I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi Kalimantan Timur yang secara geografis berada pada 113º44’ Bujur Timur dan 119º00’ Bujur Barat serta diantara 4º24’ Lintang Utara dan 2º25’ Lintang
Selatan merupakan salah satu pintu gerbang pembangunan Indonesia Timur. Daerah ini memiliki luas wilayah 239.135,09 km² dengan luas daratan 198.441,17 km
2
dan luas pengelolaan laut 40.693,92 km
2
, serta panjang pantai 1.567 km BAPPEDA dan BPS Kaltim 2006.
Provinsi Kalimantan Timur merupakan daerah terluas ke dua di Indonesia setelah Provinsi Papua yang memiliki potensi perikanan sangat besar, bahkan jika
dikelola dengan baik bisa menjadi sumber baru bagi pertumbuhan ekonomi selain dari hasil sumberdaya kayu dan tambang. Potensi sumberdaya perikanan di Provinsi
Kalimantan Timur diperkirakan mencapai 150.000 ton per tahun. Satu diantara wilayah di Provinsi Kalimantan Timur yang memiliki sumberdaya perikanan yang
cukup besar adalah Kota Balikpapan. Pada tahun 2006 produksi perikanan laut di Kota Balikpapan mencapai 12.969,7 ton atau 17 dari total produksi perikanan di
Provinsi Kalimantan Timur DKP Provinsi Kalimantan Timur 2006. Pemanfaatan sumberdaya ikan di Perairan Balikpapan sudah berlangsung
sejak lama. Pemanfaatan ini dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Kota Balikpapan. Pada tahun 2004-2005
persentase pertumbuhan jumlah penduduk Kota Balikpapan merupakan persentase pertumbuhan penduduk tertinggi di Provinsi Kalimantan Timur, yaitu sebesar 8,99 ,
sementara kabupatenkota lainnya pertumbuhannya hanya berkisar 1,08 – 5,57 BAPPEDA dan BPS Kalimantan Timur 2006. Situasi ini kemudian berdampak
kepada meningkatnya permintaan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani yang berasal dari ikan.
Meningkatnya eksploitasi sumberdaya ikan sebagai akibat meningkatnya permintaan terhadap sumberdaya tersebut sudah barang tentu berdampak pada
semakin tingginya tekanan terhadap keberadaan sumberdaya ikan di Perairan
Balikpapan. Ditambah lagi dengan sifat pemanfaatan sumberdaya laut yang secara umum bersifat open access dan common property yang berarti pemanfaatannya
terbuka untuk siapa saja dan kepemilikannya bersifat umum, menjadikan pemanfaatan sumberdaya ini cenderung bebas tanpa ada batasan selama masih ada
manfaatkeuntungan yang diperoleh. Kondisi tersebut di atas jika tidak segera dikendalikan manage dengan baik,
cepat atau lambat dikhawatirkan akan mengancam kelestarian sumberdaya ikan. Acaman terhadap kelestarian ikan bukan tidak mungkin terjadi di Perairan
Balikpapan. Pada tahun 1990 di Perairan Barat Daya Atlantik telah terjadi penurunan yang sangat drastis dari stok ikan cod, yang mengakibatkan lebih dari 40.000 nelayan
kehilangan pekerjaannya di beberapa provinsi di Atlantik Canada. Lebih lanjut menurut FAO diacu dalam Fauzi A 2005, diperkirakan bahwa 47 sumberdaya
perkanan dunia telah mengalami full exploited, 19 dinyatakan overexplotie, 9 diantaranya sudah depleted terkuras. Dengan demikian 75 sumberdaya ikan sudah
mengalami kritis. Selama tahun 1996-2006, armada penangkapan ikan di Perairan Balikpapan
mengalami pertumbuhan rata-rata yang cukup signifikan setiap tahunnya yaitu sebesar 17,41. Pertumbuhan aramada penangkapan ini diikuti oleh pertumbuhan
produksi perikanan yang relatif kecil setiap tahunnya, yaitu hanya sebesar 0,98. Kecilnya tingkat pertumbuhan produksi perikanan ini merupakan indikasi bahwa
sumberdaya ikan di Perairan Balikpapan telah mengalami overfishing. Pemerintah Kota Balikpapan harus melakukan evaluasi dari data dan pada beberapa kasus yang
terjadi dari aktivitas pemanfaatan sumberdaya perikanan. Overfishing, baik secara biologi biological overfishing mau pun secara ekonomi economical overfishing
dan dampak-dampak negatif lainnya, merupakan akibat dari pemanfaatan sumberdaya perikanan yang tidak dikelola dengan baik dan benar.
Untuk mengantisipasi dan mencegah dampak negatif dari aktivitas pemanfaatan sumberdaya ikan, pemerintah dalam hal ini telah mengeluarkan
kebijakan pengelolaan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan pasal 3 dan pasal 6 ayat 1. Pada pasal ini dikatakan bahwa
pemanfaatan sumberdaya perikanan haruslah tetap memperhatikan dan menjamin kelestariannya, atau dengan kata lain pengelolaan sumberdaya ikan haruslah
memberikan manfaat ekonomi yang optimal dengan tetap memperhatikan faktor biologi sumberdaya ikan.
Seiring dengan hal itu, maka penelitian dengan kajian bioekonomi pemanfaatan optimal sumberdaya perikanan di Perairan Balikpapan sangat diperlukan, yaitu suatu
kajian yang memadukan dinamika biologi perikanan dan faktor ekonomi perikanan tangkap. Kajian bioekonomi akan memberikan informasi yang dibutuhkan untuk
mengontrol tingkat eksploitasi agar tidak berlebih sekaligus mendorong melakukan upaya pemanfaatan dengan keuntungan yang optimal yang bisa dilakukan secara
terus menerus.
1.2 Perumusan Masalah