93
A. Analisis Impulse Response Model Beras
Gambar 9 menampilkan grafik Impulse Response model beras akibat adanya perubahan atau shock berupa kenaikan satu standar deviasi dari suatu variabel
endogen dalam sistem. Pada baris pertama adalah Impulse Response untuk harga beras Thailand, baris kedua adalah Impulse Response untuk harga beras Filipina
dan baris ketiga adalah Impulse Response untuk harga beras Indonesia. Dari sembilan grafik yang disajikan, hanya 6 grafik yang akan dibahas karena 3 grafik
lainnya hanya menjelaskan respon suatu variabel karena perubahan atau shock berupa kenaikan satu standar deviasi dari variabel itu sendiri. Periode yang
digunakan dalam analisis adalah 20 periode 1 periode sama dengan 1 bulan, artinya respon suatu variabel berlaku sampai 20 bulan mendatang.
Shock pada harga beras Thailand akan menyebabkan kenaikan pada harga
beras Filipina di awal periode dan turun pada periode 4, selanjutnya mengalami sedikit kenaikan pada pertengahan periode untuk kemudian stabil sampai akhir
periode. Dari hal ini dapat dijelaskan bahwa gangguan pada pasar beras Thailand akan menyebabkan pasar beras di Filipina menjadi tidak stabil. Respon harga
beras Indonesia terhadap shock pada harga beras Thailand tidak terlalu berfluktuasi, dimana akan sedikit menurun sampai periode 10 kemudian stabil
sampai akhir periode. Adanya shock pada harga beras Filipina akan menyebabkan harga beras
Thailand mengalami sedikit kenaikan pada awal periode dan mulai turun setelah periode kedua, kembali naik pada periode keenam dan stabil sampai akhir periode.
Perubahan pada harga beras Filipina tidak akan memberikan pengaruh yang banyak pada harga beras Indonesia. Hal ini ditandai dengan grafik yang hanya
94 sedikit tidak stabil sampai periode 4, dapat dikatakan grafik berbentuk hampir
datar dari awal sampai akhir periode. Harga beras Thailand dan Filipina memberikan respon yang hampir sama ketika terjadi shock pada harga beras
Indonesia, turun pada awal sampai pertengahan periode dan sedikit naik untuk kemudian stabil sampai akhir periode.
-.06 -.04
-.02 .00
.02 .04
.06 .08
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
Response of LOGPRT HAI to LOGPRT HAI
-.06 -.04
-.02 .00
.02 .04
.06 .08
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
Response of LOGPRT HAI to LOGPRPHP
-.06 -.04
-.02 .00
.02 .04
.06 .08
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
Response of LOGPRT HAI to LOGPRINA
-.03 -.02
-.01 .00
.01 .02
.03 .04
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
Response of LOGPRPHP to LOGPRT HAI
-.03 -.02
-.01 .00
.01 .02
.03 .04
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
Response of LOGPRPHP to LOGPRPHP
-.03 -.02
-.01 .00
.01 .02
.03 .04
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
Response of LOGPRPHP to LOGPRINA
-.02 -.01
.00 .01
.02 .03
.04
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
Response of LOGPRINA to LOGPRT HAI
-.02 -.01
.00 .01
.02 .03
.04
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
Response of LOGPRINA to LOGPRPHP
-.02 -.01
.00 .01
.02 .03
.04
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
Response of LOGPRINA to LOGPRINA
Response to Cholesky One S.D. Innovations
Gambar 9. Grafik Impulse Response Model Beras Grafik respon harga beras Thailand dan respon harga beras Filipina terhadap
masing-masing variabel yang di-shock menunjukkan arah dan bentuk yang hampir sama. Hal ini sangat berbeda dengan respon yang diberikan oleh harga beras
Indonesia yang menunjukkan pola yang berbeda dari Thailand dan Filipina,
95 respon yang diberikan pasar beras Indonesia juga relatif stabil terhadap harga.
Dapat dikatakan bahwa hanya harga beras Thailand dan Filipina yang memiliki kecenderungan pergerakan yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar
beras Indonesia sedikit terisolasi dari pasar beras dua negara lainnya. Secara keseluruhan, perubahan yang terjadi pada salah satu pasar akibat
adanya gangguan pada pasar lain dalam analisis model beras ini sangatlah kecil. Hal ini dapat dilihat dari nilai perubahan yang terjadi lebih kecil dari satu. Kondisi
ini disebabkan oleh masih adanya kebijakan pengendalian impor baik tarif maupun nontarif yang diterapkan oleh negara-negara anggota ASEAN terhadap
produk beras. Walaupun AFTA sudah berjalan, tetapi negara anggota ASEAN masih berhak menetapkan kebijakan-kebijakan perdagangan bagi komoditi yang
dianggap sebagai komoditas yang mempunyai nilai strategis bagi ketahanan pangan dan peningkatan pertumbuhan perekonomian sampai dengan waktu yang
disepakati. Dapat dilihat pada Tabel 4 dalam Bab 2, bahwa dalam mekanisme CEPT
Filipina masih memasukkan beras dalam status Sensitive List SL. Indonesia bahkan memasukkan beras ke dalam status High Sensitive List HSL, kondisi
inilah yang menyebabkan pasar beras Indonesia sedikit terisolasi dari dua pasar beras negara lainnya. Untuk kebijakan nontarif, Thailand membuat peraturan
sangat ketat dalam kegiatan impor beras untuk melindungi pendapatan petani lokalnya. Kebijakan pengendalian impor yang diterapkan adalah hambatan
perdagangan yang merupakan perlindungan terhadap pasar domestik, hal ini menyebabkan pengaruh dari pasar negara lain sangat kecil terhadap pasar
domestik.
96 Selain kebijakan perdagangan internasional tersebut, kebijakan domestik
yang diterapkan masing-masing pemerintah terhadap komoditi beras juga merupakan faktor lain yang menyebabkan kecilnya pengaruh pasar beras satu
negara terhadap pasar beras negara lainnya. Hal ini dikarenakan harga yang dipakai dalam penelitian merupakan harga beras di tingkat retail atau konsumen
sehingga banyak intervensi pasar yang terjadi dalam pembentukan harga.
B. Analisis Impulse Response Model Gula