Pengaruh Modal Sosial terhadap Kewirausahaan

Babakan. Dimana kegiatan ini sering disebut ngampung. Ngampung merupakan istilah menawarkan membawa barang dagangan sambil menagih hutang.

5.2.2 Pengaruh Modal Sosial terhadap Kewirausahaan

Modal sosial merupakan aspek yang berperan di dalam pengembangan nilai kewirausahaan. Pada dasarnya, modal sosial yang terdapat pada pedagang maupun anggota kelompok tani sama-sama memiliki pengaruh. Keberpengaruhan ini ditandai dengan nilai signifikansi yang berada di bawah tingkat kepercayaan 15 persen. Tabel 5. Hasil Estimasi Model Regresi Logistik terhadap Modal Sosial Serta Unsurnya yang Mempengaruhi Ada Tidaknya Nilai Kewirausahaan Responden Variabel Pedagang Kecil Anggota Kelompok Tani Koefisien β p-value sig Odds Ratio Exp β Koefisien β p-value sig Odds Ratio Exp β Modal Sosial -1.792 .079 .167 -2.575 .028 .076 Kepercayaan 1.658 .047 .190 1.135 .122 .952 Norma -.049 .958 .952 .141 .886 1.152 Jejaring 1.966 .130 .140 21.991 .999 .101 Keterangan: -- = tingkat kepercayaan 15 Keluaran hasil data statistik menyajikan pengujian pengaruh modal sosial terhadap nilai kewirausahaan pada pedagang kecil dimana koefisien regresi β yang diperoleh adalah sebesar -1.792 dengan nilai statistik Wald sebesar 3.082 dengan nilai-p sebesar 0.079 pada taraf nyata 15 diperoleh kesimpulan yang berarti bahwa peubah modal sosial berpengaruh terhadap nilai kewirausahaan. Sedangkan keluaran hasil data statistik menyajikan pengujian pengaruh modal sosial terhadap nilai kewirausahaan pada anggota kelompok tani dimana koefisien regresi β yang diperoleh adalah sebesar -2.575 dengan nilai statistik Wald sebesar 4.829 dengan nilai-p sebesar 0.028 pada taraf nyata 15 diperoleh kesimpulan yang berarti bahwa peubah modal sosial berpengaruh terhadap nilai kewirausahaan. Selanjutnya akan dijelaskan masing-masing unsur pembentuk dari modal sosial, yaitu kepercayaan, norma, dan jejaring, yang berpengaruh terhadap pengembangan nilai kewirausahaan. Masing-masing unsur tersebut juga memiliki nilai keberpengaruhan signifikansi yang berbeda-beda.

5.2.2.1 Aspek Kepercayaan

Kepercayaan trust merupakan hubungan sosial yang dibangun atas dasar rasa percaya dan rasa memiliki bersama. Rasa percaya mempercayai adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan- hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa, yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung. Masyarakat Desa Cikarawang memiliki kepercayaan yang relatif tinggi antar sesama warga, hal ini disebabkan karena mereka masih memegang teguh nilai kebersamaan yang termanifestasi dalam sikap kejujuran. Kejujuran sebagai nilai universal menjadi aspek yang membentuk kepercayaan diantara warga dalam melakukan hubungan sosial. Dalam kegiatan usaha sendiri, kepercayaan muncul ketika melakukan kegiatan transaksi atau jual beli. Sebagian besar responden mengaku bahwa kepercayaan mereka memang tertanam dalam diri, dikarenakan masyarakat atau tetangga juga berperilaku jujur dalam tindakan mereka. Keluaran hasil data statistik menyajikan pengujian pengaruh kepercayaan terhadap nilai kewirausahaan pada pedagang kecil dimana koefisien regresi β yang diperoleh adalah sebesar 1.658 dengan nilai statistik Wald sebesar 3.942 dengan nilai-p sebesar 0.047 pada taraf nyata 15 dan odds ratio sebesar 0.190 diperoleh kesimpulan yang berarti bahwa peubah kepercayaan berpengaruh terhadap nilai kewirausahaan. Interpretasi dari rasio odds ini yaitu kecenderungan seseorang memiliki nilai kewirausahaan adalah memiliki kepercayaan sebesar 0,19 kali dibandingkan dengan yang tidak memiliki kepercayaan. Rasa kepercayaan diantara warga dalam kaitannya dengan perdaganganjual beli cukup tinggi. Hal ini juga terbukti dengan rendahnya sikap curiga diantara mereka. Bahkan beberapa orang menyatakan bahwa ketika melakukan transaksi dagang, mereka tidak perlu menghitung uang kembalian atau mencatat secara detail setiap hutang. Hal ini sesuai dengan penuturan seorang responden: “..kalau ada yang mau belanja, ibu mah jarang mencatat hutang- hutang mereka yang mau beli, mereka juga sadar aja berapa utang mereka sendiri...” Lebih lanjut dalam konteks kegiatan usaha kecil, kepercayaan menjadi hal penting karena terkait dengan “pinjamanhutang” diantara mereka. Salah satu responden menuturkan bahwa “..Ibu teh tenanaon neng minjamkeun sembako heula ke tetangga nu teu tiasa bayar, orang deket ini rumahnya, lagian kalaupun beda kampung ibu juga gapapa. Soalnya kita juga sudah saling kenal dan tau satu sama lain. Mereka juga pasti bayar, kasian kalau tidak dipinjamkan...” Kepercayaan mereka juga terlihat dari keterbukaan dalam mengajak warga disekitar rumah mereka untuk bergabung dalam usaha tertentu, menurut penuturan warga: “..Ibu disini dibantu oleh tetangga-tetangga saat bikin kue, kalau ngerjain sendiri juga repot, makanya kalau dibantu selain pekerjaan cepat selesai, mereka juga bisa dapat penghasilan. Hitung-hitung bagi rezeki neng...” Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa warga desa memiliki kepercayaan yang relatif besar kepada warga lain. Warga Desa Cikarawang yang melakukan kegiatan usaha tidak segan-segan memilih siapa pun dalam kegiatan usaha mereka. Hal ini juga dikarenakan, kegiatan usaha yang mereka tekuni tidak membutuhkan keterampilan khusus ataupun pengetahuan yang khas. Sehingga siapapun yang bisa bergabung dan mau bekerja keras bisa bergabung untuk jenis usaha tertentu. Masalah keuangan memang sedikit “sensitif” ketika harus dibicarakan, namun masyarakat yang menjadi responden dalam kegiatan usaha warung-warung kecil cenderung tidak terlalu memperhatikan masalah bayaran, uang kembalian, dan lain-lain. Hal ini disebabkan karena menurut penuturan mereka warga disekitar rumah dimana meraka tinggal sangat tidak mungkin berbohong. Mereka lebih baik berhutang daripada harus berbohong dalam membayar barangmakananproduk tertentu. Kepercayaan yang terjalin diantara pedagang kecil tersebut memberikan kontribusi terhadap pengembangan nilai-nilai kewirausahaan. Seorang pengusaha yang sukses selalu menjaga kepercayaan dan memiliki jiwa dan semangat dalam kegiatan usahanya. Lain halnya dengan petani yang tergabung di dalam anggota kelompok tani yang saya jadikan responden, mereka memiliki rasa keterikatan yang tinggi dalam kelompok dimana dia tergabung. Data statistik menunjukkan bahwa kepercayaan anggota kelompok tani tidak berpengaruh terhadap nilai kewirausahaan. Keluaran berikut ini menyajikan pengujian pengaruh kepercayaan terhadap nilai kewirausahaan. Koefisien regresi β yang diperoleh adalah sebesar 1.135 dengan nilai statistik Wald sebesar 2.391 dengan nilai-p sebesar 0.122 pada taraf nyata 15 dan odds ratio sebesar 0.952 diperoleh kesimpulan yang berarti bahwa peubah jejaring berpengaruh terhadap nilai kewirausahaan. Interpretasi dari rasio odds ini yaitu kecenderungan seseorang memiliki nilai kewirausahaan adalah memiliki kepercayaan sebesar 0,952 kali dibandingkan dengan yang tidak memiliki kepercayaan. Anggota kelompok tani yang memiliki kepercayaan yang relatif besar dalam kelompoknya, maka semakin terikat pula dengan pola aturan yang ada di dalam kelompoknya. Sehingga nilai-nilai kewirausahaan menjadi tidak berkembang. Anggota kelompok tani lebih bersandar dan menggantungkan permasalahan yang dihadapinya pada rekan atau teman dalam satu kelompoknya. Selain itu, jika melihat nilai signifikansi maka dibandingkan dengan pedagang kecil, anggota kelompok tani memiliki nilai signifikansi yang lebih besar. Hal ini dikarenakan anggota kelompok tani tidak bisa mempercayakan dan memilih siapa pun yang bergabung dengan mereka dalam melakukan kegiatan usaha. Berbeda halnya dengan pedagang kecil, para petani cenderung memiliki pemahaman tersendiri mengenai makna kepercayaan. Salah satu petani mengungkapkan: “..bapak mah sudah percaya dengan teman-teman yang ada di kelompok tani, kalau ada apa-apa ya kesana dulu...” “..kalau ada permasalahan kami biasanya meminta tolong ke tetangga dekat, biasanya mereka juga mereka orang-orang yang tergabung dalam kelompok tani...” Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa kepercayaan mereka hanya pada anggota kelompok tani dimana mereka tergabung, karena selain jarak rumah mereka yang berdekatan, secara psikis juga mereka memiliki rasa memiliki yang erat. Sebagian besar petani yang diwawancarai menyatakan bahwa untuk hal-hal tertentu seperti masalah pinjaman modal usaha, menyerahkan pekerjaan kepada orang lain, sampai meminjamkan uang kepada tetangga adalah hal yang sulit dilakukan, karena pertama hal yang berkaitan dengan uang, untuk kebutuhan sehari-hari saja mereka mengalami keterbatasan, apalagi sampai meminjamkan kepada tetangga dalam jumlah besar. Biasanya menurut mereka, ketika uang dipinjamkan, pihak yang meminjam seringkali terlambat membayar atau tidak menepati janji. Hal ini tidak mengherankan karena uang yang dimiliki pun tidak ada. Oleh karena itu, para petani kurang suka ketika bekerja sama dengan warga yang tidak termasuk ke kelompok tani dimana mereka tergabung. Sebagaimana yang diungkapkan oleh petani perempuan: “..di sini orangnya baik-baik neng, tapi kalau kita nya terlalu baik, nanti mereka bisa melunjak, saat kita sudah percaya dengan mereka, merekanya malah yang menyalahgunakan kepercayaan itu, kita kan disini sama-sama ga punya uang, itu juga karena kasian aja...” Selain dalam masalah keuangan, para petani yang cenderung hanya mempercayai anggota kelompoknya saja merupakan gambaran bahwa mereka kurang terbuka dengan pihak luar. Hal ini juga berkaitan dengan jejaring mereka yang hanya sebatas teman dalam satu kelompok atau teman dari anggota kelompok lain. Sifat mereka yang hanya mengandalkan urusan produksi pertanian dalam kelompoknya membuat para petani sudah cukup puas tanpa mereka harus mengembangkan jejaring, hal ini yang kemudian berimplikasi pada kurangnya kepercayaan mereka pada orang luar. Kepercayaan dalam anggota kelompok tani juga terjadi pada kegiatan pinjam meminjam uangmodal untuk kebutuhan usaha baik yang berasal dari dana PUAP maupun dana bantuan dari pemerintah yang disalurkan melalui kelompok tani. Kepercayaan meminjam uang dapat dilihat dari hasil wawancara berikut: Menurut penuturan Bu Norma,”..aku jadi bendahara gabungan kelompok tani ini sudah percaya saja sama temen-temen dilingkungan untuk pinjam uang ke gapoktan ini tanpa syarat yang ribet...” Pengurus dana pinjaman modal usaha percaya kepada anggotanya untuk meminjam uang untuk modal usaha. Bagi yang meminjam modal usaha, mereka tidak harus menyerahkan syarat atau jaminan. Karena warga disana rata-rata tidak memiliki harta benda yang dapat digunakan sebagai jaminan untuk meminjam modal usaha. Aspek kepercayaan dapat membentuk nilai kewirausahaan, dimana salah satunya adalah dalam jiwa kepemimpinan, kerja keras, berorientasi hasil dan kepercayaan diri seseorang. Ketika pedagang kecil dan anggota kelompok tani bekerjasama yang didasari oleh perasaan yakin dan percaya kepada orang lain dan bahwa orang lain juga akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung, maka nilai-nilai kewirausahaan akan terbangun. Dari kepercayaan tersebut diharapkan nilai-nilai kewirausahaan dapat berkembang. Sebagai contoh, dalam nilai kepercayaan terdapat unsur kepemimpinan dimana mudah bagi seseorang untuk mengatur orang lainkaryawan, sebaliknya orang lain pun akan mudah dan senang hati untuk mengikuti pengarahannya. Hal ini tidak mungkin terjadi ketika tidak adanya kepercayaan diantara masing-masing pihak. Apabila melihat perbedaan di antara pedagang kecil dan petani terlihat adanya selisih nilai pengaruh di antara keduanya. Ketika kepercayaan pada anggota kelompok tani berpengaruh pada signifikansi 0.122 pada taraf nyata 15 dalam pembentukan nilai kewirausahaan, maka di sisi lain pedagang kecil justru memiliki pengaruh pada signifikansi 0.047 pada taraf nyata 10 terhadap nilai kewirausahaan. Pada saat keduanya digabung untuk dianalisis maka kepercayaan tetap berpengaruh. P-value signifikansi memiliki nilai yang sama besar dengan pedagang kecil yang juga memiliki pengaruh. Keluaran data statistik menyajikan pengujian pengaruh kepercayaan terhadap nilai kewirausahaan. Koefisien regresi β yang diperoleh adalah sebesar 1.658 dengan nilai statistik Wald sebesar 3.942 dengan nilai-p sebesar 0.047 pada taraf nyata 15 diperoleh kesimpulan yang berarti bahwa peubah kepercayaan berpengaruh terhadap nilai kewirausahaan. Ketika kedua analisis pedagang kecil dan petani digabung maka kepercayaan menjadi berpengaruh. Para pedagang kecil memiliki kepercayaan yang berpengaruh dalam membentuk nilai kewirausahaan masyarakat. Munculnya nilai-nilai kewirausahaan seperti jiwa kepemimpinan yang termanifestasi