Analisis Variance Decomposition Model Gula

102 persentase impor beras Indonesia terhadap konsumsi relatif kecil, dimana tingkat impor hanya sebesar 1.38 persen terhadap total konsumsi beras. Tabel 25. Hasil Analisis Variance Decomposition Variabel Harga Beras Indonesia Selama 20 Periode Mendatang Variance Decomposition of LOGPRINA: Periode Standard Error LOGPRTHAI LOGPRPHP LOGPRINA 1 0.024142 3.504257 2.954808 93.54093 2 0.040577 3.985340 4.903098 91.11156 3 0.050479 4.245138 5.273596 90.48127 4 0.056713 5.120363 5.460925 89.41871 5 0.061442 6.195374 6.003542 87.80108 6 0.065484 7.367192 6.682183 85.95062 7 0.069226 8.806630 7.287626 83.90574 8 0.072845 10.39719 7.765938 81.83687 9 0.076338 11.90791 8.076299 80.01579 10 0.079689 13.19773 8.236734 78.56554 11 0.082902 14.19795 8.309018 77.49304 12 0.085983 14.91980 8.344089 76.73612 13 0.088947 15.43446 8.374188 76.19135 14 0.091810 15.82255 8.417151 75.76030 15 0.094586 16.14873 8.476820 75.37445 16 0.097282 16.45501 8.547571 74.99742 17 0.099908 16.76007 8.620600 74.61933 18 0.102470 17.06475 8.688103 74.24715 19 0.104970 17.36058 8.745554 73.89387 20 0.107413 17.63729 8.792148 73.57056

