keluarga dekat memberikan keuntungan besar, sebab ketika mereka tidak mampu lagi untuk bertahan bahkan ketika usahanya mengalami kemunduran, maka yang
sangat mungkin untuk membantu adalah keluarga dan tetangga-tetangga yang ada dilingkungan sekitar mereka. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh salah
seorang pengusaha sukses Desa Cikarawang: “..ketika usaha saya mengalami kemunduran, banyak keluarga saya
yang menasehati bahwa usaha dodol yang saya kembangkan ini jangan ditutup. Mereka banyak membantu dalam hal permodalan
supaya saya tetap melanjutkan usaha tersebut. Mereka tidak pernah meminta perhitungan kepada saya, yang penting usaha saya dapat
kembali normal...”
Pernyataan ini juga dikuatkan oleh Ibu pengusaha yang juga menjalankan usaha dodol dan kue kering:
“..Alhamdulillah, sekarang saya sudah banyak pelanggan. Kadang saya hanya menunggu pesanan lewat telepon. Nanti suami atau saya
yang akan mengantarkan pesanan itu, bahkan seringkali pemesan sendiri yang mengambilnya kesini...”
Jejaring tidak mudah dibangun tanpa rasa kepercayaan diantara orang-per orang. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh salah seorang responden:
“..Saya memulai usaha ini dengan dagang keliling, dan memang saya lebih memilih dagang keliling. Soalnya kita bisa ketemu orang-
orang baru yang bisa saja mereka itu nanti yang mempromosikan produk saya ke teman-temannya yang lain, ya taunya karena dari
mulut ke mulut itu lah dagangan saya bisa meluas...”
Jejaring yang terbentuk antara seseorang dengan yang lainnya baik dalam konteks pedagang maupun anggota kelompok tani menunjukkan bahwa jejaring
sebenarnya lantas dibutuhkan dalam pengembangan nilai kewirausahaan.
5.3 Faktor Kapasitas Individu dalam Kewirausahaan
5.3.1 Aspek Kapasitas Individu
Kemampuan yang dimiliki oleh responden, baik pada pedagang kecil dan anggota kelompok tani relatif rendah. Aspek kapasitas individu yan dilihat adalah
pengetahuan, sikap, dan keterampilan sesuai dengan mata pencaharian atau pekerjaan mereka. Pengetahuan pedagang kecil jika dibandingkan dengan anggota
kelompok tani ternyata memiliki nilai yang lebih kecil. Hal ini disebabkan karena petani cenderung lebih sering berdiskusi dengan anggota lainnya atau kelompok
lain. Mereka lebih memahami permasalahan yang mereka hadapi terhadap kegiatan usaha pertanian, walaupun tingkat pendidikan mereka sebagian besar
hanya sebatas sekolah dasar SDsederajat. Hal yang dialami oleh pedagang kecil adalah diantara pedagang dan
anggota kelompok tani sama-sama berada pada tingkat pendidikan yang digolongkan rendah, namun bedanya sebagai pedagang kecil, mereka seringkali
sibuk dengan urusan dagang saja. Pada aspek pengetahuan ini, responden akan diberikan pertanyaan mengenai tindakan-tindakan yang harus mereka lakukan
dalam kaitannya dengan pengembangan usaha, sebagai contoh yaitu, pentingnya teknologi dan pemasaran produk, mengenali pesaing dengan jelas, serta tindakan
yang harus mereka lakukan ketika dihadapkan dengan dua pilihan. Lain halnya dengan aspek sikap dimana responden merefleksikannya
dengan apakah mereka menyukai bidang usaha mereka, sikap terhadap apakah jenis usaha atau pekerjaan ini yang mereka pilih sendiri, sampai kepuasan
terhadap apa yang telah mereka dapatkan. Keterampilan dilihat dari kemampuan mereka dalam mengelola keuangan, membuat perencanaan, serta perhitungan
keluar masuk uang setiap hari. Gejala ini cenderung tidak dilakukan oleh responden baik anggota kelompok tani maupun pedagang kecil. Membuat catatan-
catatan penting tidak dilakukan secara tertib, mereka hanya membuat catatan hutang yang sebenarnya kurang berfungsi karena antara penjual dan pembeli
masing-masing mampu memegang kepercayaan. Tabel 6. Hasil Estimasi Model Regresi Logistik terhadap Kapasitas Individu yang
Mempengaruhi Ada Tidaknya Nilai Kewirausahaan.