dalam kemampuan seseorang dalam mengatur dan mengorganisir waktu dan orang lain serta orang-orang dilingkungan rumah yang senang meminta masukan kepada mereka merupakan sebuah bentuk implementasi kepercayaan dari modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Kepercayaan warga juga tidak hanya dalam melakukan transaksi usaha pada jenis usaha kecil, namun lebih dari itu. Kepercayaan muncul pula dalam keikutsertaan mereka untuk bergabung dalam kelompok tani, bagi petani yang tergabung dalam kelompok tani beranggapan bahwa dengan bergabung mereka akan mendapatkan pengetahuan maupun keterampilan tertentu dalam mengembangkan usahataninya dan menambah pendapatan mereka. Ketika petani berada dalam kelompok tani, mereka tidak harus kesulitan dalam memasarkan hasil pertanian karena ada kelembagaan kelompok tani yang mewadahi hasil pertanian mereka. Sehingga hal inilah yang menyebabkan mereka sangat menaruh kepercayaan hanya pada anggota kelompoknya, namun ketika mereka harus dihadapkan dengan kondisi berinteraksi dengan warga diluar kelompoknya kemudian muncul semacam pandangan bahwa orang luar kelompoknya sulit dipercaya. Selain itu mereka juga mengganggap dengan bergabung dalam kelompok tani, ketika ada permasalahan dalam pengembangan usaha pertanian, baik dari segi produksi, alat-alat pertanian, sampai pada pemasaran, dapat diselesaikan bersama atau dicari solusi bersama yang lebih efektif dan tepat. Kepercayaan ini membawa masyarakat kepada semangat kemanusiaan untuk berlaku jujur, saling menghormati, dan memperhatikan sesama serta melalui kepercayaan inilah orang-orang dapat bekerjama secara lebih efektif, oleh karena ada kesediaan diantara mereka untuk menempatkan kepentingan kelompok di atas kepentingan individu. 5.2.2.2 Aspek Norma Masyarakat Desa Cikarawang hidup berdampingan secara harmonis dan senantiasa bekerjasama dalam kegiatan tertentu. Keadaan tersebut bukan karena adanya semacam aturan yang sengaja dibuat untuk mengatur kehidupan bermasyarakat, namun hal tersebut merupakan kondisi yang mamang seharusnya demikian. Mereka memiliki pandangan hidup yang berbeda-beda. Sebagian besar responden memang menyebutkan bahwa mereka memiliki tujuan hidup yang berbeda. Namun sebagian lainnya mengungkapkan bahwa mereka sebenarnya memiliki tujuan hidup yang sama yaitu hidup sejahtera yang setidaknya mampu memenuhi kebutuhan dasar sampai menyekolahkan anak mereka. Responden yang berpendapat mereka itu memiliki tujuan yang berbeda, hal ini berkaitan dengan profesi yang dijalankan oleh masing-masing orang. Terkait dengan hal ini norma dalam pedagang kecil tidak berpengaruh kepada nilai kewirausahaan. Aturan tertulis maupun tidak tertulis dalam kehidupan sosial terutama dalam melakukan kegiatan usaha tidak berpengaruh dalam pengembangan nilai kewirausahaan. Seluruh data statistik menghasilkan kesimpulan dimana norma tidak memiliki pengaruh terhadap pengembangan nilai kewirausahaan. Norma-norma yang ada pada pedagang kecil tidak ada pengaruh terhadap nilai kewirausahaan yang diukur yang didalamnya berupa kreatifitas, percaya diri, kepemimpinan, orientasi ada kerja-ada hasil, pengambilan resiko, dan bekerja keras. Secara statistik keluaran berikut ini menyajikan pengujian pengaruh norma terhadap nilai kewirausahaan pada pedagang kecil berupa koefisien regresi β yang diperoleh adalah sebesar -0.049 dengan nilai statistik Wald sebesar 0.003 dengan nilai-p sebesar 0.958 pada taraf nyata 15 dan odds ratio sebesar 0,952 diperoleh kesimpulan yang berarti bahwa peubah norma tidak berpengaruh terhadap nilai kewirausahaan. Interpretasi dari rasio odds ini yaitu kecenderungan seseorang memiliki nilai kewirausahaan adalah memiliki norma sebesar 0,952 kali dibandingkan dengan yang tidak memiliki norma. Di sini responden memiliki tingkat kepatuhan yang baik di lingkungan Desa Cikarawang, oleh karena itu tidak ada keberpengaruhan terhadap nilai kewirausahaan. Jika ingin memiliki nilai kewirausahaan, seorang pengusaha yang ingin sukses akan meninggalkan norma atau kebiasaan yang berlaku dalam suatu masyarakat. Ia memiliki cara sendiri dalam menyelesaikan pekerjaannya. Nilai signifikansi lebih besar dari taraf nyatanya, sehingga norma menjadi tidak berpengaruh pada pengembangan