5.8.3 Estimasi Tingkat Discount Rate
Dengan mengacu pada pembahasan sebelumnya mengenai tingkat discount rate, yaitu pada persamaan 4.10 sampai dengan 4.15 diperoleh nilai
laju pertumbuhan ekonomi PDRB Kota Balikpapan sebesar 0,121812 atau g =
12,18 dan nilai nominal discount rate saat ini sebesar 15, sehingga dengan
menggunakan pendekatan Kula 1984 diacu dalam Anna S 2003 diperoleh nilai riil
discount rate sebesar 2,82. Nilai riil discount rate ini kemudian dijustifikasi untuk mendapatkan nilai riil
discount rate dalam bentuk annual continues discount rate dengan menggunakan persamaan
1 ln
r +
= δ
, sehingga diperoleh nilai
annual continues discount rate sebesar 2,78 Lampiran 17
5.9 Analisis Laju Degradasi dan Laju Depresiasi
Degradasi dan depresiasi sumberdaya dapat diartikan sebagai penurunan nilai dari sumberdaya baik secara kuantitas maupun kualitas dan manfaat secara
ekonomi sebagai dampak dari pemanfaatan sumberdaya tersebut. Jika nilai koefisien degradasi dan depresiasi suatu sumberdaya berada pada kisaran nilai
toleransi yaitu, 0-0,5, maka sumberdaya tersebut belum mengalami degradasi dan depresiasi. Hasil analisis laju degradasi dan depresiasi keseluruhan sumberdaya
ikan dapat dilihat pada Lampiran 18.
5.9.1 Laju Degradasi dan Laju Depresiasi Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil
Pada sumberdaya ikan pelagis kecil, koefisien laju degradasi dan laju depresiasi tiap tahun secara berturut-turut rata-rata mencapai 0.55 dan 0.48. Nilai
dari laju degradasi sumberdaya ikan pelagis kecil lebih besar dari nilai toleransi koefisien laju degradasi, sebagaimana terlihat pada Tabel 26. Hal ini menunjukkan
bahwa sumberdaya ikan pelagis kecil di Perairan Balikpapan telah terdegradasi tetapi tidak terdepresiasi.
Sebenarnya sejak tahun 1998-2005 sumberdaya ikan pelagis kecil berada dalam zona aman, yang ditunjukkan oleh nilai koefisien laju degradasi yang
berada di bawah nilai koefisien standar, namun demikian pada tahun 2006 nilai koefisien laju degradasi sumberdaya ikan pelagis kecil semakin tinggi, hingga
melewati batas ambang toleransi, sebagaimana terlihat pada Gambar 15, hal ini diduga sebagai akibat dari pemanfaatan aktual yang melebihi pemanfaatan yang
optimal. Kondisi ini mendukung data sebelumnya dimana tingkat effort aktual
untuk mengeksploitasi sumberdaya ikan pelagis kecil di Perairan Balikpapan telah melebihi tingkat
effort optimal yang seharusnya. Tabel 26 Hasil Analisis Laju Degradasi dan Laju Depresiasi SDI Pelagis Kecil
Tahun Produksi ton
RenteEkonomi Rp juta Laju
Persentase Laju
Persentase Aktual Lestari Aktual Lestari Degradasi
Depresiasi
1995 546,00
-341.912,82 4.671,19
784.383,23 1,00
0,00 1996 1.130,00 -40.328,70 107,00 97.334,82
1,00 0,00
1,00 100,00
1997 2.018,00 -10.521,54 2.980,93 25.863,19 0,99
-0,54 1,00
-0,02 1998 1.648,00 1.988,03 6.186,82
7.526,33 0,23
-76,84 0,23
-77,14 1999 1.446,00
833,81 6.739,32 3.827,57
0,36 56,16
0,36 58,26
2000 1.458,00 661,48 9.125,19
4.061,00 0,39
8,00 0,39
7,97 2001 2.246,00
670,84 16.082,26 4.686,32
0,43 9,63
0,43 9,50
2002 1.996,00 1.493,78 14.270,39 10.577,56 0,32
-24,59 0,32
-24,53 2003 2.076,00 2.035,28 16.101,97 15.773,50
0,27 -15,06
0,27 -15,42
2004 1.083,00 1.562,18 9.080,93 13.326,82 0,19
-29,93 0,19
-31,38 2005 2.296,00
271,89 14.749,46 1.686,04 0,47
146,09 0,53
182,17 2006 840,00
-12.232,73 859,83 123.988,77
1,00 112,57 1,00
89,20
Rataan 1.565,25 -32.956,54 7.634,41 -81.123,08 0,55
16,86 0,48
27,15
Sumber : data diolah
Gambar 18 Grafik Laju Degradasi dan Laju Depresiasi, Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil
Pada Gambar 18 terlihat pola grafik laju degradasi dan laju depresiasi sumberdaya ikan pelagis kecil yang hampir sama, karena besaran nilai keduanya
yang tidak jauh berbeda. Menurun atau meningkatnya nilai koefisien laju degardasi akan diikuti oleh menurunnya atau meningkatnya nilai koefisien laju
depresiasi, ini artinya, kondisi biologi sumberdaya ikan pelagis kecil akan sangat berpengaruh pada tingkat ekonomi yang akan diperoleh oleh para nelayan.
5.9.2 Laju Degradasi dan Laju Depresiasi Sumberdaya Ikan Pelagis Besar
Dari Gambar 19 terlihat bahwa sumberdaya ikan pelagis besar punya track
record terdegradasi dan terdepresiasi pada tahun 1995, kemudian pada tahun- tahun berikutnya 1997-2004 sumberdaya ini berada pada zona aman, dengan nilai
koefisien laju degradasi dan laju depresiasi yang berada di bawah koefisien standar. Pola grafik laju degradasi dan laju depresiasi sumberdaya ikan besar
hampir sama, karena besaran nilai keduanya yang tidak jauh berbeda. Menurun atau meningkatnya nilai koefisien degardasi akan diikuti oleh menurunnya atau
meningkatnya nilai koefisien depresiasi, ini artinya, kondisi biologi sumberdaya ikan demersal akan sangat berpengaruh pada tingkat rente ekonomi yang akan
diperoleh oleh para nelayan.
Gambar 19 Grafik Laju Degradasi dan Laju Depresiasi Sumberdaya Ikan Pelagis Besar
Pada sumberdaya ikan pelagis besar, nilai koefisien laju degradasi dan koefisien laju depresiasi rata-rata selama tahun 1996-2006 berturut-turut sebesar
0.45 dan 0.45. Hal ini menunjukkan bahwa laju degradasi dan laju depresiasi yang terjadi pada sumberdaya ikan pelagis besar masih dalam batas toleransi, namun
demikian, jika tidak segera dilakukan tindakan preventif terhadap pemanfaatan sumberdaya ini, maka dikhawatirkan nilai degradasi dan depresiasi akan semakin
tinggi, gejala ke arah itu sudah terlihat pada tahun 2005-2006. Pada kedua tahun ini nilai koefisien laju degradasi dan laju depresiasi sudah mencapai angka 1, yang
berarti lebih tinggi dari nilai koefisien degradasi dan depresiasi stándar. Hasil analisis laju degradasi dan laju depresiasi sumberdaya ikan pelagis besar dapat
dilihat pada Tabel 27. Tabel 27 Hasil Analisis Laju Degradasi dan Laju Depresiasi SDI Pelagis Besar
Tahun Produksi ton
Rente ekonomi Rp juta Laju
Degradasi Persentase
Laju Depresiasi
Persentase Aktual Lestari Aktual Lestari
1995 7.210,00
-422.764,53 15.884,25
1.256.774,52 1,00
1,00 1996
2.049,00 -22.675,52
4.366,12 71.178,05 1,00 0,00 1,00 0,00
1997 2.195,97
5.508,63 6.140,95 16.046,88 0,08 -92,47 0,07 -93,17
1998 2.779,00 3.618,07 13.858,41
18.155,42 0,21
184,12 0,21
211,09 1999
1.550,00 5.927,62
8.395,06 35.462,69 0,02 -90,01 0,01 -93,21 2000
1.610,00 5.902,41
11.809,41 47.287,45 0,02 16,71 0,02 24,17 2001
2.882,97 4.156,84
26.287,81 38.268,90 0,19 666,92 0,19 955,81
2002 5.690,05
4.174,91 53.544,41 39.061,38 0,32 69,60 0,33 72,01
2003 2.934,14
3.334,31 30.078,92 34.275,03 0,24 -25,09 0,24 -25,48
2004 2.617,46
2.407,29 29.637,98 27.216,99 0,29 17,30 0,29 17,69
2005 5.114,36
-29.555,53 46.929,45
319.039,22 1,00 249,77 1,00 250,12
2006 1.275,38 -37.325,41 6.921,36 472.322,92 1,00
0,31 1,00
0,11
Rataan 3.159,03 -39.774,24 21.154,51 155.295,00 0,45
90,65 0,45
119,92
Sumber : data diolah
5.9.3 Laju Degradasi dan Laju Depresiasi Sumberdaya Ikan Demersal
Dari Tabel 28 dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata koefisien laju degradasi dan koefisien laju depresiasi sumberdaya ikan demersal selama rentang
waktu dari tahun 1995-2006 secara berturut-turut sebesar 0,54 dan 0,46, yang berarti bahwa secara umum selama rentang waktu 1995-2006 sumberdaya ikan
demersal telah terdegradasi tetapi tidak terdepresiasi.
Tabel 28 Hasil Analisis Laju Degradasi dan Laju Depresiasi SDI Demersal
Tahun Produksi ton
Rente ekonomi Rp juta Degradasi
Persentase Depresiasi
Persentase Aktual Lestari Aktual Lestari
1995 1.632,00
-191.343,68 477,64
659.529,69 1,00
0,00 1996
685,00 -4.526,28
821,00 17.551,38
1,00 -0,13
1,00 1997 1.627,00 1.614,14 5.268,33
5.223,96 0,27
-72,91 0,27
-72,94 1998 1.370,00
834,66 7.855,21 4.691,89
0,35 30,22
0,35 31,18
1999 1.183,00 1.005,64 8.077,34 6.812,00
0,30 -14,99
0,30 -15,25
2000 1.051,00 1.035,68 9.520,36 9.374,28
0,27 -9,22
0,27 -9,59
2001 1.057,00 764,64
11.072,38 7.899,61
0,33 20,17
0,33 20,91
2002 1.840,00 912,07
19.796,22 9.561,68
0,38 15,89
0,38 16,03
2003 1.066,00 592,59
12.564,47 6.836,59
0,36 -3,71
0,37 -3,75
2004 610,00 574,52 7.753,70 7.282,11
0,28 -23,04 0,28
-23,46 2005 904,00 -3.174,48
5.903,97 43.770,97
0,97 246,14 1,00
255,57 2006 355,40 -1.847,78 386,36 31.947,87
0,99 2,42
1,00 0,06
Rataan 1.115,03
-16.129,86 7.378,47
-52.601,84 0,54 17,35 0,46 19,87
Sumber : data diolah
Hanya saja gejala bahwa sumberdaya ini akan terdegradasi dan terdepresiasi lebih jauh lagi sudah terlihat pada tahun 2005-2006. Pada kedua
tahun ini nilai koefisien degradasi dan depresiasi sudah mencapai angka 1, lebih tinggi dari nilai koefisien standar, sebagaimana yang terlihat pada Tabel 28,
sehingga perlu kiranya dilakukan upaya-upaya pencegahan agar sumberdaya ini tidak mengalami penurunan yang lebih jauh baik secara biologi maupun ekonomi,
seperti yang terlihat pada Gambar 20.
