Nilai-Nilai Kewirausahaan Modal Sosial dan Nilai Kewirausahaan

5.1.6 Lamanya Usaha

Usaha yang dijalankan oleh responden dibagi ke dalam tiga kategori, pertama yang kurang dari sama dengan satu tahun, kedua, satu tahun sampai dengan lima tahun, dan terakhir adalah lebih dari lima tahun. Pembagian satu tahun didasarkan pada tidak terlalu lamanya seseorang membukamenjalankan usaha, sedangkan lebih dari lima tahun dianggap sudah cukup lama menjalankan usaha dan memiliki pengalaman yang relatif mantap terhadap usaha yang digelutinya. Dari keseluruhan responden, sebanyak 16 orang yang sudah menjalani usaha selama kurun waktu di antara satu sampai lima tahun, sedangkan 54 orang yang sudah menggeluti usahanya selama lebih dari lima tahun.

5.2 Modal Sosial dan Nilai Kewirausahaan

Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik atau model logit untuk mengidentifikasi aspek-aspek mana yang mempengaruhi nilai kewirausahaan. Variabel-variabel independent yang diduga mempengaruhi nilai kewirausahaan adalah modal sosial kepercayaan, nilai, dan norma, kapasitas individu, dan motivasi. Variabel dependent yang akan dilihat terdiri dari dua kemungkinan yaitu apakah pedagang kecil dan anggota kelompok tani memiliki nilai kewirausahaan Y=1 atau tidak memiliki nilai kewirausahaan Y=0.