nilai kewirausahaan. Ketidakberpengaruhan ini dapat dimengerti karena pada pedagang kecil yang ingin berhasil dalam pengembangan usahanya seringkali tidak memperdulikan aspek norma yang biasanya berlaku dalam kegiatan usaha. Faktor-faktor kunci keberhasilan dalam kegiatan usahaberdagang menurut pedagang adalah reputasi dan relasi. Kedua hal ini jauh lebih penting dibandingkan kepatuhan terhadap norma-norma yang ada dalam kegiatan usaha. Reputasi dan relasi merupakan dua komponen pokok dalam modal sosial. Reputasi terbangun melalui kepercayaan yang diberikan pihak lain kepada kita, sedangkan relasi merupakan wadah dimana interaksi dapat dijalankan. Interaksi bukan semata-mata hanya sebagai suatu pertukaran yang penuh perhitungan sebagaimana dalam kontrak bisnis, namun lebih kepada kombinasi antara sifat altruis jangka pendek bahkan jangka panjang. Suatu kebaikan dipercaya akan dibalas pada waktu yang tidak diduga atau dalam bentuk yang lain. Hal tersebut lah yang dimaksud dengan modal sosial secara teoritis, namun yang terjadi pada sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka akan mau bekerjasama dalam kegiatan usaha ketika jelas besarnya keuntungan yang diperoleh, bagaimana pembagian keuntungan, bahkan bagaimana caranya agar tidak ada yang dirugikan sedikitpun. Hal tersebut kemudian benar secara tindakan ekonomi namun menjadi kurang tepat ketika berjalan diatas modal sosial karena modal sosial tidak memperhitungkan keuntungan jangka panjang apalagi jangka pendek. Menurut penuturan salah satu responden menyatakan bahwa: “..ibu mau kerjasamanya sama orang desa ini aja neng, udah percaya. Tapi ya harus jelas juga neng keuntungan yang dibagi, siapa coba yang mau rugi...” “..kita punya aturan sebelum kerjasama, yaitu perjanjian hitam diatas putihnya itu neng, supaya nanti jangan ada yang salah paham...” Penggalan pernyataan diatas berarti menunjukkan bahwa mereka melakukan tindakan usaha diatas aturan yang bukan bersifat altruistik sesuai dengan makna modal sosial. Aspek norma kemudian tidak memberikan pengaruh terhadap pengembangan nilai kewirausahaan, seseorang yang sukses dan memiliki nilai-nilai kewirausahaan tertentu memiliki pandangan bahwa norma yang ada dalam masyarakat tidak seharusnya selalu diikuti. Karena ketika kita ingin sukses kita bahkan harus rela berubah dan bertindak diluar kebiasaan orang-orang. Hal inilah yang tidak dimiliki oleh responden dari pedagang kecil. mereka hanya patuh dan selalu berada dalam situasi yang mengharuskan mereka melakukan kegiatan usaha biasanya, padahal untuk menjadi wirausaha yang sukses terkadang kita harus bergeser dari aturan-aturan yang ada. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Suharto, salah satu pengusaha sukses dari Desa Cikarawang yang melakukan usaha miniatur pesawat terbang: “..kadangkala kita harus berani mengambil resiko, walaupun belum jelas apa yang akan terjadi kemudian, jangan mau bertahan pada satu usaha saja, karena bisa saja usaha itu tidak berhasil, terus kalau jatuh atau mengalami kebangkrutan jangan berhenti tapi bertahanlah, karena orang lain pasti akan membantu kita, oleh karena itu ketika kita berada diatas jangan segan untuk membantu orang lain...” Hal serupa juga diutarakan oleh salah satu pengusaha sukses dodol: “..saya bersedia jauh dari keluarga neng, apalagi kalau untuk urusan usaha...” Dari pernyataan diatas terlihat bahwa kesuksesan harus dimulai dari diri sendiri. Kepatuhan terhadap norma dan atau kesediaan jauh dari keluarga merupakan hal yang tidak biasa dilakukan oleh warga desa. Mereka cenderung tidak mau berpisah dengan keluarganya, dengan kata lain sebagian besar responden tidak memiliki keinginan dan daya untuk mendobrak kebiasaan warga disana bahwa tinggal harus selalu bersama-sama keluarga. Sehingga sebagian besar responden memiliki kepatuhan terhadap norma yang tidak berimplikasi pada nilai-nilai kewirausahaan. Tidak jauh berbeda dari pedagang kecil, aspek norma juga tidak memberikan pengaruh terhadap anggota kelompok tani. Hasil statistik untuk pengujian pengaruh norma terhadap nilai kewirausahaan didapat bahwa koefisien regresi β yang diperoleh adalah sebesar 0.141 dengan nilai statistik Wald sebesar 0.020 dengan nilai-p sebesar 0.889 pada taraf