Gambar 20 Grafik Laju Degradasi dan Laju Depresiasi Sumberdaya Ikan Demersal
Pergerakan pola grafik dari laju degradasi dan laju depresiasi sebagaimana yang disajikan pada Gambar 20, sejak tahun 1995-2006 tampak memiliki pola
gerakan yang hampir sama. Menurun atau meningkatnya nilai koefisien degardasi akan senantiasa diikuti pula oleh menurunnya atau meningkatnya nilai koefisien
depresiasi, hal ini mengindikasikan bahwa, kondisi biologi sumberdaya ikan demersal akan sangat berpengaruh pada tingkat rente ekonomi yang akan
diperoleh oleh para nelayan.
5.9.4 Laju Degradasi dan Laju Depresiasi Sumberdaya Ikan Teri
Dari Tabel 27 dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata koefisien laju degradasi dan koefisien laju depresiasi sumberdaya ikan teri selama rentang waktu dari
tahun 1995-2006 secara berturut-turut sebesar 0,46 dan 0,31, yang berarti bahwa secara umum selama rentang waktu 1995-2006 sumberdaya ikan teri belum
terdegradasi dan belum terdepresiasi. Gejala bahwa sumberdaya ini akan terdegradasi dan terdepresiasi mulai
terlihat pada tahun 2005-2006. Pada kedua tahun ini nilai koefisien degradasi dan depresiasi sudah mencapai angka 1, lebih tinggi dari nilai koefisien standar,
sebagaimana yang terlihat pada Tabel 29, sehingga perlu kiranya dilakukan upaya- upaya pencegahan agar sumberdaya ini tidak mengalami penurunan yang lebih
jauh baik secara biologi maupun ekonomi, seperti yang terlihat pada Gambar 21. Tabel 29 Hasil Analisis Laju Degradasi dan Laju Depresiasi SDI Teri
Tahun Produksi ton
Rente ekonomi Rp juta Degradasi
Persentase Depresiasi
Persentase Aktual Lestari Aktual Lestari
1995 83
-105.395,99 -2.583,876
-134.669,193 1,00
0,00 1996
91,00 -4.057,04
-611,512 -5.973,617
1,00 -0,13
1,00 1997 82,00 432,60 8,675 452,237 0,27 -72,91 0,27
-72,94 1998
91,00 12,99 193,511 24,483 0,35 30,22 0,35
31,18 1999 91,00 75,66
211,591 171,456 0,30 -14,99 0,30 -15,25
2000 136,50 101,36 429,315 306,452 0,27
-9,22 0,27
-9,59 2001 91,00 175,89
263,391 601,172 0,33 20,17 0,33 20,91
2002 89,00 239,67 217,722 827,058 0,38 15,89 0,38
16,03 2003 89,00 409,95 87,118
1.510,959 0,36 -3,71 0,37 -3,75
2004 453,00 108,10 2.136,052 455,232
0,28 -23,04 0,28
-23,46 2005 810,00 -1.301,83
1.778,139 -7.653,139 0,97 246,14
1,00 255,57
2006 1.099,80 -39.265,64 -1.432,759
-213.459,049 0,99
2,42 1,00
0,06
Rataan 267,19 -12.372,02 58,11 -29.783,83
0,46 17,35
0,31 19,87
Sumber : data diolah
Pergerakan pola grafik dari laju degradasi dan laju depresiasi sebagaimana yang disajikan pada Gambar 21, sejak tahun 1997-2006 tampak memiliki pola
gerakan yang hampir sama. Menurun atau meningkatnya nilai koefisien degradasi akan senantiasa diikuti pula oleh menurunnya atau meningkatnya nilai koefisien
depresiasi, hal ini mengindikasikan bahwa, kondisi biologi sumberdaya ikan teri akan sangat berpengaruh pada tingkat rente ekonomi yang akan diperoleh oleh
para nelayan.
Gambar 21 Grafik Laju Degradasi dan Laju Depresiasi Sumberdaya Ikan Teri
5.10 Analisis Optimasi Statik Pemanfaatan Sumberdaya Ikan