Aspek Motivasi Faktor Motivasi dalam Kewirausahaan

taraf nyata 15 diperoleh kesimpulan yang berarti bahwa peubah kapasitas individu dan modal sosial berpengaruh terhadap nilai kewirausahaan. Kasus antara pedagang kecil dan anggota kelompok tani memang berbeda, mengenai kapasitas individu yang mereka miliki juga berbeda. Anggota kelompok tani sering melakukan diskusi mengenai pengembangan usaha mereka karena memang salah satu kegiatan dari kelompok tani adalah membahas atau memdiskusikan permasalahan pertanian yang mereka hadapi. Tidak jarang juga gabungan kelompok tani Gapoktan mengadakan kerjasama dengan berbagai pihak baik dari pemerintah, perguruan tinggi, dan LSM-LSM untuk mendiskusikan permasalahan maupun adopsi inovasi teknologi tertentu. Sehingga tidak salah ketika kapasitas disorong dengan modal sosial maka memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai kewirausahaan mereka.

5.4 Faktor Motivasi dalam Kewirausahaan

5.4.1 Aspek Motivasi

Motivasi masyarakat Desa Cikarawang dalam melakukan kegiatan usaha lebih dominan dipengaruhi karena untuk memenuhi kebutuhan dasar dan desakan dari anggota keluarga. Salah satu solusi dalam mencari jenis pekerjaan adalah dengan membuka usaha baru atau mengembangkan usaha keluarga yang telah ada. Hal ini dianggap tidak terlalu sulit karena, pertama, tidak membutuhkan modal yang terlalu besar untuk membuka warung-warung kecil, kedua, pemerintah desa berperan aktif dalam menyediakan dana pinjaman untuk kebutuhan usaha, ketiga, gapoktan yang menyediakan dana pinjaman PUAP yang kemudian didistribusikan kepada masyarakat yang ingin melakukan pinjaman untuk membuka usaha kecil. Mencari nafkah dalam kegiatan perdagangan usaha kecil dilakukan karena rata-rata dari mereka tidak mendapatkan pekerjaan lain yang cocok dengan tingkat pendidikan mereka yang relatif rendah. Desa Cikarawang memiliki jumlah penduduk yang tidak sedikit, dengan tiga dusun, tujuh RW, dan 32 RT. Namun rata-rata jumlah penduduk yang lulus SMA sangat sedikit, dan mereka pun pasti akan keluar dari wilayah desa Cikarawang untuk mencari jenis pekerjaan yang lebih banyak memberikan keuntungan. Beberapa warga menyebutkan bahwa mereka “terpaksa” terjun ke dunia usaha karena tidak ada lagi pekerjaan yang bisa mereka lakukan, padahal kebutuhan terus meningkat. Hanya beberapa dari responden yang memiliki motivasi sampai jauh ke depan yaitu menciptakan lapangan kerja di wilayah perdesaan. Hal ini disebabkan karena modal yang dimiliki relatif besar dan usahanya pun berkembang cukup luas sampai keluar desa. Keinginan untuk menggali potensi diri juga dijadikan sebagai motivasi untuk sukses bagi beberapa responden. Kebanyakan dari mereka merintis usaha yang telah dimulai terlebih dahulu oleh orang tuanya, sehingga mereka hanya melanjutkan usaha yang telah ada. Mengembangkan potensi desa juga dijadikan sebagai salah satu motivasi yang mendorong seseorang dalam melakukan kegiatan usahanya. Karena dengan melihat sumberdaya potensial yang ada di desa cikarawang terutama dari pertanian jambu kristal, singkong, dan bengkuang yang melimpah dan cocok dilakukan di desa. Sehingga pertanian mereka pun lebih cenderung kepada jenis tanaman yang disebutkan sebelumnya, karena pasar yang sudah menjamin mereka dalam penjualan komoditasnya, baik ketika dijual sendiri maupun bagi petani yang tergabung dalam kelompok tani tertentu. Munculnya motivasi biasanya berawal dari ketertarikan terhadap sesuatu. Ketertarikan itu kemudian membawa minat atau interest. Motivasi yang paling mendasar yang muncul pada individu dalam menjalankan usahanya adalah untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan kata lain, motivasi masyarakat untuk mengembangkan usahanya ke dalam skala yang lebih besar relatif rendah. Tabel 7. Hasil Estimasi Model Regresi Logistik terhadap Motivasi yang Mempengaruhi Ada Tidaknya Nilai Kewirausahaan. Keterangan: -- = tingkat kepercayaan 15 Responden Variabel Pedagang Kecil Anggota Kelompok Tani Koefisien β p-value sig Odds Ratio Exp β Koefisien β p-value sig Odds Ratio Exp β Motivasi -22.515 .999 .623 -.560 .701 .571 Modal Sosial+ Motivasi -1.232 .258 .292 -1.340 .295 .117 Hasil statistik untuk pedagang kecil didapatkan koefisien regresi β yang diperoleh sebesar -22.515 dengan nilai statistik Wald sebesar 0 dengan nilai-p sebesar 0.999 pada taraf nyata 15 dan odds ratio sebesar 0.623 diperoleh kesimpulan yang berarti bahwa peubah