nyata 15 dan odds ratio sebesar 1.152 diperoleh kesimpulan yang berarti bahwa peubah norma juga tidak berpengaruh terhadap nilai kewirausahaan. Interpretasi dari rasio odds ini yaitu kecenderungan seseorang memiliki nilai kewirausahaan adalah memiliki norma sebesar 1,152 kali dibandingkan dengan yang tidak memiliki norma. Secara signifikansi tidak memiliki pengaruh, hal ini karena dalam keanggotaan kelompok pada dasarnya petani memiliki kepatuhan terhadap aturan yang berlaku di dalam kelompoknya, namun kepatuhannya itu tidak memberikan pengaruh terhadap nilai kewirausahaan. Mereka cenderung akan bertindak sesuai dengan apa yang dilakukan oleh kelompok atau sesuai dengan aturan yang telah dibuat bersama. Jadi, keberanian untuk mengambil resiko secara individual tidak terlihat dan ketergantungan mereka pada kelompok yang relatif besar akan membuat mereka menjadi tidak memiliki daya kreativitas dan inovasi yang tinggi sesuai dengan nilai-nilai kewirausahaan. Selain itu pula anggota kelompok tani lebih banyak meniru dari anggota lainnya. Sehingga aspek kepercayaan diri dalam diri anggota kelompok tani cenderung menjadi rendah. Keberadaan norma-norma aturan yang berlaku dalam kelompok tani mampu mengatur anggotanya secara efektif, dan bermanfaat dalam kehidupan sosial mereka, namun hal tersebut tidak memberikan efek atau pengaruh terhadap nilai-nilai kewirausahaan karena dalam interaksinya para petani lebih mengutamakan bagaimana berperilaku yang sesuai dengan apa yang ada di dalam norma yang telah mereka sepakati bersama. Interaksi yang muncul cenderung untuk meniru dan bertingkah laku sama seperti apa yang dilakukan oleh anggota lainnya, jadi keberanian untuk mengambil resiko, kepercayaan diri, serta kreativitas dan inovasi tidak berkembang dalam anggota kelompok tani. Norma yang berlaku dalam kelompoknya sudah dianggap sesuai dan mampu memberikan kontribusi dalam pemenuhan kebutuhan mereka, jadi anggota kelompok tani yang menjadi responden beranggapan bahwa mereka tidak perlu bersusah payah mengadakan perubahan untuk pengembangan usahanya. Salah satu responden mengutarakan “..saya sudah cukup puas neng sama apa yang didapat sekarang, apalagi bapak petani biasa, ngikutin apa kata ketuanya aja...” Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa anggota kelompok tani sangat peduli pada keberlangsungan kelompok dan pengurusnya, sehingga inilah yang membawa mereka pada minimnya nilai-nilai kewirausahaan yang seharusnya dimiliki oleh seorang pengusaha. Norma merupakan salah satu unsur dari modal sosial yang tidak memiliki keberpengaruhan terhadap nilai kewirausahaan, baik ketika analisis tersendiri untuk pedagang kecil dan anggota kelompok tani, bahkan ketika analisis dilakukan untuk melihat seluruh responden dimana dilakukan pengujian pengaruh norma terhadap nilai kewirausahaan maka koefisien regresi β yang diperoleh adalah sebesar -0.038 dengan nilai statistik Wald sebesar 0.003 dengan nilai-p sebesar 0.955 pada taraf nyata 15 diperoleh kesimpulan yang berarti bahwa peubah norma tidak berpengaruh terhadap nilai kewirausahaan. Kondisi ini dikarenakan beberapa alasan yang telah disebutkan sebelumnya dari masing-masing golongan pedagang kecil maupun anggota kelompok tani. Faktor-faktor kunci keberhasilan dalam kegiatan usahaberdagang menurut pedagang adalah reputasi dan relasi. Ketika ingin sukses dan ingin memiliki nilai kewirausahaan, pedagang seharusnya memiliki cara tersendiri yang khas kreatif. Aturan-aturan terkadang mampu menghambat majunya pengembangan usaha dan nilai-nilai kewirausahaan yang menyertainya. Sedangkan bagi anggota kelompok tani aspek norma tidak memiliki pengaruh disebabkan karena mereka memiliki keterikatan tertentu dengan norma atau aturan yang berlaku di dalam kelompoknya. Norma-norma tersebut mampu mengatur anggotanya secara efektif, yang kemudian mempengaruhi pola tindakan para petani terhadap pengembangan usahanya. Hal demikian terjadi karena kepatuhan terhadap norma kelompok tidak membuat mereka menjadi lebih kreatif, inovatif, berjiwa kepemimpinan, berani mengambil resiko, dan sebagainya. Jadi kepatuhan mereka terhadap norma yang ada di dalam kelompoknya tidak memiliki pengaruh terhadap pengembangan nilai-nilai kewirausahaan.

5.2.2.3 Aspek Jejaring

Kemampuan anggota masyarakat untuk selalu menyatukan diri dalam suatu pola hubungan yang sinergis, akan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kuat atau tidaknya modal sosial yang terbentukterbangun. Kemampuan tersebut adalah kemampuan untuk ikut berpartisipasi guna membangun sejumlah asosiasi berikut membangun jaringannya melalui berbagai variasi hubungan Pada penelitian ini, jejaring berkaitan dengan seberapa banyak rekan bisnis usaha yang dimiliki responden, kemudian banyak dan luasnya rekan bisnis tersebut terimplementasi dalam kemampuan menjaga hubungan baik dengan rekan bisnis usaha serta mampu dalam menjual produk yang dihasilkan secara luas, tidak hanya di lingkungan sekitar rumah bahkan sampai ke wilayah desa lain. Selain itu kerjasama yang dibangun untuk pengembangan usaha tidak hanya dilakukan dengan tetangga disekitar rumah, konteks jejaring menjadi semakin tinggi pengaruhnya ketika kerjasama yang dibangun berasal dari orang-orang di luar desa. Ketika melihat keberpengaruhan jejaring terhadap pembentukan nilai kewirausahaan, maka kedua aspek antara pedagang kecil dan anggota kelompok tani sama-sama tidak berpengaruh kepada pengembangan nilai kewirausahaan, namun pedagang kecil memiliki nilai yang relatif lebih besar dibandingkan dengan anggota kelompok tani. Keluaran data statistik menyajikan pengujian pengaruh jejaring terhadap nilai kewirausahaan pada pedagang kecil dimana koefisien regresi β yang diperoleh adalah sebesar 1.966 dengan nilai statistik Wald sebesar 2.297 dengan nilai-p sebesar 0.130 pada taraf nyata 15 dan odds ratio sebesar 0.140 diperoleh kesimpulan yang berarti bahwa peubah jejaring berpengaruh terhadap nilai kewirausahaan. Interpretasi dari rasio odds ini yaitu kecenderungan seseorang memiliki nilai kewirausahaan adalah memiliki jejaring sebesar 0,140 kali dibandingkan dengan yang tidak memiliki jejaring. Hal ini karena pedagang memiliki jaringan yang lebih luas ketika dibandingkan dengan anggota kelompok tani, kondisi seperti ini sangat memungkinkan karena pedagang memang lebih banyak berinteraksi dengan orang lain. Ketika mereka menghadapi pembeli konsumen sebenarnya dari situlah para pedagang mendapatkan informasi jaringan untuk kebutuhan pengembangan usaha misalnya untuk akses permodalan. Salah satu responden mengutarakan: “..ibu tau kalau ada pinjaman-pinjaman gitu biasanya dari tetangga juga...” “..bapak sama ibu biasanya menjajakan dodol, kue kering, dan makanan ini ke kampung-kampung, bahkan sampai ke desa lain...” Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa intensitas bertemunya pedagang dengan orang-orang baru lebih besar dan sangat mungkin bagi mereka terlibat dalam bisnis yang dimodali oleh tetangga-tetangga dan atau orang yang beru dikenalnya. Hal ini kemudian berkaitan dengan aspek kepercayaan yang berpengaruh dalam pengembangan nilai kewirausahaan pada pedagang kecil. Mereka lebih terbuka dan dinamis untuk pengembangan usahanya. Berbeda halnya dengan anggota kelompok tani yang nilai jejaring lebih kecil keberpengaruhannya. Selain karena keterikatan dalam kelompok yang besar, mekanisme pemasaran hasil produksi pertanian yang diserahkan kepada kelompok tani. pengujian pengaruh jejaring terhadap nilai kewirausahaan pada anggota kelompok tani,dimana koefisien regresi β yang diperoleh adalah sebesar 21.991 dengan nilai statistik Wald sebesar 0 dengan nilai-p sebesar 0.999 pada taraf nyata 15 dan odss ratio sebesar 0.101 diperoleh kesimpulan yang berarti bahwa peubah jejaring tidak berpengaruh terhadap nilai kewirausahaan. Interpretasi dari rasio odds ini yaitu kecenderungan seseorang memiliki nilai kewirausahaan adalah memiliki jejaring sebesar 0.101 kali dibandingkan dengan yang tidak memiliki jejaring. Ketidakberpengaruhan ini membuat kemungkinan untuk membangun jejaring dengan orang-orang baru menjadi kecil. Bagi anggota kelompok tani, sebagian besar komoditas pertanian yang utama seperti singkong, ubi, kacang tanah, dan cabai dikumpulkan kepada kelompok tani untuk dikordinir dan selanjutnya dijual pengumpul lain atau pasar. Biasanya untuk komoditas beras akan mereka gunakan sendiri tanpa harus dijual kemana-mana, kecuali ada tetangga yang membutuhkan beras tersebut. Kondisi seperti inilah yang tidak mengharuskan para petani terutama yang termasuk dalam kelompok tani untuk membuka jaringan dan mencari rekan bisnis untuk pengembangan usahanya. Penuturan salah seorang petani: “..saya sudah cukup puas dengan masuknya saya kekelompok tani, soalnya saya tidak perlu repot lagi untuk memasarkan