja Sektor Pertanian
Pada rumah tangga petani, pembagian kerja dalam mengolah lahan antara kepala keluarga laki-laki dan istri adalah sama, dengan waktu bekerja dari pukul
7 pagi hingga pukul 12 siang. Bagi warga yang memiliki ternak, aktivitas selanjutnya setelah berladang adalah memberi makan ternak mereka, biasanya ini
dilakukan oleh laki-laki. Beberapa jenis ternak yang ada di masyarakat yaitu kerbau, kambing, dan ayam. Selain aktivitas di sawah, ibu-ibu juga berperan
membawa padi ke penggilingan jaraknya jauh dari Desa Cikarawang, di sekitar Nagrak wilayah Kota Bogor menggunakan mobil pengangkut.
Hasil pertanian yang diproduksi petani mayoritas dijual ke pengumpul. Masing-masing komoditas memiliki pengumpul tersendiri singkong, ubi, kacang
tanah mempunyai pengumpul yang berbeda-beda. Selain itu, pengumpul juga memberikan kredit bagi petani sebagai modal untuk melanjutkan penanaman
komoditas pertaniannya. Kemitraan yang terjadi ini bertujuan menjaga ‘kesetiaan’
petani kepada pengumpul. Petani yang bermitra diharuskan menjual hasil pertaniannya ke mitranya pengumpul yang memberikan kredit tersebut.
4.9 Kelompok Tani
Adanya potensi pertanian di Desa Cikarawang, menumbuhkan keinginan masyarakat untuk membentuk kelompok tani. Kelompok tani merupakan wadah
masyarakat untuk berkumpul, bekerja sama, dan membentuk suatu kesatuan yang memiliki kesamaan identitas, atribut, sistem norma, dan peraturan-peraturan
berkelompok untuk mengatur pola-pola interaksi antara anggota kelompok dan mencapai tujuan bersama. Kelompok tani yang sudah terdaftar di kantor
kecamatan Dramaga berjumlah lima kelompok, yaitu Kelompok Tani Hurip, Mekar, Setia, dan Subur Jaya dan KWT Kelompok Wanita Tani.
Selain kelompok tani tersebut, juga terdapat kelompok tani lainnya, namun belum terdaftar di antaranya Toga Mandiri, dan Toga Mekar. Kelompok tani
tersebut tersebar ke dalam tiap dusun, seperti Kelompok Tani Setia di Dusun Cangkrang, Kelompok Tani Hurip dan KWT Melati di Dusun Carang Pulang, dan
Subur Jaya di Dusun Cangkurawok. Masing-masing kelompok tani memiliki karakteristik umum yang mewakili komoditi yang diusahakannya, seperti Hurip di
ubi ungu, dan Subur Jaya di padi.
1 Kelompok Tani Hurip
Kelompok Tani Hurip berdiri pada tahun 1970. Saat ini anggotanya terdiri atas 82 orang dengan kepemilikan lahan 0.1 ha berupa tanah pekarangan dan
tanah sawah. Komoditi unggulan yang banyak diusahakan oleh anggota dari kelompok tani ini adalah ubi ungu. Kelompok Tani ini diketuai oleh Ahmad
Bastari dengan Napi sebagai sekretarisnya. Dari 82 orang anggotanya tersebut, sebanyak 75 sebagai petani penggarap sedangkan 25 sebagai petani pemilik.
Sudah banyak kerjasama dan program yang diterima oleh kelompok ini dengan berbagai pihakinstansi, seperti Dinas Pertanian maupun IPB. Namun
program yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan berwirausaha petani dalam konteks individu dan kelompok belum banyak dilakukan sehingga kajian
ini menjadikan mereka sebagai mitra kerja dalam menumbuhkan kewirausahaan dalam rangka ketahanan pangan.
2 Kelompok Wanita Tani KWT Melati
Kelompok ini berdiri tahu 2008 dengan anggota 25 orang. Ketuanya adalah Norma, yang juga isteri dari Ahmad, ketua Kelompok Tani Hurip. Selain
membantu di sawah, anggota dari kelompok ini yaitu mengolah tepung ubi ungu menjadi komoditi kue.
3 Kelompok Tani Setia
Kelompok tani ini berdiri sejak tahun 2005 dengan Ujang sebagai ketuanya. Terdapat 54 orang anggota yang termasuk dalam kelompok ini. Dalam
usahanya, kelompok ini banyak mengusakan di bidang jambu kristal yang kemudian ditumpangsarikan dengan padi, kacang tanah ataupun kangkung.
4 Kelompok Tani Subur Jaya
Kelompok tani ini diketuai oleh Bapak Wahyudin acong. Dalam usahanya, kelompok ini banyak mengusahakan komoditas kacang tanah, cesin,
selain padi, ubi, dan singkong.
5 Kelompok Tani Mekar
Sama halnya dengan kelompok tani subur jaya, kelompok tani mekar juga banyak mengusahakan tanaman padi dan palawija yang diketuai oleh Bapak
Senan.
BAB V MODAL SOSIAL DAN KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT
DESA CIKARAWANG
5.1 Karakteristik Responden
Jumlah responden penelitian ini sebanyak 70 orang. Masing-masing 35 orang untuk pedagang kecil dan 35 orang untuk anggota kelompok tani. Penelitian
ini menyajikan data-data karakteristik responden yang meliputi: usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, jenis usaha, kepemilikan usaha, dan lamanya usaha.
Penggambaran singkat karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 4.
5.1.1 Umur Responden
Secara garis besar rata-rata umur responden adalah 46 tahun. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa umur minimal berada pada usia 25 tahun, dan usia maksimal
berada pada 72 tahun. Responden lebih banyak didominasi dalam golongan usia produktif. Hal ini disebabkan karena individu yang berinisiatif untuk melakukan
tindakan usaha, biasanya didasarkan pada motif untuk mendapatkan penghasilan bagi dirinya sendiri dan keluarga, serta telah memahami resiko dan
tanggungjawab dari kegiatan yang dibangunnya.
5.1.2 Jenis Kelamin
Responden dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 35 orang laki-laki dan 35 orang perempuan. Dari total responden dapat disimpulkan bahwa 50
merupakan responden laki-laki dan 50 adalah responden perempuan. Sebaran tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
Informasi yang ditemukan selain persentase responden adalah bahwa responden perempuan lebih banyak berasal dari pedagang, sedangkan responden pada
anggota kelompok tani didominasi oleh laki-laki.