Aspek Kapasitas Individu dalam Modal Sosial dan Kewirausahaan

nilai kewirausahaan. Koefisien regresi β yang diperoleh adalah sebesar 0.266 dengan nilai statistik Wald sebesar 0.265 dengan nilai-p sebesar 0.607 pada taraf nyata 15 dan odds ratio sebesar diperoleh kesimpulan yang berarti bahwa peubah kapasitas individu juga tidak berpengaruh terhadap nilai kewirausahaan. Rendahnya kapasitas individu yang menyebabkan tidak adanya pengaruh terhadap nilai kewirausahaan sedikit banyak disebabkan oleh rendahnya pendidikan mereka. Sebagai tambahan lagi bahwa beberapa responden yang diwawancarai mengungkapkan bahwa mereka seringkali kesulitan ketika harus menghitung uang dalam jumlah tertentu. Hal ini sesuai dengan penuturan Ibu Saumun: “..saya mah tidak terlalu bisa ngitung uang dalam jumlah besar neng, saya juga jarang menulis hutang-hutang warga yang ingin beli sembako, apalagi kalau jumlahnya kecil. kita disini percaya- percaya aja. Orang dilingkungan sekitar sini jujur aja orangnya...” Berdasarkan pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, keterbatasan kemampuan atau kapasitas individu dari pedagang kecil dan anggota kelompok tani tidak mempengaruhi pengembangan nilai kewirausahaan. Jika nilai signifikansi dibandingkan maka diperoleh kesimpulan bahwa anggota kelompok tani memiliki nilai signifikansi yang lebih kecil, artinya dibandingkan dengan pedagang, kapasitas individu petani lebih besar. Hal ini didukung dengan kenyataan di lapangan bahwa anggota kelompok tani cenderung lebih sering berdiskusi dengan temanrekan di dalam maupun luar kelompoknya. Sehingga sangat mungkin bagi mereka untuk memiliki kapasitas yang lebih besar, walaupun tidak memberikan pengaruh terhadap pengembangan nilai kewirausahaan. Sedangkan pedagang kecil tidak memiliki kapasitas yang sama besar dengan anggota kelompok tani karena jejaring yang dibangun oleh pedagang bukan untuk menambah kapasitas pengetahuan, sikap, dan keterampilan mereka. Jejaring dan mengembangkan relasi hanya untuk menambah rekan bisnis dalam pengembangan usaha sehingga diharapkan mampu menambah pelanggankonsumen untuk keberlangsungan usahanya.

