kalau tidak didukung oleh keinginan yang besar dari pedagang dan petani untuk maju dan berkembang dalam kegiatan usahanya.
5.4.2 Aspek Motivasi dalam Modal Sosial dan Kewirausahaan
Setelah mengetahui bahwa aspek motivasi sama sekali tidak memiliki pengaruh terhadap pengembangan nilai kewirausahaan, maka kemudian aspek
motivasi dikaitkan dengan faktor modal sosial maka data hasil statistik tetap menunjukkan bahwa sama sekali tidak ada pengaruhnya motivasi dan modal
sosial untuk pengembangan nilai kewirausahaan. Keluaran statistik menyajikan pengujian pengaruh modal sosial dan
motivasi terhadap nilai kewirausahaan untuk pedagang dimana koefisien regresi
β
yang diperoleh adalah sebesar -1.232 dengan nilai statistik Wald sebesar 1.282 dengan nilai-p sebesar 0.258 pada taraf nyata 15 dan odds ratio sebesar 0.292
diperoleh kesimpulan yang berarti bahwa peubah modal sosial dan motivasi tidak berpengaruh terhadap nilai kewirausahaan. Interpretasi dari rasio odds ini yaitu
kecenderungan seseorang memiliki nilai kewirausahaan adalah memiliki motivasi dan modal sosial sebesar 0,292 kali dibandingkan dengan yang tidak memiliki
motivasi dan modal sosial. Ketika membandingkan signifikansi atau nilai keberpengaruhan pada
aspek motivasi saja, ternyata nilai untuk motivasi dan modal sosial lebih kecil dibandingkan motivasi saja, yang artinya modal sosial memberikan dorongan
yang cukup kuat terhadap aspek motivasi karena mampu mengubah nilai menjadi lebih kecil mendekati signifikansi keberpengaruhan. Hal ini juga berlaku pada
aspek motivasi dan modal sosial yang dianalisis sekaligus dibandingkan dengan motivasi saja pada anggota kelompok tani, walaupun tidak memberikan pengaruh
namun ketika dihadapkan atau dipertemukan dengan modal sosial maka nilai signifikansi menjadi lebih kecil yang artinya mendekati garis keberpengaruhan.
Berarti peranan modal sosial cukup berarti karena mampu mengubah nilai signifikansi menjadi lebih kecil. Pentingnya membangun kepercayaan dan
perluasan jaringan bagi pedagang kecil mampu mendorong nilai kewirausahaan seseorang walaupun sebelumnya dorongan oleh motivasi relatif rendah.
Data statistik yang menyajikan pengujian pengaruh modal sosial dan motivasi terhadap nilai kewirausahaan bagi anggota kelompok tani, dimana
koefisien regresi
β
yang diperoleh adalah sebesar -1.340 dengan nilai statistik Wald sebesar 1.095 dengan nilai-p sebesar 0.295 pada taraf nyata 15 dan odds
ratio sebesar 0.262 diperoleh kesimpulan yang berarti bahwa peubah modal sosial dan motivasi tidak berpengaruh terhadap nilai kewirausahaan. Interpretasi dari
rasio odds ini yaitu kecenderungan seseorang memiliki nilai kewirausahaan adalah memiliki motivasi dan modal sosial sebesar 0,262 kali dibandingkan dengan yang
tidak memiliki motivasi dan modal sosial. Sama halnya dengan pedagang kecil, bahwa anggota kelompok tani
menunjukkan tidak adanya pengaruh terhadap nilai kewirausahaan mereka. Karena untuk memenuhi kebutuhan mereka hanya didorong oleh keinginan yang
relatif rendah. Ketika kebutuhan dasar telah terpenuhi maka mereka relatif sudah cukup puas dengan hasil yang telah didapatkan.
