42
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lembaga
4.1.1 Sejarah Badan Pemeriksa Keuangan
Sejarah terbentuknya BPK diawali dengan UUD 1945 pasal 23 ayat 5 yang menetapkan bahwa untuk memeriksa tanggung jawab
tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Memenuhi
amanat konstitusi tersebut, BPK dibentuk pada tanggal 1 Januari 1947, dengan kedudukan sementara di kota Magelang. Selanjutnya,
berdasarkan Penetapan Pemerintah No.61948 tanggal 6 Nopember 1948, tempat kedudukan BPK dipindahkan ke Yogyakarta.
Seiring dengan perkembangan sistem politik dan ketatanegaraan di Indonesia, BPK juga mengalami beberapa perubahan, baik dalam
hal administrasi maupun sistem legislasi. Dalam era reformasi saat ini, BPK telah mendapatkan dukungan konstitusional yang sangat kuat
sebagai lembaga pemeriksa eksternal di bidang Keuangan Negara, yaitu dengan dikeluarkannya TAP MPR No.VIMPR2002 yang antara
lain menegaskan kembali kedudukan BPK sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara.
Kedudukan, peran, dan fungsi BPK diperkuat juga dengan amandemen ketiga UUD 1945, bab VIII A, pasal 23E, 23F, dan 23G
yang menyatakan sebagai berikut: Pasal 23 E
Ayat 1: Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan
yang bebas dan mandiri. Ayat 2: Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan
kewenangannya.
Ayat 3: Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan danatau badan sesuai dengan undang-undang.
Pasal 23 F Ayat 1: Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden.
Ayat 2: Pimpinan Badan Perneriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota.
Pasal 23G Ayat 1: Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota
negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi. Ayat 2: Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeniksa
Keuangan diatur dengan undang-undang.
4.1.2 Visi, Misi dan Tujuan Strategis
Visi BPK RI yaitu menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang bebas, mandiri dan profesional serta berperan aktif dalam
mewujudkan tata kelola keuangan negara yang akuntabel dan transparan. Misi dari BPK yaitu memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara dalam rangka mendorong terwujudnya akuntabilitas dan transparansi keuangan negara, serta
berperan aktif dalam mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan transparan.
Badan pemeriksa Keuangan yang bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara memiliki beberapa
tujuan strategis antara lain: 1.
Mewujudkan BPK sebagai lembaga pemeriksa keuangan negara yang independen dan profesional.
BPK mengedepankan nilai-nilai independensi dan profesionalisme dalam semua aspek tugasnya menuju
terwujudnya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan negara.
2. Memenuhi semua kebutuhan dan harapan pemilik kepentingan.
BPK bertujuan memenuhi kebutuhan dan harapan pemilik kepentingan, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat DPR, Dewan
Perwakilan Daerah DPD, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD dan masyarakat pada umumnya dengan menyediakan
informasi yang akurat dan tepat waktu kepada pemilik kepentingan atas penggunaan, pengelolaan, keefektifan dan
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara. 3.
Mewujudkan BPK sebagai pusat regulator di bidang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
BPK bertujuan menjadi pusat pengaturan di bidang pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang
berkekuatan hukum mengikat, yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas, wewenang dan fungsi BPK sebagaimana
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. 4.
Mendorong terwujudnya tata kelola yang baik atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
BPK bertujuan untuk mendorong peningkatan pengelolaan keuangan negara dengan menetakan standar yang efektif,
mengidentifikasi penyimpangan, meningkatkan sistem pengendalian intern, menyampaikan temuan dan rekomendasi
kepada pemilik kepentingan dan menilai efektivitas tindak lanjut hasil pemeriksaan.
4.1.3 Kedudukan dan Organisasi Pelaksanaan BPK RI
BPK RI menurut UU nomor 15 tahun 2006, pasal 3 adalah BPK adalah 1 BPK berkedudukan di Ibukota Negara; 2 BPK memiliki
perwakilan di setiap provinsi; 3 pembentukan perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 ditetapkan dengan keputusan
BPK dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan negara. BPK RI menurut UUD 1945, Pasal 23 G, ayat 1 berkedudukan di ibu kota
negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.