komoditas saya. Mau disebut tengkulak, mau disebut apa, saya tidak peduli, yang penting komoditas saya sudah aman dalam kelompok itu...” Dari pernyataan salah satu petani itu dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk para petani tidak perlu bersusah-susah untuk mencari jaringan usaha, karena adanya kelompok tani. Hal ini pun tidak dapat dipungkiri karena memang kelompok tani di Desa cikarawang berjalan efektif. Salah satunya adalah dengan berhasilnya produk-produk olahan yang dibuat dari komoditas utama petaninya. Modal sosial berupa jaringan sekampung halaman telah membuka jalan untuk jaringan sosial yang ada dan bermanfaat dalam memperoleh bantuan atau pinjaman yang bersifat informal, ketika bantuan formal dari pemerintah sangat terbatas. Modal sosial yang mereka miliki telah menciptakan nilai ekonomi bagi diri mereka sendiri. Ketika kedua aspek pedagang kecil dan anggota kelompok tani dianalisis maka hasil yang didapat berdasarkan olahan data statistik menyajikan pengujian pengaruh jejaring terhadap nilai kewirausahaan. Koefisien regresi β yang diperoleh adalah sebesar 2.626 dengan nilai statistik Wald sebesar 5.389 dengan nilai-p sebesar 0.020 pada taraf nyata 15 diperoleh kesimpulan yang berarti bahwa peubah jejaring berpengaruh terhadap nilai kewirausahaan. Pedagang kecil dan anggota kelompok tani digabung untuk dianalisis menghasilkan konteks jejaring yang berpengaruh terhadap nilai kewirausahaan. Anggota kelompok tani memiliki pola interaksi yang khas dengan sesama anggotanya, oleh karena itu kepercayaan mereka dengan anggota lainnya ikut mempengaruhi jaringan usaha. Jaringan kekeluargaan menjadi dasar pembentukan hubungan modal sosial yang menciptakan kepercayaan dalam masyarakat. hal ini sesuai dengan penuturan salah seorang responden: “..Modal usaha itu semuanya berasal dari keluarga ibu sendiri karena warung ini hanya membutuhkan modal yang relatif kecil, dan yang paling penting adalah kerjasama dengan siapapun. Ketika kita mengalami kemunduran, kita memiliki rekanteman yang bersedia membantu dengan ikhlas...” Dalam hal ini aspek jejaring memberikan kontribusi dalam pengembangan nilai-nilai kewirausahaan seseorang baik pengaruhnya terhadap pembentukan kreatifitas sampai pada kemampuan seseorang dalam hal kepemimpinan. Gejala tersebut memberikan implikasi bahwa dengan adanya jejaring akan mudah bagi mereka mengajak seseorang untuk terlibat dalam pengembangan usahanya. Ketika kita tidak mampu bertahan dalam suatu kondisi yang memungkinkan kita untuk mempertahankan usaha, kemudian yang dapat dilakukan adalah meminta bantuan kepada tetangga rekan bisnis. Kemampuan membangun jejaring berguna untuk membuka kesempatan kepada siapa saja yang ingin terlibat dalam kegiatan usaha. Artinya, hubungan sosial jejaring yang dibangun walaupun hanya dengan keluarga dekat memberikan keuntungan besar, sebab ketika mereka tidak mampu lagi untuk bertahan bahkan ketika usahanya mengalami kemunduran, maka yang sangat mungkin untuk membantu adalah keluarga dan tetangga-tetangga yang ada dilingkungan sekitar mereka. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh salah seorang pengusaha sukses Desa Cikarawang: “..ketika usaha saya mengalami kemunduran, banyak keluarga saya yang menasehati bahwa usaha dodol yang saya kembangkan ini jangan ditutup. Mereka banyak membantu dalam hal permodalan supaya saya tetap melanjutkan usaha tersebut. Mereka tidak pernah meminta perhitungan kepada saya, yang penting usaha saya dapat kembali normal...” Pernyataan ini juga dikuatkan oleh Ibu pengusaha yang juga menjalankan usaha dodol dan kue kering: “..Alhamdulillah, sekarang saya sudah banyak pelanggan. Kadang saya hanya menunggu pesanan lewat telepon. Nanti suami atau saya yang akan mengantarkan pesanan itu, bahkan seringkali pemesan sendiri yang mengambilnya kesini...” Jejaring tidak mudah dibangun tanpa rasa kepercayaan diantara orang-per orang. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh salah seorang responden: “..Saya memulai usaha ini dengan dagang keliling, dan memang saya lebih memilih dagang keliling. Soalnya kita bisa ketemu orang- orang baru yang bisa saja mereka itu nanti yang mempromosikan produk saya ke teman-temannya yang lain, ya taunya karena dari mulut ke mulut itu lah dagangan saya bisa meluas...” Jejaring yang terbentuk antara seseorang dengan yang lainnya baik dalam konteks pedagang maupun anggota kelompok tani menunjukkan bahwa jejaring sebenarnya lantas dibutuhkan dalam pengembangan nilai kewirausahaan.

5.3 Faktor Kapasitas Individu dalam Kewirausahaan