Analisis Variance Decomposition Model Beras

98 dimana hampir semua nilainya mendekati nol. Sama halnya dengan pasar beras, dalam mekanisme CEPT Indonesia juga masih memasukkan gula ke dalam HSL. Berbeda dengan Thailand yang sudah menetapkan tarif impor gula sebesar 5 persen, dan Filipina 38 persen dapat dilihat pada Tabel 4. Selain kebijakan tarif tersebut, ketiga negara ini juga menetapkan kebijakan nontarif yang cukup ketat untuk impor gula. Hal inilah yang juga menyebabkan kecilnya pengaruh pasar gula negara lain terhadap pasar gula domestik di masing-masing negara tersebut.

5.4.2. Analisis Variance Decomposition

Analisis Variance Decomposition menggambarkan relatif pentingnya setiap variabel di dalam sistem karena adanya shock. Analisis ini berguna untuk memprediksi kontribusi persentase variasi setiap variabel karena adanya perubahan variabel tertentu di dalam sistem, sehingga akan diketahui sumber variasi dari model yang dibentuk. Dari hasil analisis dapat diketahui seberapa besar perubahan suatu variabel berasal dari dirinya sendiri dan seberapa besar berasal dari pengaruh variabel lain.

A. Analisis Variance Decomposition Model Beras

Tabel 23 menunjukkan hasil analisis Variance Decomposition selama 20 periode mendatang, variabel harga beras mana yang memiliki pengaruh paling besar terhadap harga beras Thailand. Hasil analisis ditunjukkan dalam bentuk persentase. Dari Tabel menjelaskan bahwa dalam 20 periode yang akan datang, variasi harga beras Thailand dapat dijelaskan oleh dirinya sendiri sebesar 50 persen, 38 persen oleh harga beras Indonesia, dan 12 persen oleh harga beras Filipina. 99 Hasil analisis tersebut mengindikasikan bahwa pada pembentukan harga beras Thailand, pengaruh Indonesia lebih besar dibandingkan Filipina. Hal ini disebabkan karena Thailand mengekspor beras dalam jumlah yang besar ke Indonesia. Pada Tabel 8 dan Tabel 10, diketahui bahwa pada tahun 2007 ekspor beras Thailand ke Indonesia sebesar 15.13 persen dari total ekspor beras Thailand ke dunia. Nilai tersebut jauh lebih besar dibandingkan ekspor beras Thailand ke Filipina yang hanya sebesar 0.65 persen. Perubahan permintaan impor beras dari Indonesia akan menyebabkan perubahan harga beras Thailand, karena pada dasarnya harga beras akan tergantung permintaan dari negara importir yang besar. Tabel 23. Hasil Analisis Variance Decomposition Variabel Harga Beras Thailand Selama 20 Periode Mendatang Variance Decomposition of LOGPRTHAI: Periode Standard Error LOGPRTHAI LOGPRPHP LOGPRINA 1 0.052900 100.0000 0.000000 0.000000 2 0.091929 98.44145 0.234231 1.324315 3 0.120843 95.72633 1.103255 3.170418 4 0.144901 89.90349 4.231013 5.865501 5 0.162733 82.40530 7.314663 10.28003 6 0.176528 74.43981 9.893990 15.66620 7 0.188013 67.63621 11.49768 20.86612 8 0.197575 62.60426 12.13598 25.25975 9 0.205709 59.20219 12.25327 28.54454 10 0.213156 57.12669 12.14895 30.72436 11 0.220548 56.00177 11.96912 32.02912 12 0.228155 55.40770 11.81695 32.77535 13 0.235929 54.97364 11.75630 33.27006 14 0.243678 54.45939 11.79875 33.74185 15 0.251225 53.78333 11.91475 34.30192 16 0.258476 52.98341 12.05729 34.95930 17 0.265407 52.14678 12.18651 35.66670 18 0.272040 51.35522 12.28259 36.36219 19 0.278431 50.65988 12.34381 36.99630 20 0.284643 50.07729 12.37864 37.54407 Berdasarkan hasil analisis Variance Decomposition diketahui bahwa selama 20 periode mendatang harga beras Filipina lebih dipengaruhi oleh harga beras 100 Indonesia yaitu sebesar 46 persen, 32 persen bisa dijelaskan oleh harga dirinya sendiri, dan hanya 22 persen oleh harga beras Thailand Tabel 24. Dapat dikatakan bahwa dalam 20 periode mendatang harga beras Filipina lebih dipengaruhi oleh harga beras Indonesia. Hal ini disebabkan adanya pengaruh tidak langsung dari pasar beras Indonesia yang mempengaruhi pasar beras Thailand, sehingga pada akhirnya pasar beras Indonesia akan mempengaruhi pasar beras Filipina karena Filipina juga melakukan impor beras dari Thailand. Tabel 24. Hasil Analisis Variance Decomposition Variabel Harga Beras Filipina Selama 20 Periode Mendatang