B. Analisis Variance Decomposition Model Gula

Variasi harga gula Thailand selama 20 periode mendatang, dapat dilihat pada Tabel 26. Harga gula Thailand dapat dijelaskan oleh dirinya sendiri sebesar 33 persen, 38 persen oleh harga gula Filipina, dan harga Indonesia berpengaruh sebesar 29 persen. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa harga gula Filipina berpengaruh dalam pembentukan harga gula Thailand dengan nilai yang hampir sama. Hal ini disebabkan oleh karena Thailand dan Filipina merupakan eksportir gula dengan salah satu konsumen yang sama yaitu Indonesia. Artinya ada 103 persaingan harga disini dimana Thailand akan memperhatikan harga gula yang terjadi di Filipina agar tetap dapat bersaing untuk pasar gula Indonesia. Tabel 26. Hasil Analisis Variance Decomposition Variabel Harga Gula Thailand Selama 20 Periode Mendatang Variance Decomposition of LOGPSTHAI: Periode Standard Error LOGPSTHAI LOGPSPHP LOGPSINA 1 0.066665 100.0000 0.000000 0.000000 2 0.074726 91.82771 7.069212 1.103075 3 0.088874 76.65478 11.75704 11.58818 4 0.100000 66.59182 17.95967 15.44851 5 0.111716 58.88535 22.53619 18.57846 6 0.121665 53.75833 26.11878 20.12289 7 0.130722 49.83163 28.77616 21.39222 8 0.139009 46.71842 30.84412 22.43745 9 0.146849 44.17121 32.45166 23.37713 10 0.154346 42.07144 33.71037 24.21819 11 0.161580 40.32331 34.69269 24.98400 12 0.168593 38.85500 35.46148 25.68352 13 0.175413 37.61135 36.06652 26.32212 14 0.182055 36.55046 36.54800 26.90154 15 0.188527 35.63915 36.93703 27.42382 16 0.194834 34.85057 37.25745 27.89199 17 0.200977 34.16281 37.52706 28.31013 18 0.206960 33.55810 37.75895 28.68295 19 0.212789 33.02211 37.96253 29.01536 20 0.218469 32.54338 38.14442 29.31220 Tabel 27 memperlihatkan persentase perubahan variabel harga gula Filipina selama 20 periode mendatang, berapa persen dapat dijelaskan oleh dirinya sendiri dan berapa persen dapat dijelaskan oleh variabel harga gula negara lain. Variasi harga gula Filipina dapat dijelaskan oleh dirinya sendiri sebesar 53 persen, 29 persen oleh harga gula Indonesia, dan 18 persen oleh harga gula Thailand. Besaran persentase pengaruh harga gula Indonesia terhadap Filipina yang lebih besar dibandingkan Thailand terhadap Filipina menunjukkan hasil yang sedikit berbeda dengan variasi pada pasar gula Thailand, dalam penentuan harganya disini justru Filipina lebih memperhatikan harga gula yang terjadi di negara 104 konsumennya yaitu Indonesia. Filipina lebih independen dalam menentukan harga gulanya dalam jangka panjang. Tabel 27. Hasil Analisis Variance Decomposition Variabel Harga Gula Filipina Selama 20 Periode Mendatang Variance Decomposition of LOGPSPHP: Periode Standard Error LOGPSTHAI LOGPSPHP LOGPSINA 1 0.020601 1.505107 98.49489 0.000000 2 0.030692 6.569186 93.40400 0.026815 3 0.036853 6.028927 93.43282 0.538255 4 0.041069 5.356104 94.06805 0.575842 5 0.044783 4.813961 93.62210 1.563940 6 0.048656 4.772191 91.27664 3.951167 7 0.052764 5.343517 87.55676 7.099719 8 0.057116 6.424554 83.00057 10.57488 9 0.061643 7.793821 78.23994 13.96624 10 0.066270 9.272470 73.70348 17.02405 11 0.070902 10.73333 69.64628 19.62039 12 0.075458 12.09544 66.16307 21.74149 13 0.079877 13.31472 63.24893 23.43636 14 0.084122 14.37617 60.84631 24.77752 15 0.088179 15.28390 58.87866 25.83743 16 0.092046 16.05226 57.26848 26.67926 17 0.095734 16.69965 55.94576 27.35458 18 0.099256 17.24503 54.85100 27.90397 19 0.102629 17.70602 53.93547 28.35852 20 0.105869 18.09815 53.16026 28.74159 Selama 20 periode mendatang, harga gula Indonesia lebih dipengaruhi oleh dirinya sendiri sebesar 47 persen, sisanya dapat dijelaskan oleh variabel harga gula Thailand sebesar 27 persen dan variabel harga gula Filipina sebesar 26 persen Tabel 28. Dari nilai persentase tersebut dapat dilihat bahwa dalam jangka panjang pengaruh pasar gula Thailand dan Filipina hampir sama dalam penentuan harga gula Indonesia. Penyebabnya adalah Indonesia merupakan negara pengimpor gula dari kedua negara tersebut Thailand dan Filipina sehingga ada efek substitusi disini, dimana apabila harga gula di salah satu negara jauh lebih 105 tinggi maka kemungkinan Indonesia hanya mengimpor gula dari negara yang menawarkan harga lebih rendah. Tabel 28. Hasil Analisis Variance Decomposition Variabel Harga Gula Indonesia Selama 20 Periode Mendatang Variance Decomposition of LOGPSINA: Periode Standard Error LOGPSTHAI LOGPSPHP LOGPSINA 1 0.024853 1.141363 4.261314 94.59732 2 0.040369 9.418561 5.789959 84.79148 3 0.053727 16.45526 7.785437 75.75930 4 0.064771 21.63762 9.132298 69.23008 5 0.073448 24.80736 10.37538 64.81726 6 0.080376 26.71571 11.64549 61.63880 7 0.085947 27.85914 12.98733 59.15353 8 0.090511 28.51611 14.36675 57.11713 9 0.094326 28.84333 15.74286 55.41381 10 0.097602 28.94563 17.08192 53.97245 11 0.100497 28.90050 18.36086 52.73864 12 0.103131 28.76470 19.56453 51.67077 13 0.105586 28.57798 20.68410 50.73792 14 0.107922 28.36708 21.71592 49.91699 15 0.110179 28.14954 22.66050 49.18995 16 0.112384 27.93652 23.52144 48.54204 17 0.114554 27.73478 24.30443 47.96079 18 0.116699 27.54793 25.01642 47.43564 19 0.118824 27.37741 25.66493 46.95766 20 0.120930 27.22312 26.25748 46.51940 Secara keseluruhan, hasil analisis Variance Decomposition pada model gula menunjukkan bahwa pasar gula Filipina lebih dapat menjelaskan variasi yang ada jika terjadi gangguan dibandingkan dengan dua pasar gula lainnya, artinya perubahan yang terjadi lebih besar berasal dari dirinya sendiri. Dari hasil analisis diketahui bahwa harga gula Indonesia menjadi referensi pada pembentukan harga gula di Filipina. Jika dibandingkan hasil analisis Variance Decomposition pada model beras dengan hasil analisis pada model gula, dapat dilihat bahwa pasar beras Indonesia lebih dapat menjelaskan variasi harga yang terjadi dibandingkan dengan pasar gulanya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hal ini 106 disebabkan oleh karena tingkat impor beras Indonesia lebih kecil dari impor gulanya, kondisi ini sebagai akibat kecilnya produksi gula Indonesia sehingga kebutuhan konsumsi gula lebih banyak dipenuhi dari impor.

5.5. Kebijakan dan Implikasi

Implikasi kebijakan merupakan saran yang dapat diberikan kepada kebijakan yang telah ada berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan. Implikasi kebijakan diperlukan sebagai masukan untuk memperbaiki kinerja perdagangan beras dan gula di Indonesia. Dari hasil pembahasan tentang integrasi pasar yang telah dijelaskan sebelumnya, maka implikasi kebijakan dibagi menjadi dua yaitu tentang perdagangan beras di Indonesia dan tentang perdagangan gula di Indonesia. Hasil penelitian mengenai integrasi pasar beras dan gula yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa integrasi pasar beras dan gula diantara negara Thailand, Filipina dan Indonesia terbukti sangat lemah. Kondisi ini disebabkan oleh masih adanya kebijakan pengendalian impor baik tarif maupun nontarif yang diterapkan oleh tiga negara ASEAN tersebut terhadap komoditi beras dan gula. Kebijakan perdagangan yang memproteksi pasar domestik tersebut akan menghambat terjadinya integrasi pasar. Padahal apabila integrasi pasar terjadi dengan baik sempurna, berarti perdagangan bebas telah dijalankan. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa salah satu keuntungan tambahan dari perdagangan bebas yang sangat penting adalah terpupuknya skala ekonomi economic of scale. Perdagangan bebas akan menghindarkan terjadinya kerugian efisiensi yang seringkali diakibatkan oleh adanya proteksi.