5.3.2 Aspek Kapasitas Individu dalam Modal Sosial dan Kewirausahaan

Berkembangnya nilai-nilai kewirausahaan masyarakat Desa Cikarawang bukan hanya ditopang dari kemampuan baik dari pengetahuan, sikap, maupun keterampilan tertentu. Mereka lebih berhasil karena memang adanya modal sosial baik dalam hal jaringan tertentu maupun kepercayaan yang tumbuh dikalangan warga. Ketika analisis lebih lanjut dilakukan, yaitu ketika kapasitas individu didorong dengan adanya modal sosial kemudian memberikan pengaruh terhadap pengembangan nilai kewirausahaan. Namun ketika analisis dilakukan terpisah maka yang hanya memberikan pengaruh hanyalah dari aspek anggota kelompok tani. Hal ini tidaklah mengherankan, karena dalam pembahasan sebelumnya yang memiliki nilai kapasitas terbesar berasal dari anggota kelompok tani walaupun tidak memberikan pengaruh ketika kapasitasnya hanya berdiri sendiri. Memiliki kemampuan tertentu dalam kegiatan usaha ternyata tidak menjamin munculnya nilai-nilai kewirausahaan seseorang. Nilai-nilai tersebut merupakan bentuk sumberdaya yang dimiliki dalam pengembangan usahanya. Ketika seseorang memiliki cara baru maupun memiliki kemapuan menciptakan sesuatu yang baru yang berbeda dari kebanyakan orang, maka individu tersebut dianggap memiliki kreatifitas yang merupakan bagian dari nilai kewirausahaan. Begitu pula ketika seseorang memiliki kemampuan tertentu dalam mengorganisir waktu dan sumberdaya lainnya, serta memutuskan sesuatu dengan mudah tanpa bantuan orang lain juga merupakan aspek kepemimpinan yang ada dalam nilai kewirausahaan. Data statistik menunjukkan bahwa pengujian pengaruh modal sosial dan kapasitas individu terhadap nilai kewirausahaan menunjukkan koefisien regresi β yang diperoleh adalah sebesar 1.212 dengan nilai statistik Wald sebesar 2.105 dengan nilai-p sebesar 0.147 pada taraf nyata 15 dan odds ratio sebesar 0.298 diperoleh kesimpulan yang berarti bahwa peubah kapasitas dan modal sosial tidak berpengaruh terhadap nilai kewirausahaan. Interpretasi dari rasio odds ini yaitu kecenderungan seseorang memiliki nilai kewirausahaan adalah memiliki kapasitas individu dan modal sosial sebesar 0,298 kali dibandingkan dengan yang tidak memiliki kapasitas individu dan modal sosial. Ketidakberpengaruhan ini menunjukkan bahwa baik kapasitas sendiri atau bahkan kapasitas yang didorong dengan modal sosial maka tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap nilai kewirausahaan. Artinya kapasitas yang dimiliki oleh pedagang kecil itu sangat rendah, bahkan ketika didorong dengan adanya peranan modal sosial tidak membuat aspek pedagang menjadi berpengaruh. Unsur kepercayaan, kepatuhan terhadap norma, dan jejaring sebagai wadah bagi pengembangan usaha sebenarnya mampu membantuk nilai-nilai kewirausahaan pedagang, namun karena kapasitas mereka yang sangat rendah maka sebesar apapun kepercayaan diantara mereka, sedalam apapun kapatuhan terhadap norma yang mereka anut dan mereka anggap benar, serta luasnya jejaring tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai kewirausahaan. Jadi, kapasitas pun memiliki peranan yang cukup besar ketika seseorang ingin menjadi pengusaha yang sukses. Tanpa adanya pengetahuan, sikap, dan keterampilan dari pedagang itu, maka mustahil bagi mereka untuk memiliki kemampuan handal dalam melakukan kegiatan usaha dan strateginya dalam menyelesaikan permasalahan usaha. Berbeda halnya dengan pedagang kecil, data statistik untuk anggota kelompok tani memiliki kesimpulan yang berbeda yaitu keluaran ini menyajikan pengujian pengaruh kapasitas individu dan modal sosial terhadap nilai kewirausahaan. Koefisien regresi β yang diperoleh adalah sebesar 2.148 dengan nilai statistik Wald sebesar 5.370 dengan nilai-p sebesar 0.020 pada taraf nyata 15 dan odds ratio sebesar 0.117 diperoleh kesimpulan yang berarti bahwa peubah kapasitas individu dan modal sosial berpengaruh terhadap nilai kewirausahaan. Hal ini disebabkan karena anggota kelompok tani lebih sering melakukan diskusi dan berkumpul dengan teman atau rekan dari kelompok mereka. Dari awal kapasitas untuk anggota kelompok tani memang memiliki nilai signifikansi yang cukup mendekati keberpengaruhan, sehingga ketika dihadapkan dengan dorongan dari peranan modal sosial menjadi berpengaruh. Interpretasi dari rasio odds ini yaitu kecenderungan seseorang memiliki nilai kewirausahaan adalah memiliki kapasitas individu dan modal sosial sebesar 0,117 kali dibandingkan dengan yang tidak memiliki kapasitas individu dan modal sosial. Ketika dilakukan analisis untuk keseluruhan responden dalam penelitian ini maka menyajikan pengujian pengaruh kapasitas individu dan modal sosial terhadap nilai kewirausahaan. Koefisien regresi β yang diperoleh adalah sebesar 1.585 dengan nilai statistik Wald sebesar 7.169 dengan nilai-p sebesar 0.007 pada taraf nyata 15 diperoleh kesimpulan yang berarti bahwa peubah kapasitas individu dan modal sosial berpengaruh terhadap nilai kewirausahaan. Kasus antara pedagang kecil dan anggota kelompok tani memang berbeda, mengenai kapasitas individu yang mereka miliki juga berbeda. Anggota kelompok tani sering melakukan diskusi mengenai pengembangan usaha mereka karena memang salah satu kegiatan dari kelompok tani adalah membahas atau memdiskusikan permasalahan pertanian yang mereka hadapi. Tidak jarang juga gabungan kelompok tani Gapoktan mengadakan kerjasama dengan berbagai pihak baik dari pemerintah, perguruan tinggi, dan LSM-LSM untuk mendiskusikan permasalahan maupun adopsi inovasi teknologi tertentu. Sehingga tidak salah ketika kapasitas disorong dengan modal sosial maka memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai kewirausahaan mereka.

5.4 Faktor Motivasi dalam Kewirausahaan