motivasi tidak berpengaruh terhadap nilai kewirausahaan. Interpretasi dari rasio odds ini yaitu kecenderungan seseorang memiliki nilai kewirausahaan adalah memiliki motivasi sebesar 0,623 kali dibandingkan dengan yang tidak memiliki motivasi. Hal ini sesuai dengan penuturan salah seorang responden bahwa: “..yang penting bisa makan minum dulu aja neng, mau ngarepin yang gede juga apa? Orang modal saya juga kecil...” Responden yang lainnya menuturkan: “..buka usaha ini dibantu sama keluarga neng. Saya tidak punya pekerjaan, ini benar-benar karena terdesak masalah ekonomi, boro- boro bisa mempekerjakan orang lain...” Dari pernyataan diatas kesimpulan yang dapat dipahami adalah bahwa para pedagang yang menjadi responden ini memiliki motivasi yang rendah, dapat dikatakan mereka pesimis dalam melakukan kegiatan usaha, hal ini juga sesuai dengan aspek sikap mereka yang sudah merasa puas dengan apa yang telah mereka dapatkan. Sehingga motivasi untuk menjadi pengusaha sukses yang mampu membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain, mengembangkan potensi diri serta potensi yang ada di desa, serta menjadi pengusaha yang menjadi tumpuan sumber pendapatan bagi warga desa tidak pernah ada di dalam diri pedagang kecil. Anggota kelompok tani memiliki keluaran pengujian pengaruh motivasi terhadap nilai kewirausahaan. Koefisien regresi β yang diperoleh adalah sebesar -0.560 dengan nilai statistik Wald sebesar 0.147 dengan nilai-p sebesar 0.701 pada taraf nyata 15 dan odds ratio sebesar 0.571 diperoleh kesimpulan yang berarti bahwa peubah motivasi pun tidak berpengaruh terhadap nilai kewirausahaan. Interpretasi dari rasio odds ini yaitu kecenderungan seseorang memiliki nilai kewirausahaan adalah memiliki motivasi sebesar 0,571 kali dibandingkan dengan yang tidak memiliki motivasi. Sama halnya dengan apa yang terjadi pada pedagang kecil, mereka adalah warga dengan latar belakang pendidikan yang rendah, sehingga berhubungan dengan keputusan mereka dalam memilih pekerjaan. Tidak ada jenis pekerjaan lain yang dapat mereka lakukan selain bertani, kondisi ini juga erat kaitannya dengan kapasitas yang mereka miliki. Motivasi mereka menjadi seorang petani adalah karena ingin meneruskan atau memenuhi kehendak orang tua. Hal ini tidak bisa disalahkan karena sebagian besar dari responden memiliki lahan sendiri yang bisa dikelola. Hanya saja, motivasi atau cita-cita mereka dalam melakukan kegiatan usaha dalam bidang pertanian tidak untuk membuat mereka menjadi maju atau menaikkan kedudukan mereka dilingkungan sekitar tempat tinggal. Jangankan untuk mengembangkan sumberdaya yang ada di desa, untuk mengembangkan potensi dalam diri sendiri saja tidak terpikirkan oleh para petani. Beberapa responden mengatakan: “..bapak jadi petani sudah lama, meneruskan pekerjaan orang tua juga. Ini sawah punya orang tua neng...” “..bapak dari dulu cuma jadi petani, sesekali paling jadi kuli. Mau nyari kerja susah, bapak ga punya keahlian. Sekolah juga ga tamat SD. Yang penting mah bisa idup neng. Nanam padi, beras nya bisa buat makan, nanam sayur, bisa buat makan dan dijual juga...” Beberapa responden memang banyak yang menyatakan bahwa motivasi mereka hanyalah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, selain itu karena memang tidak mendapatkan pekerjaan lain lagi. Bagi pedagang kecil dan anggota kelompok tani, motivasi yang mereka miliki sama-sama tidak memberikan pengaruh kepada pengembangan nilai kewirausahaan. Keluaran berikut ini menyajikan pengujian pengaruh motivasi terhadap nilai kewirausahaan untuk melihat analisis secara keseluruhan dari pedagang kecil dan petani. Koefisien regresi β yang diperoleh adalah sebesar 0.336 dengan nilai statistik Wald sebesar 0.081 dengan nilai-p sebesar 0.776 pada taraf nyata 15 diperoleh kesimpulan yang berarti bahwa peubah motivasi tetap tidak berpengaruh terhadap nilai kewirausahaan. Berarti kebutuhan mereka untuk menjalankan usaha hanya didasari oleh motif keterdesakan masalah ekonomi. Seandainya sebagian besar dari mereka memiliki motivasi yang besar dalam pengembangan usahanya serta memiliki sikap optimis terhadap keberlanjutan usaha, maka sangat mungkin nilai-nilai kewirausahaan akan terbentuk. Karena bagaimana bisa jiwa dan nilai muncul kalau tidak didukung oleh keinginan yang besar dari pedagang dan petani untuk maju dan berkembang dalam kegiatan usahanya.

5.4.2 Aspek Motivasi dalam Modal Sosial dan Kewirausahaan