Organisasi pelaksanaan BPK RI ditetapkan dalam Surat Keputusan Ketua BPK RI Nomor 23SI-VIII.362006 Tanggal 07
Juni 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksanaan Badan Pemeriksa Keuangan. Organisasi Pelaksanaan BPK RI terdiri atas
Sekretariat Jendral, Inspektorat Utama Perencanaan Analisa, Evaluasi dan Pelaporan Irutama Renalev, Inspektorat Utama Pengawasan
Intern dan Khusus Irutama Wasinsus, Auditama Keuangan Negara I s.d VII dan Perwakilan BPK Daerah. Kantor perwakilan yang
ditetapkan untuk dibentuk sesuai dengan SK tersebut berjumlah 33. 4.2.
Karakteristik Responden
Bagian ini akan memberikan gambaran umum mengenai responden dalam penelitian ini yaitu pegawai Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia yang berlokasi di Jakarta dengan jabatan Auditor. Jabatan sebagai auditor BPK merupakan suatu jabatan fungsional. Jabatan Fungsional
Pemeriksa adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang diduduki oleh Pemeriksa Negeri Sipil PNS di lingkungan BPK.
Karakterisitik yang dimiliki oleh auditor BPK mampu mempengaruhi hasil dari persepsi kompetensi dan kinerja mereka masing-masing, namun
pada penelitian ini, hanya dibatasi dalam mengetahui hubungan antara karakteristik auditor BPK dengan hasil dari kompetensi dan kinerja yang
telah mereka hasilkan. Total keseluruhan pegawai yang diteliti adalah sebanyak 90 pegawai. Jumlah tersebut merupakan jumlah total pegawai
yang diberikan kuesioner untuk penelitian sebagai perwakilan dari popuplasi auditor yang ada di BPK pusat. Dalam penelitian ini, karakteristik
responden yang akan dianalisa secara deskriptif meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, lama pengalaman kerja di bidang audit
sampai saat ini, jenjang jabatan dan keluarga jabatan pemeriksa.
Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Orang
≤25 10 11
26 – 30 33
36,7 31 – 35
35 38,9
35 12 13,3
Total 90 100
Berdasarkan Tabel 8 di atas, dapat disimpulkan bahwa usia responden dengan usia di bawah 25 tahun sebanyak 10 orang atau sebesar 11 persen,
usia 25 – 30 sebanyak 33 atau sebesar 36,7 persen, usia 30 – 35 sebanyak 35 atau sebesar 38,9 persen dan usia di atas 35 tahun sebanyak 12 orang
atau sebesar 13,3 persen. Simpulan dari data karakteristik berdasarkan usia auditor BPK, sebagian besar adalah berusia 30 – 35 tahun. Hal tersebut
dikarenakan dalam melakukan tugas audit, harus memiliki pengalaman audit yang tinggi dan hasil yang baik yang biasanya diposisikan sebagai ketua tim
dalam melaksanakan audit suatu entitas tertentu. Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin seperti yang dapat dilihat
dalam Tabel 9. Berdasarkan Tabel 9, dapat disimpulkan bahwa responden dengan jenis kelamin laki – laki sebanyak 62 orang atau sebesar 68,9 persen
dan perempuan sebanyak 28 atau sebesar 31,1 persen. Tabel perhitungan mengenai jumlah responden sesuai dengan jenis kelamin dapat dilihat pada
Lampiran 4. Jumlah auditor laki–laki lebih banyak dibandingkan dengan auditor perempuan, hal tersebut dikarenakan mobilitas tinggi yang
diperlukan oleh seorang anggota auditor dalam melakukan tugas audit. Tugas audit tersebut sering kali membutuhkan waktu berhari-hari yang
dilakukan menyebar di seluruh Indonesia, sehingga lebih diperlukan laki– laki untuk dapat melakukan tugas–tugas jauh dalam waktu yang relatif lama.
Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Formal
Pendidian Formal Jumlah orang
Pendidikan PraSarjana setingkat D3 Pendidikan Sarjana S1
52 57,8
Diploma IV 8
8,9 Pendidikan S2
30 33,3
Pendidikan doktor S3
Total 90 100
Data dari Tabel 10 menyajikan informasi mengenai pendidikan formal yang dimiliki auditor BPK. Dapat dilihat bahwa responden dengan
pendidikan prasarjana setingkat D3 tidak ada, pendidikan sarjana S1 sebanyak 52 orang atau sebesar 57,8 persen, Diploma IV sebanyak 8 orang
atau 8,9 persen, Pendidikan S2 sebanyak 30 orang atau sebesar 33,3 persen dan pendidikan doktor S3 tidak ada. Tabel perhitungan mengenai jumlah
responden sesuai dengan pendidikan dapat dilihat pada Lampiran 4 Dapat disimpulkan bahwa auditor BPK yang memiliki pendidikan sarjana S1
pada posisi auditor, memiliki jumlah terbanyak.
Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Pengalaman Kerja Di Bidang Audit
Lama pengalaman kerja di bidang audit tahun
Jumlah Orang
5 32 35,6
5 – 10 44
48,9 10 14
15,5
Total 90 100
Berdasarkan Tabel 10 di atas, jumlah responden dengan lama pengalaman kerja di bidang audit kurang dari 5 tahun sebanyak 32 orang
atau sebesar 35,6 persen, pengalaman kerja di bidang audit antara 5 sampai 10 tahun sebanyak 44 orang atau 48,9 persen dan pengalaman kerja di
bidang audit lebih dari 10 tahun sebanyak 14 orang atau sebesar 15,5 persen. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar auditor
BPK memiliki lama pengalaman kerja di bidang audit berada di antara 5 – 10 tahun.
Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Jabatan BPK
Jenjang Jabatan BPK Jumlah orang
Auditor Ahli Pratama 69
76,7 Auditor Ahli Muda
16 17,8
Auditor Ahli Madya 3
3,3 Auditor Ahli Utama
Auditor Terampil Pratama 1
1,1 Auditor Terampil Muda
1 1,1
Auditor Terampil Pemula
Total 90 100
Berdasarkan Tabel 11 di atas, dapat diketahui bahwa responden dengan jenjang jabatan sebagai auditor ahli pratama sebanyak 69 orang atau
sebesar 76,7 persen, auditor ahli muda sebanyak 16 orang atau sebesar17,8 persen, auditor ahli madya sebanyak 3 orang atau sebesar 3,3 persen, auditor
terampil pratama dan auditor terampil muda masing-masing sebanyak 1 orang atau sebesar 1,1 persen dan untuk jenjang jabatan auditor ahli utama
dengan auditor terampil pemula tidak ada. Data yang telah didapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar auditor BPK memiliki jenjang
jabatan sebagai auditor ahli pratama.
Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Keluarga Jabatan Pemeriksa
Keluarga Jabatan Pemeriksa Jumlah orang
Pemeriksa Fungsional
Anggota Tim Yunior 76
84,4 Anggota Tim Senior
14 15,6
Ketua Tim Yunior Ketua Tim Senior
Pengendali Teknis Pengendali Mutu
Pemeriksa Struktural
Kepala Seksi Kepala Sub Auditorat
Kepala Auditorat
Total 90 100
Berdasarkan Tabel 12, didapat bahwa responden yang berada di keluarga jabatan pemeriksa fungsional sebagai anggotan tim yunior
sebanyak 76 orang atau sebesar 84,4 persen, anggota tim senior sebanyak 14 orang atau 15,6 persen, ketua tim yunior, ketua tim senior, pengendali teknis
dan pengendali mutu tidak ada. Keluarga jabatan pemeriksa struktural sebagai kepala seksi, kepala sub auditorat dan kepala auditorat tidak ada.
Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar auditor BPK berada pada keluarga pemeriksa fungsional sebagai anggota tim yunior.
4.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas