Pergerakan pola grafik dari laju degradasi dan laju depresiasi sebagaimana yang disajikan pada Gambar 21, sejak tahun 1997-2006 tampak memiliki pola
gerakan yang hampir sama. Menurun atau meningkatnya nilai koefisien degradasi akan senantiasa diikuti pula oleh menurunnya atau meningkatnya nilai koefisien
depresiasi, hal ini mengindikasikan bahwa, kondisi biologi sumberdaya ikan teri akan sangat berpengaruh pada tingkat rente ekonomi yang akan diperoleh oleh
para nelayan.
Gambar 21 Grafik Laju Degradasi dan Laju Depresiasi Sumberdaya Ikan Teri
5.10 Analisis Optimasi Statik Pemanfaatan Sumberdaya Ikan
Berdasarkan sediaan data yang ada, maka analisis optimasi pemanfaatan sumberdaya ikan dalam beberapa kondisi yang akan dilakukan dalam penelitian
ini, yaitu model optimasi statis yang meliputi open access OA, sole owner atau
maximum economic yield MEY dapat ditentukan, dengan menggunakan alat pemecahan analitik melalui program
Excell dan MAPLE Lampiran 16-18. Analisis optimasi dari setiap kondisi pengelolaan pada masing-masing
sumberdaya ikan pada penelitian ini menggunakan persamaan-persamaan yang sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, yaitu pada persamaan 4.25
sampai dengan persamaan 4.32. Hasil analisis optimasi statik berikut hasil analisis surplus produksi secara ringkas disajikan pada Tabel 30.
Tabel 30 Hasil Analisis Optimasi Statik Pemanfaatan Sumberdaya Ikan
Sumberdaya Model Pengelolaan
Biomass x Produksi h
Effort E π Rp juta
Ikan SDI SDI
ton ton
trip
Open Access OA 407,95 472,59
3.932 0,00 Pelagis
Sole OwnerMEY 6.424,14 3.721,02 1.966
20.666,06 kecil
MSY 6.220,16 3.725,02 2.033
20.642,30 Open Access OA
197,05 381,58 2.967 0,00
Pelagis Sole OwnerMEY
6.120,95 5.926,49 1.483 44.220,01
besar MSY
6.022,42 5.928,07 1.508 44.207,78
Open Access OA 214,94 303,81
3.437 0,000 Demersal
Sole OwnerMEY 2.638,95 1.865,05 1.718
15.239,66 MSY
2.531,48 1.868,42 1.795 15.209,71
Teri Open Access OA
174,06 254,74 1.058 0,00
Sole OwnerMEY 761,30 557,09 529
1.401,62 MSY
674,27 566,52 607 1.370,84
Sumber : Data diolah
Berdasarkan data pada Tabel 30, diketahui bahwa untuk sumberdaya ikan pelagis kecil, tingkat biomass pada kondisi
open access, MEY, dan MSY berturut- turut adalah 407,95 ton per tahun; 6.424,14 ton per tahun; 6.220,16 ton per tahun.
Tingkat produksi teringgi h terjadi pada kondisi MSY yaitu sebesar 3.725,02 ton
per tahun, setelah itu secara berturut-turut diikuti oleh tingkat produksi pada kondisi
MEY sebesar 3.721,02 ton per tahun, dan OA sebesar 472,59 ton per tahun. Tingkat upaya
effort optimal dari tingkat yang tertinggi sampai dengan tingkat yang terendah untuk mengeksploitasi sumberdaya ikan pelagis kecil secara
berturut-turut adalah sebagai berikut OA sebanyak 3.932 trip per tahun, MSY
sebesar 2.033 trip per tahun, MEY sebanyak 1.966 trip per tahun. Tingkat rente
tertinggi dari hasil optimasi terjadi pada kondisi MEY sebesar Rp20.666,06 juta
per tahun, MSY sebesar Rp20.642,30 juta per tahun, OA sebesar Rp0 juta per
tahun. Pada sumberdaya ikan pelagis besar, tingkat biomass pada kondisi
open access, MEY, dan MSY berturut-turut adalah 197,05 ton per tahun; 6.120,95 ton
per tahun; 6.022,42 ton per tahun. Tingkat produksi tertinggi h terjadi pada
kondisi MSY yaitu sebesar 5.928,07 ton per tahun, setelah itu secara berturut-turut
diikuti oleh tingkat produksi pada kondisi MEY sebesar 5.926,49 ton per tahun,
dan OA sebesar 381,58 ton per tahun. Tingkat upaya effort optimal dari yang
tertinggi sampai dengan yang terendah secara berturut-turut adalah sebagai berikut OA sebanyak 2.967 trip per tahun,
MSY sebanyak 1.508 trip per tahun,
MEY sebanyak 1.483 trip per tahun. Tingkat rente tertinggi dari hasil optimasi untuk sumberdaya ikan pelagis besar, terjadi pada kondisi
MEY sebesar Rp44.220.01 juta per tahun,
MSY sebesar Rp44.207,78 juta per tahun, OA sebesar Rp 0 juta per tahun.