Analisis untuk kedua aspek baik pedagang kecil dan anggota kelompok tani menghasilkan data keluaran pengujian pengaruh modal sosial dan motivasi
terhadap nilai kewirausahaan. Koefisien regresi B yang diperoleh adalah sebesar -1.204 dengan nilai statistik Wald sebesar 2.193 dengan nilai-p sebesar 0.159 pada
taraf nyata 15 diperoleh kesimpulan yang berarti bahwa peubah modal sosial dan motivasi tidak berpengaruh terhadap nilai kewirausahaan, walaupun nilai p-
value nya pun lebih rendah atau mendekati signifikansi keberpengaruhan. Modal sosial memang memberikan wadah bagi pedagang dan anggota
kelompok tani dalam pengembangan nilai kewirausahaan. Ketika dikaitkan dengan faktor motivasi maka tidak ada pengaruhnya sama sekali dalam
pengembangan nilai kewirausahaan. Hal ini tidaklah mengherankan karena motivasi yang dimiliki oleh pedagang kecil dan anggota kelompok tani sangat
minim, yaitu: pertama, karena ingin memenuhi permintaan keluarga, kedua, terdesak masalah ekonomi, ketiga, hanya meneruskan pekerjaan dari orang
tuanya, dan terakhir karena sulitnya mendapatkan pekerjaan yang lain. Motivasi untuk bisa membuka lowongan kerja bagi orang lain, menggali
sumberdaya dan potensi yang ada di Desa Cikarawang, menginginkan agar kedudukannya dihargai di lingkungan desa, sampai mampu memberikan bantuan
modal usaha kepada orang lain sangat jauh dari motivasi mereka ketika memulai
ataupun menjalankan usaha. Sehingga rendahnya motivasi mereka, berimplikasi pada tidak adanya pengaruh terhadap pengembangan nilai kewirausahaan.
BAB VI KETERKAITAN MODAL SOSIAL , KAPASITAS INDIVIDU
DAN KEWIRAUSAHAAN
6.1 Konstruksi Modal Sosial dan Nilai Kewirausahaan
Pengembangan kewirausahaan dianggap penting selain karena mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja,
kewirausahaan juga banyak melahirkan kreativitas dan inovasi baru dalam melakukan usaha. Selain itu kewirausahaan dapat meningkatkan kualitas
kompetensi yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat. Membangun sumberdaya manusia yang berjiwa dan memiliki nilai kewirausahaan tidaklah
mudah. Keberhasilan pengusaha yang sukses terlihat dari karakteristik dan nilai dari seorang wirausahanya. Nilai lebih ini adalah sifat pantang menyerah, berani
mengambil resiko, kreativitas serta daya inovasi yang besar. Mayoritas wirausaha di Indonesia masih didominasi oleh sektor usaha
kecil UKM dan usaha rumah tangga, terlebih lagi ketika dihadapkan pada kawasan perdesaan, dimana keberhasilan kegiatan perekonomian masyarakat baik
di perkotaan maupun perdesaan sebagian besar banyak disokong oleh kegiatan usaha entrepreneurship yang
masih didominasi oleh usaha-usaha skala mikro dan kecil dengan pelaku utama para petani, buruh tani, pedagang sarana produksi
dan hasil pertanian, pengolah hasil pertanian, serta industri rumah tangga.
3
Keberhasilan pengembangan kewirausahaan tidak pernah terlepas dari peran masyarakat itu sendiri. Sakur 2006 menyebutkan bahwa pengembangan
nilai-nilai atau jiwa kewirausahaan merupakan kunci berhasilnya seorang wirausaha. Artinya tanpa melupakan modal dan sumberdaya lainnya, nilai yang
dimiliki oleh seseorang adalah penting ketika melakukan kegiatan usaha. Namun kenyataannya, pengembangan kewirausahaan masih banyak menghadapi berbagai
hambatan karena masih rendahnya kualitas atau mutu sumberdaya manusia. Minimnya kapasitas yang dimiliki oleh masyarakat terutama mereka yang berada
3
Buchari Alma, ’fenomena-lembaga-keuangan-mikro-dalam-perspekti-pembangunan-ekonomi- pedesaan ’, http: www.scribd.comdoc331brs_filelkm.pdf, diakses pada 12 Juni 2010.