2.2.3 Sumberdaya Ikan Teri
Menurut Hutomo, Burhanuddin, A Djamali dan S Martosewojo 1987 ikan teri adalah semua jenis dari marga Stolephorus dari anak suku Engraulinae,
anggota suku Engraulidae. Pada umumnya berukuran kecil sekitar 6-9 cm, yang berukuran relatif besar bisa mencapai 17, cm
Ikan teri,
Stelophorus, bersifat pelagik, menghuni perairan pesisir dan estuaria, tetapi beberapa jenis dapat hidup pada salinitas rendah antara 10-15 .
Umumnya hidup dalam gerombolan, terutam jenis-jenis yang berukuran kecil, yang terdiri atas ratusan sampai ribuan ekor. Jenis-jenis yang besar seperti
Stolephorus indicus dan Stolephorus commersoni lebih bersifat soleter, sehingga tertangkap hanya dalam jumlah kecil Hardenberg 1934 diacu dalam Hutomo et
al. 1987. Laevastu T dan MI Hayes 1981 mengatakan bahwa ikan-ikan teri selama
siang hari membentuk gerombolan di dasar perairan dan bermigrasi menuju permukaan pada malam hari, dimana ketebalan gerombolan ini mencapai 6-15 m.
Kedalaman renang dari gerombolan teri bervariasi selama siang haridan bermigrasi kedaerah yang dangkal permukaan pada pagi dan sore hari.
2.3 Estimasi Stok Ikan
Menurut Aziz KA 1989, suatu unit stok adalah sebuah kelompok yang berdiri sendiri, tanpa campur dari luar dan mempunyai karakteristik biologi dan
dampak penangkapan seragam. Stok juga bisa didefenisikan sebagai masalah operasional, yaitu suatu sub kelompok dalam suatu spesies dapat diperlakukan
sebagai stok jika perbedaan-perbedaan dalam kelompok tersebut dan pencampuran dengan kelompok lain dapat diabaikan tanpa membuat kesimpulan
yang tidak absah Gulland JA 1983 diacu dalam Sparre P and SC Venema 1999. Menurut Endroyono 2002, untuk menduga stok ikan di daerah tropis
diperlukan pengetahuan tentang karakteristik dari ikan tersebut. Karekteristik tersebut meliputi keragaman spesies yang relatif banyak, sedangkan gerombolan
dari tiap spesies tersebut relatif kecil dibandingkan dengan daerah tropis. Selain itu ikan tropis biasanya memijah dua kali dalam setahun.
Stok ikan pada suatu perairan dapat juga diduga dengan menggunakan dua metode, yaitu metode analitik dan metode holistic. Metode analitik digunakan
untuk mengkaji stok ikan berdasarkan data hasil tangkapan dan upaya , dengan melihat frekuensi panjang atau umur ikan. Metode holistik digunakan untuk
mengkaji stok ikan berdasarkan data hasil tangkapan dan upaya tanpa ada data komposisi ukuran Sparre P dan SC Venema 1998.
Sparre P dan SC Venema 1998, menyatakan bahwa model yang sering digunakan untuk mengkaji stok ikan adalah model produksi surplussurplus
produksi, yaitu suatu model untuk mengkaji stok ikan berdasarkan data produksi dan upaya. Dengan metode akan diketahui tingkat upaya optimal, suatu upaya
yang dapat menghasilkan produksi hasil tangkapan yang lestari tanpa mempengaruhi produktifitas stok ikan dalam jangka panjang, atau yang dikenal
dengan hasil tangkapan maksimum lestari Maximum Sustainable YieldMSY.
2.4 Pengelolan Sumberdaya Ikan
Pengelolaan sumberdaya perikanan merupakan suatu upaya untuk mengantisipasi terjadinya masalah-masalah yang ditimbulkan oleh penerapan
kebijakan open access terhadap permasalahan ekologi dan sosial ekonomi di wilayah pesisir dan laut. Upaya ini muncul sebagai respon terhadap masalah-
masalah yang terjadi dari praktek open access, berupa kerusakan sumberdaya hayati laut maupun konflik antar nelayan di wilayah perairan Satria A 2001.
Berdasarkan Undang-Undang No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan pasal 1 ayat 7, pengelolaan perikanan didefinisikan sebagai semua upaya termasuk
proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan, implementasi, serta
penegakkan hukum dari peraturan perundangan di bidang perikanan yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai
kelangsungan produktifitas sumberdaya ikan dan tujuan yang telah disepakati. Selanjutnya pada pasal 2 Undang-Undang No.31 tahun 2004 tentang Perikanan
disebutkan bahwa pengelolaan perikanan dilakukan berdasarkan asas manfaat, keadilan, kemitraan, pemerataan, keterpaduan, keterbukaan, efisiensi, dan
kelestarian yang berkelanjutan.
FAO 1995 mengemukakan bahwa berdasarkan status pemanfaatan, sumberdaya perikanan dibagi menjadi 6 enam kelompok yaitu :
1 Unexploited Stok sumberdaya ikan belum tereksploitasi belum terjamah, sehingga
aktifitas penangkapan ikan sangat dianjurkan guna memperoleh manfaat dari produksi.
2 Lightly exploited Sumberdaya ikan baru tereksploitasi dalam jumlah sedikit 25 dari MSY.
Peningkatan jumlah upaya penangkapan sangat dianjurkan karena tidak mengganggu kelestarian sumberdaya, dan hasil tangkapan per unit upaya
CPUE masih bisa meningkat. 3 Moderately exploited
Stok sumberdaya sudah tereksploitasi setengah dari MSY. Peningkatan jumlah upaya penangkapan masih dianjurkan tanpa mengganggu kelestarian
sumberdaya. CPUE mungkin mulai menurun. 4 Fully exploited
Stok sumberdaya sudah tereksploitasi mendekati nilai MSY. Peningkatan jumlah upaya penangkapan sangat tidak dianjurkan walaupin jumlah
tangkapan masih bisa meningkat karena akan mengganggu kelestarian sumberdaya ikan. CPUE pasti menurun.
5 Over exploited Stok sumberdaya sudah menurun karena tereksploitasi melebihi MSY. Upaya
penangkapan harus diturunkan karena kelestarian sumberdaya ikan sudah terganggu.
6 Depleted Stok sumberdaya ikan dari tahun ke tahun mengalami penurunan secara
drastis. Upaya penangkapan sangat dianjurkan untuk dihentikan karena kelestarian sumberdaya sudah sangat terancam.
2.5 Pengelolaan Perikanan yang Berkelanjutan