Pada sumberdaya ikan demersal, tingkat biomass pada kondisi open
access, MEY, dan MSY berturut-turut adalah 214, 94 ton per tahun; 2.638,95 ton per tahun; 2.531,48 ton per tahun. Tingkat produksi tertinggi
h terjadi pada kondisi
MSY yaitu sebesar 1.868,42 ton per tahun, setelah itu secara berturut-turut
diikuti oleh tingkat produksi pada kondisi MEY dan OA sebesar 1.865,05 ton per
tahun dan 303,81 ton per tahun. Tingkat upaya
effort optimal dari yang tertinggi sampai dengan yang terendah secara berturut-turut adalah sebagai berikut :
OA sebanyak 3.437 trip per tahun,
MSY sebanyak 1.795 trip per tahun, MEY sebanyak 1.718 trip per tahun. Tingkat rente tertinggi dari hasil optimasi untuk sumberdaya
ikan demersal, terjadi pada kondisi MEY sebesar Rp15.239,66
juta per tahun, MSY
sebesar Rp 15.209,71 juta per tahun,
OA sebesar Rp0 juta per tahun. Pada sumberdaya ikan teri, tingkat biomass pada kondisi
open access, MEY, dan MSY berturut-turut adalah 174,06 ton per tahun; 761,30 ton per tahun;
674,27 ton per tahun. Tingkat produksi tertinggi h terjadi pada kondisi MSY
yaitu sebesar 566,52 ton per tahun, setelah itu secara berturut-turut diikuti oleh tingkat produksi pada kondisi
MEY dan OA sebesar 557,09 ton per tahun dan 254,74 ton per tahun. Tingkat upaya
effort optimal dari yang tertinggi sampai dengan yang terendah secara berturut-turut adalah sebagai berikut :
OA sebanyak 1.058 trip per tahun,
MSY sebanyak 607 trip per tahun, MEY sebanyak 529 trip per tahun. Tingkat rente tertinggi dari hasil optimasi untuk sumberdaya ikan
demersal, terjadi pada kondisi MEY sebesar Rp1.401,62 juta per tahun, MSY
sebesar Rp 1.370,84 juta per tahun, OA sebesar Rp0 juta per tahun.
Dari hasil analisis data yang tersaji pada Tabel 30 diketahui pula bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan pada kondisi
open access cenderung akan merusak kelestarian sumberdaya ikan yang ada, hal ini ditunjukkan oleh jumlah tingkat
effort yang sangat tinggi, rente ekonomi yang diperoleh pada kondisi open access sama dengan nol, karena keuntungan yang diperoleh sama dngan biaya yang
dikeluarkan untuk melakukan penangkapan. Pemanfaatan sumberdaya ikan pada
kondisi MEY tampak lebih bersahabat dengan lingkungan bahkan memberikan
tingkat rente yang lebih besar dibanding pemanfaatan pada kondisi open access
dan MSY.
Untuk mengetahui kondisi pengelolaan sumberdaya ikan yang terjadi di Perairan Balikpapan, terutama yang berhubungan dengan tingkat produksi, tingkat
upaya dan tingkat rente, maka dilakukan perbandingan antara kondisi pemanfaatan aktual dengan kondisi pemanfaatan hasil analisis optimasi statik dari
masing-masing kelompok sumberdaya ikan dalam penelitian ini.
5.10.1 Hasil Optimasi Statik Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil
Dari data perbandingan status pemanfaatan, sebagaimana yang terlihat pada Tabel 31 diketahui bahwa rata-rata tingkat
effort E aktual sumberdaya ikan pelagis kecil selama periode 1995-2006 lebih besar dari tingkat
effort optimal dalam berbagai kondisi dari hasil optimasi statik pada penelitian ini. Rata-rata
tingkat effort aktual ikan pelagis kecil dalam rentang waktu dari tahun 1995-2006
sebesar 4.146 trip per tahun sedangkan hasil analisis terhadap effort optimal
dengan menggunakan pendekatan optimasi statik adalah 3.932 trip per tahun open access, 1.966 trip per tahun MEY, 2.033 trip per tahun MSY. Kondisi ini
kemudian berdampak langsung pada hasil tangkapan para nelayan. Pada Tabel 31 tampak bahwa tingkat produksi
h optimal ikan pelagis kecil memiliki nilai yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan tingkat produksi pada kondisi aktual.
Rata-rata tingkat produksi aktual sumberdaya ikan pelagis kecil selama rentang waktu 1995-2006 adalah sebesar 1.565,25 ton per tahun, sedangkan tingkat
produksi optimal dalam berbagai kondisi pengelolaan adalah 3.721,02 ton per tahun
MEY, 3.725,02 ton per tahun MSY. Tingkat produksi aktual yang jauh lebih kecil dari tingkat produksi optimal yang seharusnya bisa dihasilkan nelayan
disebabkan tingginya tingkat aktivitas penangkapan effort terhadap sumberdaya
ikan pelagis kecil, sehingga stok sumberdaya ikan pelagis kecil semakin berkurang. Dengan berkurangnya atau menurunnya stok sumberdaya maka
produksi pun menurun. Dari hasil analisis juga diketahui bahwa tingkat keuntungan atau rente optimal yang bisa diperoleh sebesar Rp20.666,06 juta per
tahun pada kondisi MEY, dan Rp20.642,30 juta per tahun pada kondisi MSY,
tetapi kondisi di lapangan terlihat bahwa tingkat keuntungan aktual yang diperoleh hanya sebesar Rp7.634,41 juta per tahun. Selisih jumlah rente yang
sangat kontras ini disebabkan oleh menurunnya jumlah produksi hasil tangkapan, sementara tingkat
effort semakin tinggi. Dengan kata lain biaya yang dikeluarkan untuk melakukan aktivitas penangkapan sumberdaya ikan pelagis kecil tidak
sebanding dengan hasil yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil sudah mengalami
overfishing baik secara biologi biological overfishing mau pun secara ekonomi economical overfishing.
Upaya penangkapan harus segera diturunkan, karena kelestarian sumberdaya ikan pelagis kecil sudah terganggu.
Tabel 31 Perbandingan Pemanfaatan Aktual dan Optimal Statik SDI Pelagis Kecil
Pemanfaatan Aktual MSY OA MEY
Pelagis Kec il
Prod h
ton 1.565,25
3.725,02 472,59 3.721,02
Effort E trip
4.146 2.033
3.932 1.966 Rente
π Rp juta
7.634,41 20.642,30
0,00 20.666,06 Sumber : data diolah
Perbandingan status pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil dalam kondisi aktual dan optimasi statik lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 22. Pada
Gambar 22 tampak bahwa rente ekonomi optimal untuk sumberdaya ikan pelagis kecil dengan pendekatan optimasi statik diperoleh pada kondisi
MEY, hal ini ditunjukkan oleh jarak vertikal antara penerimaan dan biaya yang merupakan
jarak terbesar. Gambar 23 juga menjelaskan bahwa keseimbangan open access
membutuhkan tingkat effort yang jauh lebih besar dari tingkat effort pada kondisi
MSY dan MEY, sehingga kondisi ini akan menimbulkan terjadinya alokasi sumberdaya yang tidak tepat. Tingkat
effort yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi optimal
MEY tampak lebih kecil dibandingkan dengan yang dibutuhkan untuk mencapai titik
MSY. Dengan demikian tingkat upaya pada titik keseimbangan
MEY terlihat lebih conservative minded lebih bersahabat dengan lingkungan dibandingkan dengan tingkat upaya pada titik keseimbangan
MSY Hannesson 1993 diacu dalam Fauzi A 2004.
Gambar 22 Grafik Perbandingan Pemanfaatan Optimasi Statik SDI Pelagis Kecil
Gambar 23 Kurva Optimasi Statik Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil
E
OA
TR
TC
E
MSY
E
MEY
π
max
5.10.2 Hasil Optimasi Statik Sumberdaya Ikan Pelagis Besar
Pada kasus sumberdaya ikan pelagis besar, tingkat effort E aktual lebih
besar jika dibandingkan dengan tingkat effort E optimal hasil analisis dalam
berbagi kondisi pendekatan. Sebagaimana terlihat pada Tabel 32, rata-rata effort
aktual selama tahun 1995-2006 adalah sebanyak 3.061 trip per tahun, sementara pada kondisi optimal tingkat
effort sebanyak 1.508 trip per tahun MSY; 2.967 trip per tahun
OA; 1.483 trip per tahun MEY. Tingkat
effort aktual yang melampaui tingkat effort optimal hasil analisis pada penelitian ini berdampak langsung pada produksi aktual yang diperoleh.
Berdasarkan data pada Tabel 32, produksi aktual rata-rata selama tahun 1995- 2006 sebesar 3.159,03 ton per tahun, sedangkan tingkat produksi optimal pada
kondisi MSY sebesar 5.928,07 ton per tahun; OA sebesar 381,58 ton per tahun;
MEY sebesar 5.926,49 ton per tahun. Hal tersebut diatas kemudian berpengaruh pada tingkat rente yang
diperoleh para nelayan. Dari data yang tersaji pada Tabel 32, rente aktual yang diperoleh untuk sumberdaya ikan pelagis besar selama rentang waktu dari tahun
1995-2006 rata-rata sebesar Rp21.154,51 juta per tahun, sementara rente optimal yang bisa diperoleh sebesar Rp44.220,01 juta per tahun pada kondisi
MEY dan Rp44.207,78 juta per tahun pada kondisi
MSY. Tabel 32 Perbandingan Pemanfaatan Aktual dan Optimal SDI Pelagis Besar
Pemanfaatan Aktual MSY OA MEY
Pel agi
s Be sar
Prod h
ton 3.159,03 566,52
254,74 557,09
Effort E trip 3.061
607 1.058
529 Rente
π Rp juta
21.154,51 1.370,84
0,00 1.401,62
Sumber : Data diolah
Gambaran dari perbandingan status pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis besar dapat juga dijelaskan sebagaimana yang terlihat pada Gambar 20. Kecilnya
jumlah rente yang diperoleh disebabkan karena tingginya jumlah effort, sehingga
biaya yang dikeluarkan untuk eksploitasi sumberdaya menjadi lebih banyak dan pada akhirnya berdampak pada minimnya rente yang diperoleh, atau dengan kata
lain pada kasus pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis besar telah terjadi overfishing baik secara biologi biological overfishing mau pun ekonomi
economical overfishing. Upaya penangkapan harus segera diturunkan, karena kelestarian sumberdaya ikan pelagis besar sudah terganggu.
Gambar 24 Grafik Perbandingan Pemanfaatan Optimal Statik SDI Pelagis Besar
Sama akan halnya dengan sumberdaya ikan pelagis kecil, pada Gambar 24 terlihat bahwa rente ekonomi optimal untuk sumberdaya ikan pelagis besar
dengan pendekatan optimasi statik diperoleh pada kondisi MEY, yang ditunjukkan
oleh jarak vertikal antara penerimaan dan biaya merupakan jarak terbesar. Gambar 25 juga menjelaskan bahwa keseimbangan
open access membutuhkan tingkat effort yang jauh lebih besar dari tingkat effort pada kondisi MSY dan MEY,
sehingga kondisi ini akan menimbulkan terjadinya alokasi sumberdaya yang tidak tepat. Tingkat
effort yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi optimal MEY tampak lebih kecil dibandingkan dengan yang dibutuhkan untuk mencapai titik
MSY. Dengan demikian tingkat upaya pada titik keseimbangan MEY terlihat lebih conservative minded lebih bersahabat dengan lingkungan dibandingkan dengan
tingkat upaya pada titik keseimbangan MSY.
Gambar 25 Kurva Optimasi Statik Sumberdaya Ikan Pelagis Besar
5.10.3 Hasil Optimasi Statik Sumberdaya Ikan Demersal
Kondisi yang sama juga terjadi pada kasus pengelolaan sumberdaya ikan demersal, sebagaimana yang tersaji pada Tabel 33. Tingkat upaya atau
effort aktual selama kurun waktu dari tahun 1995-2006 sebanyak 3.211 trip per tahun
diperoleh produksi sebesar 1.115,03 ton per tahun dengan tingkat rente sebesar Rp7.378,47 juta per tahun.
Dari hasil analisis optimasi statik terhadap sumberdaya ikan demersal diketahui bahwa tingkat produksi, tingkat
effort dan tingkat rente yang optimal pada kondisi
MSY, OA dan MEY secara berturut-turut adalah sebagai berikut 1.868,42 ton per tahun, 303,81 ton per tahun, 1.865,05 ton per tahun; 1.795 trip
per tahun, 3.437 trip per tahun, 1.718 trip per tahun; Rp15.209,71 juta per tahun, Rp0 per tahun, Rp15.239,66 juta per tahun, sebagaimana tersaji pada Tabel 33.
Dari uraian data di atas terlihat bahwa tingkat upaya aktual untuk mengeksploitasi sumberdaya ikan demersal lebih banyak atau telah melewati
tingkat upaya optimal, tingkat produksi aktual lebih sedikit dari tingkat produksi optimal, rente ekonomi aktual jauh lebih kecil dibanding rente ekonomi optimal,
E
OA
TC TR
E
MSY
E
MEY
π
max
atau dengan kata lain pada kasus pemanfaatan sumberdaya ikan demersal telah terjadi
overfishing baik secara biologi biological overfishing mau pun ekonomi economical overfishing. Upaya penangkapan harus segera diturunkan, karena
kelestarian sumberdaya ikan demersal sudah terganggu. Tabel 33 Perbandingan Pemanfaatan Aktual dan Optimal SDI Demersal
Pemanfaatan Aktual MSY OA MEY
De me
rs a
l
Prod h
ton 1.115,03
1.868,42 303,81 1.865,05
Effort E trip
3.211 1.795 3.437 1.718
Rente π
Rp juta 7.378,47
15.209,71 0,000 15.239,66
Sumber : data diolah
Gambaran dari perbandingan status pemanfaatan sumberdaya ikan demersal dalam kondisi aktual dan optimasi statik lebih jelas dapat dilihat pada
grafik perbandingan pemanfaatan sumberdaya ikan sebagaimana yang ditunjukkan oleh Gambar 26.
Gambar 26 Grafik Perbandingan Pemanfaatan Optimal Statik SDI Demersal
Pada Gambar 27 terlihat bahwa rente ekonomi optimal untuk sumberdaya ikan demersal dengan pendekatan optimasi statik diperoleh pada kondisi
MEY, yang ditunjukkan oleh jarak vertikal antara penerimaan dan biaya merupakan
jarak terbesar. Gambar 27 juga menjelaskan bahwa keseimbangan open access
membutuhkan tingkat effort yang jauh lebih besar dari tingkat effort pada kondisi
MSY dan MEY, sehingga kondisi ini akan menimbulkan terjadinya alokasi sumberdaya yang tidak tepat. Tingkat
effort yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi optimal
MEY tampak lebih kecil dibandingkan dengan yang dibutuhkan untuk mencapai titik
MSY. Dengan demikian tingkat upaya pada titik keseimbangan
MEY terlihat lebih conservative minded lebih bersahabat dengan lingkungan dibandingkan dengan tingkat upaya pada titik keseimbangan
MSY.
Gambar 27 Kurva Optimasi Statik Sumberdaya Ikan Demersal
E
OA
TC TR
E
MSY
E
MEY max
π
5.10.4 Hasil Optimasi Statik Sumberdaya Ikan Teri
Pada kasus pengelolaan sumberdaya ikan teri, sebagaimana yang tersaji pada Tabel 34. Tingkat upaya atau
effort aktual selama kurun waktu dari tahun 1995-2006 sebanyak 1.640 trip per tahun diperoleh produksi sebesar 267,19 ton
per tahun dengan tingkat rente sebesar Rp 58,11 juta per tahun. Dari hasil analisis optimasi statik terhadap sumberdaya ikan teri diketahui
bahwa tingkat produksi, tingkat effort dan tingkat rente yang optimal pada kondisi
MSY, OA dan MEY secara berturut-turut adalah sebagai berikut 566,52 ton per tahun, 254,74 ton per tahun, 557,09 ton per tahun; 607 trip per tahun, 1.058 trip
per tahun, 529 trip per tahun; Rp1.370,84 juta per tahun, Rp0 per tahun, Rp1.401,62 juta per tahun, sebagaimana tersaji pada Tabel 34.
Tabel 34 Perbandingan Pemanfaatan Aktual dan Optimal SDI Teri
Pemanfaatan Aktual MSY OA MEY
Te r
i
Prod h
ton 267,19
566,52 254,74 557,09
Effort E trip
1.640 607
1.058 529 Rente
π Rp juta
58,11 1.370,84
0,00 1.401,62
Sumber : data diolah
Dari uraian data di atas terlihat bahwa tingkat upaya aktual untuk mengeksploitasi sumberdaya ikan teri lebih banyak atau telah melewati tingkat
upaya optimal, tingkat produksi aktual lebih sedikit dari tingkat produksi optimal, rente ekonomi aktual jauh lebih kecil dibanding rente ekonomi optimal, atau
dengan kata lain pada kasus pemanfaatan sumberdaya ikan teri telah terjadi overfishing baik secara biologi biological overfishing mau pun ekonomi
economical overfishing. Upaya penangkapan harus segera diturunkan, karena kelestarian sumberdaya ikan teri sudah terganggu.
Gambaran dari perbandingan status pemanfaatan sumberdaya ikan teri dalam kondisi aktual dan optimasi statik lebih jelas dapat dilihat pada grafik
perbandingan pemanfaatan sumberdaya ikan sebagaimana yang ditunjukkan oleh Gambar 28.
Gambar 28 Grafik Perbandingan Pemanfaatan Optimal Statik SDI Teri
Gambar 23 Kurva Optimasi Statik Sumberdaya Ikan Teri
Pada Gambar 23 terlihat bahwa rente ekonomi optimal untuk sumberdaya ikan teri dengan pendekatan optimasi statik diperoleh pada kondisi
MEY, yang E
MSY
E
MEY
E
OA
TC TR
π
max
ditunjukkan oleh jarak vertikal antara penerimaan dan biaya merupakan jarak terbesar. Gambar 23 juga menjelaskan bahwa keseimbangan
open access membutuhkan tingkat
effort yang jauh lebih besar dari tingkat effort pada kondisi MSY dan MEY, sehingga kondisi ini akan menimbulkan terjadinya alokasi
sumberdaya yang tidak tepat. Tingkat effort yang dibutuhkan untuk mencapai
kondisi optimal MEY tampak lebih kecil dibandingkan dengan yang dibutuhkan
untuk mencapai titik MSY. Dengan demikian tingkat upaya pada titik
keseimbangan MEY terlihat lebih conservative minded lebih bersahabat dengan
lingkungan dibandingkan dengan tingkat upaya pada titik keseimbangan MSY.
5.11 Analisis Optimasi Dinamik Pemanfaatan Sumberdaya Ikan