Variance Decomposition of LOGPRPHP: Periode Standard Error LOGPRTHAI LOGPRPHP LOGPRINA 1 0.025320 3.951855 96.04815 0.000000 2 0.039770 6.930830 92.44297 0.626204 3 0.052557 23.96575 74.45761 1.576643 4 0.065031 36.37913 59.72281 3.898062 5 0.073742 40.91593 51.26576 7.818305 6 0.079989 41.21402 45.57399 13.21199 7 0.085286 38.72708 41.51594 19.75698 8 0.090340 35.21853 38.52278 26.25869 9 0.095288 31.92255 36.49584 31.58161 10 0.100069 29.21001 35.41442 35.37557 11 0.104621 27.17934 35.00036 37.82030 12 0.108953 25.83625 34.85863 39.30512 13 0.113103 25.04963 34.70826 40.24211 14 0.117077 24.58948 34.43958 40.97094 15 0.120871 24.23539 34.06087 41.70375 16 0.124506 23.84969 33.62792 42.52238 17 0.128016 23.38949 33.19703 43.41349 18 0.131432 22.87554 32.80818 44.31628 19 0.134772 22.35152 32.48244 45.16604 20 0.138045 21.85747 32.22236 45.92017 Pada perdagangan beras, Indonesia merupakan negara besar karena tingginya tingkat impor beras Indonesia sehingga bisa mempengaruhi harga beras eksportir atau dunia. Jika suatu negara besar mengenakan tarif, peranan ekonominya yang cukup berarti pada pasar beras internasional akan menciptakan 101 dampak yang besar, sehingga pengurangan impor akibat tarif dari negara besar tersebut akan memberikan pengaruh besar pada harga beras dunia. Pasar beras Indonesia sedikit terisolasi dari dua pasar beras negara lainnya. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil analisis Variance Decomposition dimana dalam 20 periode mendatang, variasi harga beras Indonesia masih bisa dijelaskan oleh dirinya sendiri sebesar 74 persen, 17 persen oleh harga beras Thailand, dan hanya 9 persen oleh harga beras Filipina Tabel 25. Dari hasil analisis ini juga mengindikasikan bahwa kebijakan impor yang diterapkan oleh Indonesia memang masih membuat pengaruh pasar beras negara lain sangat kecil terhadap pasar beras Indonesia. Pengaruh pasar beras Thailand lebih besar dibandingkan pasar beras Filipina terhadap Indonesia, kondisi ini disebabkan karena Indonesia melakukan impor beras dari Thailand sehingga perubahan pada negara eksportir akan berpengaruh pada negara importir. Hasil analisis Variance Decomposition secara keseluruhan pada model beras menunjukkan bahwa pasar beras Indonesia paling bisa menjelaskan variasi yang ada dalam penentuan harga beras diantara ketiga negara tersebut. Dalam jangka panjang harga beras Indonesia sangat mempengaruhi pembentukan harga beras di Filipina dan Thailand. Pasar beras Indonesia sedikit terisolasi dari dua pasar beras negara lainnya, hal ini disebabkan adanya kebijakan pengendalian impor yang diterapkan pemerintah. Selain itu walaupun berperan sebagai importir tetapi Indonesia juga adalah produsen beras yang besar sehingga kebutuhan beras domestik tidak hanya bergantung pada impor saja, tetapi juga bisa disediakan oleh produksi beras domestik. Data pada USDA menunjukkan bahwa pada tahun 2007 102 persentase impor beras Indonesia terhadap konsumsi relatif kecil, dimana tingkat impor hanya sebesar 1.38 persen terhadap total konsumsi beras. Tabel 25. Hasil Analisis Variance Decomposition Variabel Harga Beras Indonesia Selama 20 Periode Mendatang Variance Decomposition of LOGPRINA: Periode Standard Error LOGPRTHAI LOGPRPHP LOGPRINA 1 0.024142 3.504257 2.954808 93.54093 2 0.040577 3.985340 4.903098 91.11156 3 0.050479 4.245138 5.273596 90.48127 4 0.056713 5.120363 5.460925 89.41871 5 0.061442 6.195374 6.003542 87.80108 6 0.065484 7.367192 6.682183 85.95062 7 0.069226 8.806630 7.287626 83.90574 8 0.072845 10.39719 7.765938 81.83687 9 0.076338 11.90791 8.076299 80.01579 10 0.079689 13.19773 8.236734 78.56554 11 0.082902 14.19795 8.309018 77.49304 12 0.085983 14.91980 8.344089 76.73612 13 0.088947 15.43446 8.374188 76.19135 14 0.091810 15.82255 8.417151 75.76030 15 0.094586 16.14873 8.476820 75.37445 16 0.097282 16.45501 8.547571 74.99742 17 0.099908 16.76007 8.620600 74.61933 18 0.102470 17.06475 8.688103 74.24715 19 0.104970 17.36058 8.745554 73.89387 20 0.107413 17.63729 8.792148 73.57056

B. Analisis Variance Decomposition Model Gula