Keterangan: -- =
tingkat kepercayaan 15
Responden
Variabel Pedagang Kecil
Anggota Kelompok Tani Koefisien
β p-value
sig Odds Ratio
Exp β
Koefisien β
p-value sig
Odds Ratio Exp
β Kapasitas
-.057 .944
.944 -.827
.260 .438
Modal Sosial+Kapa
sitas -1.212 .147
.298 -2.148
.020 .117
Keluaran data statistik untuk analisis pedagang kecil menyajikan pengujian pengaruh kapasitas individu terhadap nilai kewirausahaan.
Keberpengaruhan ini ditandai dengan nilai signifikansi yang berada di bawah tingkat kepercayaan 15 persen. Koefisien regresi
β
yang diperoleh adalah sebesar 0.057 dengan nilai statistik Wald sebesar 0.005 dengan nilai-p sebesar
0.944 pada taraf nyata 15 dan odds ratio sebesar 0.944 diperoleh kesimpulan yang berarti bahwa peubah kapasitas individu tidak berpengaruh terhadap nilai
kewirausahaan. Interpretasi dari rasio odds ini yaitu kecenderungan seseorang memiliki nilai kewirausahaan adalah memiliki kapasitas individu sebesar 0,944
kali dibandingkan dengan yang tidak memiliki kapasitas individu. Data diatas sesuai dengan kenyataan di lapang bahwa para pedagang
sebenarnya minim informasi mengenai pengembangan usaha mereka termasuk pasar. Kapasitas yang mereka miliki sangat terbatas, bahkan untuk mengambil
sebuah keputusan saja mereka selalu melibatkan orang lain, baik suamiistri, orang tua, dan anak. Secara keterampilan, pedagang relatif tidak terlalu
mempedulikan keluar masuknya uang mereka, mereka hanya sekedar menghitung utang-utang dari tetangga yang itu pun jumlahnya kecil. Berdasarkan penuturan
salah satu responden: “..ibu sudah puas sama yang ibu lakukan sekarang, lagian ibu juga
orangnya biasa aja neng, bukan seperti orang-orang yang pinter. Apa yang didapat ini sudah cukup lah...”
“..kalau ada yang bayar utang, apalagi jumlahnya besar, biasanya ibu dibantu bapak ngitung. Suka susah neng ngitung kalau
jumlahnya banyak...” Hal diatas berarti menunjukkan bahwa responden memiliki kemampuan
yang terbatas dalam hal perhitungan uang, penilaian terhadap diri mereka sendiri pun rendah. Kebanyakan responden, merasa cukup puas dengan apa yang telah
mereka dapatkan sekarang. Hal ini mengindikasikan bahwa kemauan mereka untuk maju sangat rendah sehingga nilai-nilai kewirausahaan juga tidak
berkembang. Oleh karena itu kapasitas individu dari pedagang kecil tidak mempengaruhi pengembangan nilai kewirausahaan.
Tidak berbeda dengan pedagang kecil, Analisis pada anggota kelompok tani keluaran keluaran data statistik menyajikan pengujian pengaruh kapasitas
individu terhadap nilai kewirausahaan dimana koefisien regresi
β
yang diperoleh adalah sebesar 0.827 dengan nilai statistik Wald sebesar 1.269 dengan nilai-p
sebesar 0.260 pada taraf nyata 15 dan odds ratio sebesar 0.438 diperoleh kesimpulan yang berarti bahwa peubah kapasitas individu tidak berpengaruh
terhadap nilai kewirausahaan. Interpretasi dari rasio odds ini yaitu kecenderungan seseorang memiliki nilai kewirausahaan adalah memiliki kapasitas individu
sebesar 0,438 kali dibandingkan dengan yang tidak memiliki kapasitas individu. Ketidakberpengaruhan ini sama halnya dengan apa yang terjadi dalam
pedagang kecil. pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang mereka miliki cenderung rendah. Dengan tingkat pendidikan yang hanya sampai sekolah dasar
SD, bahkan dari anggota kelompok tani sendiri banyak yang tidak tamat sekolah dasar SD. Keterbatasan dalam merancang usaha, membuat perhitungan usaha
sangat sulit dilakukan sendiri. Mereka para anggota kelompok tani ini sering dihadapkan pada permasalahan perhitungan biaya produksi seperti perhitungan
jumlah dan biaya bibit, harga pupuk, perkalian, pembagian, bahkan saat diminta untuk menambah atau mengurang perhitungan tertentu mereka sulit
melakukannya. Biasanya mereka dibantu oleh anak atau istri karena sebagian besar petani yang menjadi responden adalah laki-laki. Hal ini juga diperkuat oleh
penuturan salah satu responden: “..bapak ini ga lulus SD, disuruh ngitung mah susah. Pernah bapak
dulu rugi beli bibit pohon, gara-gara salah hitung, yang ngejualnya juga ga bisa ngitung neng. Sampai rumah baru sadar pas dihitung
ulang sama anak-anak...”