5.2.1. Nilai-Nilai Kewirausahaan

Salah satu keberhasilan dalam kegiatan usaha adalah pentingnya Seorang wirausahawan memiliki jiwa dan nilai-nilai wirausaha dan mengaplikasikan hakekat kewirausahaan dalam hidupnya serta memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi dalam hidupnya. 1 Percaya diri Dalam praktiknya, percaya diri merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan, dan menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh karena itu, kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualitas dan ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan. Orang yang percaya diri memiliki kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan secara sistematis, efisien dan efektif. Kepercayaan diri juga selalu ditunjukkan oleh ketenangan, ketekunan, dan kemantapan dalam melakukan pekerjaan. Kepercayaan diri dalam melakukan kegiatan usaha berimplikasi dalam kemampuan pedagang kecil dan anggota kelompok tani dalam mengembangkan usahanya. Sebagian besar dari mereka mampu menyelesaikan sendiri pekerjaan tanpa bantuan orang lain. Selain itu kepercayaan diri ini membuat mereka mampu menyelesaikan sendiri pekerjaan tanpa bantuan orang lain. Berdasarkan penuturan salah seorang pengusaha sukses Desa Cikarawang: “..Dalam usaha yang dibutuhkan adalah kepercayaan diri non, kalau ragu usaha ga akan pernah mau maju. Yakin aja kalau kita bisa, jangan lupa berdoa...” Berdasarkan penuturan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa aspek percaya diri menjadi hal penting dalam membangun dan menjalankan sebuah usaha. Selain itu, pada aspek kepercayaan diri ini, terdapat semacam pemahaman bahwa pertolongan dari orang lain tidak diperlukan, karena hal tersebut dapat menunjukkan bahwa mereka memiliki kelemahan. Oleh sebab itu, pada aspek ini, sebagian besar anggota kelompok tani dan sebagian kecil lainnya dari pedagang, menunjukkan aspek kepercayaan diri yang relatif rendah karena mereka masih memegang teguh nilai gotong royong dan saling membantu. 2 Keberanian mengambil resiko Keberanian yang tinggi dalam mengambil resiko dan perhitungan matang yang diikuti dengan optimisme harus disesuaikan dengan kepercayaan diri. Oleh sebab itu, optimisme dan keberanian mengambil resiko dalam menghadapi suatu tantangan dipengaruhi oleh kepercayaan diri. Kepercayaan diri juga ditentukan oleh kemandirian dan kemampuan diri sendiri. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi, relatif lebih mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah sendiri tanpa menunggu bantuan orang lain. Bagi pedagang dan anggota kelompok tani, keberanian mengambil resiko ini terealisasi misalnya dalam mempertahankan usaha mereka meskipun sudah tidak ada lagi yang memberikan bantuan atau modal usaha. Selain itu keberanian mereka terlihat dalam memutuskan untuk berwirausahan dan mengeluarkan modal yang relatif besar ditengah banyaknya pesaing. Padahal pesaing-pesaing tersebut pula menjual produk yang sama. 3 Kepemimpinan Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan dan keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, menjadi yang pertama dan menonjol. Dengan menggunakan kemampuan kreativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang dihasilkannya lebih cepat, lebih dulu dan dan segera berada di pasar. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga menjadi pelopor dalam proses produksi maupun pemasaran. Ia selalu memanfaatkan perbedaan sebagai sesuatu yang menambah nilai. Karena itu, perbedaan bagi seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan merupakan sumber pembaruan untuk menciptakan nilai. Ia selalu ingin bergaul dan mencari peluang dan terbuka terhadap kritik serta saran yang kemudian dijadikan peluang. Bagi pedagang dan anggota kelompok tani, selain hal di atas kepemimpinan ini tertuang dalam kemampuan mereka untuk mengatur atau mengorganisir diri sendiri, keluarga, serta kegiatan usahanya secara bersamaan. Selain itu jiwa kepemimpinan ini, terlihat dimana para tetangga di lingkungan rumah bahkan rekan dalam anggota kelompok tani seringkali meminta saran maupun pendapat terhadap mereka . hal ini juga berkaitan dengan nilai kepercayaan yang ada di dalam masyarakat Desa Cikarawang. 4 Kreatif dan inovatif Nilai inovatif dan kreatif yang dimaksud di sini ialah tidak hanya mengekor pada orang lain, tetapi memiliki pendapat sendiri, ada ide yang orisinil, ada kemampuan untuk melaksanakan sesuatu. Orisinil tidak berarti baru sama sekali, tetapi produk tersebut mencerminkan hasil kombinasi baru atau penyatuan dari komponen–komponen yang sudah ada, sehingga akan melahirkan sesuatu yang baru. Hanya sebagian kecil dari pedagang yang memiliki kreativitas dan daya inovasi, hal ini dikarenakan rata-rata produk yang dijual pun hampir sama dengan modal yang relatif kecil. Namun beberapa dari pedagang menyebutkan bahwa mereka berusaha untuk membuat atau menjual produk yang menarik dan berbeda dari penjual-penjual lain di sekitar rumah. Hal ini sesuai dengan penuturan salah seorang responden: “..selain jualan makanan ringan dan minuman, saya juga bikin sendiri es-es yang murah yang disukai anak-anak. Cuma modal rajin. Biasanya bikin pagi, siang udah habis. Sehari saya bikin dua kali lho...” Memiliki kemampuan dan kreativitas mutlak diperlukan untuk kemajuan usaha. Seseorang yang memiliki kemampuan menciptakan sesuatu yang baru yang berbeda dari produk yang sudah ada saat ini, cenderung memiliki jaringan yang lebih luas. Misalnya, produk-produk seperti tepung ubi yang diolah di kelompok tani, singkong yang dijual dengan diolah terlebih dahulu sebagai bahan pangan, dan lain-lain. Seseorang yang memiliki daya inovasi dan kreativitas pun memiliki produk khas yang berbeda sehingga dikenali oleh banyak orang. 5 Orientasi hasil Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada saat ini. Oleh sebab itu ia selalu mempersiapkannya dengan mencari peluang. Untuk menghadapi pandangan jauh ke depan, seorang wirausaha akan menyusun perencanaan dan strategi yang matang, agar jelas langkah–langkah yang akan dilaksanakan. Seseorang terutama pedagang dan anggota kelompok tani yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah mereka yang selalu mengutamakan nilai- nilai motif prestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan kesabaran dan berinisiatif. Berinisiatif artinya selalu ingin mencari dan memulai sesuatu. Untuk memulai diperlukan adanya niat dan tekad yang kuat. Sekali sukses atau berprestasi maka sukses berikutnya akan menyusul, sehingga usahanya semakin maju dan berkembang. 6 Kerja keras Kerja keras berimplikasi pada kesungguhan dalam melaksanakan kegiatan usaha mereka. Bagi pedagang dan anggota kelompok tani, memperkenalkan produk usaha untuk memperluas jaringan merupakan bentuk kerja keras yang mereka lakukan. Tidak sedikit dari mereka yang harus menjajakan atau membawa produk usaha mereka dari rumah ke rumah door to door, bahkan ada yang membawa dagangan mereka ke kampung atau desa lain, misalnya ke Desa Babakan. Dimana kegiatan ini sering disebut ngampung. Ngampung merupakan istilah menawarkan membawa barang dagangan sambil menagih hutang.

5.2.2 Pengaruh Modal Sosial terhadap Kewirausahaan