Kondisi Sosial Pertanian GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Prasarana pendidikan di Desa Cikarawang seluruhnya merupakan milik sendiri, berupa sebuah gedung SMPsederajat, empat buah gedung SDsederajat, dua buah gedung TK, dan sebuah perpustakaan desakelurahan. Desa ini juga memiliki tiga buah lapangan sepak bola dan sebuah lapangan voli sebagai prasarana olah raga. Sebagai prasarana energi dan penerangan, desa ini menggunakan listrik PLN sebanyak 2.184 unit. Disamping itu terdapat satu lokasi pembuangan sementara TPS, satu unit jumlah gerobak sampah, empat unit tong sampah, satu kelompok satgas kebersihan, dan dua orang anggota satgas kebersihan.

4.6 Kondisi Sosial

Masyarakat di desa ini rata-rata memiliki pendidikan yang tidak terlalu tinggi, namun beberapa ada yang mampu mencapai tingkat pendidikan SMA. Beberapa bahkan sudah ada yang mampu mencapai jenjang pendidikan diploma, namun masih dapat ditemui juga pengangguran meski lulus sekolah SMA bahkan kuliah. Kaum perempuan terutama ibu-ibu memiliki kegiatan berupa pengajian ibu-ibu yang diadakan berbeda di setiap RW-nya, namun umumnya dilakukan pada hari jumat atau sabtu. Beberapa ibu memiliki tabungan dalam bentuk emas. Emas dianggap sebagai investasi dan alat tukar untuk membeli tanah. Ada seorang ibu yang selalu menggunakan beberapa gelang emas besar-besar jika datang ke pertemuan di desa. Gelang emas yang dikenakan sebagai simbol bahwa dirinya “siap menukarkan” gelang emas dengan petak sawah yang akan dijual oleh pemiliknya.

4.7 Pertanian

Luas wilayah Desa Cikarawang 226,56 ha dimana 85 persen wilayahnya 194,572 ha digunakan untuk sawah dan ladang. Komoditas pertanian andalan di Desa Cikarawang antara lain padi, singkong, kacang tanah, dan ubi. Petani mengusahakan penanaman komoditas tersebut di lahan seluas 1.000-2.000 m 2 , namun ada juga yang memiliki lahan lebih dari sehektar. Beberapa lahan tanam terletak di belakang rumah mereka, dan sebagian lagi cukup jauh dari pemukiman namun masih di dalam wilayah Desa Cikarawang. Musim tanam terbagi menjadi dua macam, yaitu penanaman di musim hujan dan musim kering. Hal ini terkait dengan pemenuhan kebutuhan air untuk irigasi di lahan pertanian. Letak desa yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lain, maka air dari Kabupaten Bogor Situ Burung tidak berhasil mencapai sebagian besar daerah ini. Oleh karena itu untuk kebutuhan irigasi di musim kering, petani memanfaatkan jatah air dari aliran Situ Gede masuk ke wilayah Kota Bogor dan dialirkan setiap bulan ke-10. Sedangkan ketika musim hujan yang biasanya terjadi di bulan ke-1 hingga bulan ke-4 digunakan serempak untuk menanam padi. Padi ditanam untuk konsumsi pribadi selama satu tahun. Setelah menanam padi ketika masuk musim kering petani menanam singkong, ubi maupun kacang tanah. Namun ada pula petani yang juga menanam singkongubikacang tanah bersebelahan dengan petak sawahnya. Pemilihan komoditas yang ditanam adalah kebebasan petani. Penanaman singkong membutuhkan waktu selama sembilan bulan sedangkan ubi selama lima bulan. Hasil panen singkong dapat mencapai lima kwintal250 m 2 . Setiap penanaman memiliki resiko terhadap serangan hama yaitu keong dan wereng. Penanggulangan hama dilakukan petani dengan menggunakan pestisida yang dibeli secara individu di toko pertanian.

4.8 Pola Hubungan Kerja Sektor Pertanian