Kapasitas anggota kelompok tani yang terbatas inilah yang membuat mereka menjadi sulit untuk memajukan usahanya, hal ini kemudian menjadi
kendala dalam pengembangan usaha karena dalam melakukan kegiatan ekonomi, bagaimanapun kuatnya pengaruh modal sosial, namun tidak didukung dengan
kapasitas individu tetap tidak akan memberikan pengaruh terhadap pengembangan nilai kewirausahaan.
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa baik pedagang kecil maupun anggota kelompok tani sama-sama tidak memberikan pengaruh terhadap pengembangan
nilai kewirausahaan. Sehingga baik ketika analisis digabung untuk keseluruhan responden didapat kesimpulan pengujian pengaruh kapasitas individu terhadap
nilai kewirausahaan. Koefisien regresi
β
yang diperoleh adalah sebesar 0.266 dengan nilai statistik Wald sebesar 0.265 dengan nilai-p sebesar 0.607 pada taraf
nyata 15 dan odds ratio sebesar diperoleh kesimpulan yang berarti bahwa peubah kapasitas individu juga tidak berpengaruh terhadap nilai kewirausahaan.
Rendahnya kapasitas individu yang menyebabkan tidak adanya pengaruh terhadap nilai kewirausahaan sedikit banyak disebabkan oleh rendahnya
pendidikan mereka. Sebagai tambahan lagi bahwa beberapa responden yang diwawancarai mengungkapkan bahwa mereka seringkali kesulitan ketika harus
menghitung uang dalam jumlah tertentu. Hal ini sesuai dengan penuturan Ibu Saumun:
“..saya mah tidak terlalu bisa ngitung uang dalam jumlah besar neng, saya juga jarang menulis hutang-hutang warga yang ingin
beli sembako, apalagi kalau jumlahnya kecil. kita disini percaya- percaya aja. Orang dilingkungan sekitar sini jujur aja orangnya...”
Berdasarkan pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, keterbatasan kemampuan atau kapasitas individu dari pedagang kecil dan anggota
kelompok tani tidak mempengaruhi pengembangan nilai kewirausahaan. Jika nilai signifikansi dibandingkan maka diperoleh kesimpulan bahwa anggota kelompok
tani memiliki nilai signifikansi yang lebih kecil, artinya dibandingkan dengan pedagang, kapasitas individu petani lebih besar. Hal ini didukung dengan
kenyataan di lapangan bahwa anggota kelompok tani cenderung lebih sering berdiskusi dengan temanrekan di dalam maupun luar kelompoknya. Sehingga
sangat mungkin bagi mereka untuk memiliki kapasitas yang lebih besar, walaupun tidak memberikan pengaruh terhadap pengembangan nilai kewirausahaan.
Sedangkan pedagang kecil tidak memiliki kapasitas yang sama besar dengan anggota kelompok tani karena jejaring yang dibangun oleh pedagang bukan untuk
menambah kapasitas pengetahuan, sikap, dan keterampilan mereka. Jejaring dan mengembangkan relasi hanya untuk menambah rekan bisnis dalam
pengembangan usaha sehingga diharapkan mampu menambah pelanggankonsumen untuk keberlangsungan usahanya.
5.3.2 Aspek Kapasitas Individu dalam Modal Sosial dan Kewirausahaan