Gambar 4 Hubungan Discount Rate dengan Keseimbangan Stok dalam Kondisi Dinamik Fauzi A 2004
2.7 Kebijakan Perikanan dan Kelautan
Menurut Parson W 2001, kebijakan adalah seperangkat aksi atau rencana yang mengandung tujuan politik, dan merupakan manivestasi dari penilaian yang
penuh pertimbangan. Menurut Simatupang P 2001, kebijakan pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu kebijakan privat dan kebijakan publik. Kebijakan privat
adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga swasta dan tidak bersifat memaksa kepada orang atau lembaga lain. Kebijakan publik adalah
tindakan kolektif yang diwujudkan melalui kewenangan pemerintah yang legitimate untuk mendorong, menghambat, melarang atau mengatur tindakan
privat individu mau pun lembaga swasta. Hogwood dan Gunn 1986 diacu dalam Suyasa IN 2007 menambahkan
bahwa, ciri-ciri kebijakan publik yaitu : 1 Dibuat atau diproses oleh lembaga pemerintah atau berdasarkan prosedur yang
ditetapkan pemerintah. 2 Bersifat memaksa, berpengaruh terhadap tindakan privat masyarakat luas
atau publik Fx
•
x x
F Slope
∂ ∂
=
x
δ
= Slope
Fx
Dari uraian di atas, maka kebijakan pembangunan perikanan dapat dikelompokkan ke dalam kebijakan publik, yaitu suatu keputusan dan tindakan
pemerintah untuk mengarahkan, mendorong, mengendalikan dan mengatur pembangunan perikanan, guna mewujudkan pembangunan nasional.
Perumusan kebijakan perikanan dan kelautan menurut Kusumastanto T 2002 meliputi tiga tingkatan, yaitu tingkatan politis kebijakan yang terdiri atas
lembaga eksekutif dan lembaga legislatif; tingkatan organisasi institusi, aturan main yang terdiri atas lembaga departemen dan non departemen yang memiliki
tugas dan fungsi yang memiliki keterkaitan koordinatif dan saling mendukung; dan tingkatan implementasi evaluasi, umpan balik yang terdiri atas unsur
nelayan, petani, pengusaha dan sebagainya yang berperan dalam implementasi kebijakan pemerintah dalam bidang perikanan dan kelautan
Pada sidang negara-negara FAO di Roma, Italia tahun 1995, telah ditetapkan Code of Conduct for Responsible Fisheries CCRF sebagai petunjuk
umum dalam melaksanakan perikanan yang bertanggung jawab. FAO 1995 menyatakan beberapa hal penting yang berkaitan dengan pengelolaan perikanan
yang bertanggung jawab tersebut, yaitu : 1 Negara dan pengguna sumberdaya perikanan harus menjaga ekosistem
perairan, dan hak menangkap ikan harus disertai dengan kewajiban menangkap ikan dengan cara yang bertanggung jawab.
2 Negara harus mencegah terjadinya tangkap lebih overfishing dan menjaga agar penangkapan sesuai dengan daya lingkungan carrying capacity.
3 Pengelolaan perikanan harus menjamin tersedianya perikanan untuk generasi sekarang dan yang akan datang.
4 Pelaksanaan pengelolaan perikanan harus dilakukan dengan pendekatan kehati-hatian.
5 Kebijakan pengelolaan perikanan harus didasarkan pada adanya bukti ilmiah terbaik yang tersedia.
6 Perlunya dilakukan perlindungan dan upaya rehabilitasi terhadap habitat perikanan yang kritis.
7 Negara harus menjamin pengelolaan perikanan yang transparan, mendorong adanya konsultasi dan partisipasi dari para pengguna sumberdaya ikan.
8 Negara harus menjamin terlaksananya pengawasan dan kepatuhan dalam pelaksanaan pengelolaan.
III KERANGKA PENDEKATAN STUDI
Kegiatan penangkapan sumberdaya ikan yang semakin meningkat di Perairan Balikpapan telah memberikan tekanan yang hebat terhadap keberadaan
sumberdaya ikan. Peningkatan ini membuat para nelayan saling berlomba untuk mendapatkan manfaat ekonomi yang sesuai dengan harapannya. Kondisi ini
akhirnya menimbulkan persaingan dengan tujuan jangka pendek yang mengarah pada eksploitasi sumberdaya ikan secara berlebihan.
Untuk menghindari dan mencegah terjadinya eksploitasi sumberdaya ikan yang tak terkendali, perlu kiranya dibuat sebuah kebijakan yang mengarah pada
pemanfaatan sumberdaya ikan secara bertanggung jawab, sehingga diperoleh manfaat ekonomi yang optimal dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya
ikan. Untuk itulah diperlukannya kajian bioekonomi sumberdaya ikan, yaitu suatu kajian yang memadukan dinamika biologi perikanan dan faktor ekonomi
perikanan tangkap. Kajian bioekonomi akan memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mengontrol tingkat eksploitasi agar tidak berlebih sekaligus
mendorong melakukan upaya pemanfaatan dengan keuntungan yang optimal yang bisa dilakukan secara terus menerus.
Kajian bioekonomi pada penelitian ini diawali dengan observasi lapang, melihat secara langsung kondisi perikanan di Perairan Balikpapan. Setelah itu,
melakukan identifikasi terhadap data sekunder dan informasi lainnya yang mendukung dari tahun 1995-2006. Data sekunder ini meliputi, data rumah tangga
nelayan, armada, alat tangkap, produksi dan upaya penangkapan. Proses selanjutnya adalah melakukan tabulasi data, dilanjutkan dengan
melakukan analisis data dengan menggunakan model estimasi parameter Clark, Yoshimoto and Pooley CYP. Dari estimasi ini diperoleh data parameter biologi
berupa carrying capacity K, coefficient of catchability q dan instrinsic growth rate r dari sumberdaya ikan. Kemudian mengolah data primer untuk
mendapatkan parameter ekonomi yang meliputi data harga output p, biaya input c, discount rate
δ Berikutnya melakukan analisis bioekonomi, dengan cara melakukan
perhitungan terhadap data parameter biologi dan ekonomi untuk mendapatkan
tingkat degradasi dan depresiasi serta pengelolaan optimal sumberdaya ikan. Hasil analisis bioekonomi ini kemudian menjadi bahan pembahasan untuk
menghasilkan kebijakan yang tepat bagi pengelolaan sumberdaya ikan di Perairan Balikpapan. Pendekatan studi pada penelitian ini dapat juga dijelaskan
sebagaimana terlihat pada Gambar 5
Gambar 5 Diagram Alir Kerangka Pendekatan Studi
Observasi Lapang
Data Primer Data Sekunder
Parameter Ekonomi :
δ ,
, c p
Parameter Biologi :
K q
r ,
,
Analasis Data
MAPLE dan
Excel
Pemanfaatan Optimal Sumberdaya Perikanan
Pelagis dan Demersal
Alternatif Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Pelagis dan
Demersal
IV METODOLOGI
4.1 Waktu dan Tempat