Rumusan Masalah Integrasi Pasar Beras dan Gula di Thailand, Filipina dan Indonesia

22

1.2. Rumusan Masalah

Menurut Sawit 2006, Thailand adalah salah satu negara eksportir utama beras di dunia atau sekitar 7 juta ton per tahun. Indonesia telah menjadi negara net importir beras sejak lama. Pada periode 1998-1999, terjadi penurunan produksi padi yang bersamaan dengan krisis ekonomi, sehingga impor beras tertinggi yaitu mencapai 3.8 juta ton per tahun, dengan tingkat ketergantungan impor hampir 11 persen. Namun, impor beras menurun drastis pada periode 2004-2005, karena Indonesia melarang impor beras, kecuali beberapa jenis beras untuk penggunaan tertentu. Pada periode ini, impor hanya 206 ribu ton per tahun, dengan tingkat swasembada mencapai 99.5 persen. Tabel 3. Peta Aliran Perdagangan Beras dan Gula Antaranggota ASEAN, Tahun 2005 000 US Ekspor Impor Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 Indonesia n.a. n.a. 3.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Malaysia 0.00 0.00 n.a. n.a. 12.94 0.00 111.65 0.00 3.32 0.00 Filipina 0.00 12 467.51 68.78 0.00 n.a. n.a. 0.00 0.00 20 061.98 0.08 Singapura 0.00 0.00 0.35 0.00 0.00 0.00 n.a. n.a. 159.20 0.00 Thailand 32 489.04 0.00 93 533.88 12 019.86 0.07 0.00 73 159.16 111.92 n.a. n.a. Sumber: World Bank, 2005 diolah Keterangan: 1 Beras; 2 Gula Thailand menjadi eksportir utama bagi negara anggota ASEAN yang lain dalam perdagangan beras dan gula. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 3 tentang peta aliran perdagangan beras dan gula antaranggota ASEAN 5. Ekspor beras dilakukan oleh Thailand ke Indonesia, Malaysia, Filipina dan Singapura; Indonesia ke Malaysia; Malaysia ke Filipina, Singapura dan Thailand; Filipina ke Malaysia dan Thailand; Singapura ke Malaysia dan Thailand. Sedangkan ekspor gula dilakukan oleh Thailand ke Malaysia dan Singapura; Filipina ke Indonesia 23 dan Thailand. Dari penjelasan ini diduga terdapat hubungan ekspor-impor beras dan gula antarnegara anggota ASEAN tersebut, artinya ada aliran barang beras dan gula dari satu negara ke negara lain di ASEAN. Adanya aliran barang mengindikasikan hubungan yang saling mempengaruhi antara satu negara dengan negara lain. Berdasarkan data harga beras dan gula di Thailand, Filipina dan Indonesia, dapat dikatakan bahwa hubungan harga di ketiga pasar ada indikasi bergerak bersama. Namun, Gambar 1 dan Gambar 2 menunjukkan bahwa ketika harga ketiga negara tersebut diplotkan dari tahun 1991 sampai tahun 2006 terlihat bahwa trend harga yang terjadi tidak selalu sama atau searah. 50 100 150 200 250 300 350 19 91 19 92 19 93 19 94 19 95 19 96 19 97 19 98 19 99 20 00 20 01 20 02 20 03 20 04 20 05 20 06 TAHUN N IL A I U S T O N Thailand Indonesia Filipina Sumber: FAO Statistics Division, 2008 Gambar 1. Harga Produsen Beras di Thailand, Indonesia dan Filipina, Tahun 1991-2006 Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa antara pasar beras Thailand dan Indonesia terdapat trend harga yang hampir sama atau searah dari tahun 1991 sampai tahun 2006. Hal ini terjadi karena ketika harga bergerak naik atau turun 24 maka harga di kedua negara tersebut juga bergerak dengan arah yang sama. Kecuali pada tahun 1998, ketika terjadi krisis ekonomi yang melanda Indonesia dapat dilihat bahwa harga beras Indonesia dalam satuan US per ton bergerak turun sangat drastis, hal ini dikarenakan nilai tukar mata uang domestik Rupiah melemah terhadap US. Dari gambar tersebut dapat diduga bahwa pasar beras Indonesia dan Thailand terintegrasi. Berbeda dengan pasar beras di Filipina dimana trend harga yang muncul agak berbeda dengan pasar beras Indonesia dan Thailand. Dapat dilihat bahwa baru tahun 2000 trend harga beras yang terjadi di Filipina bergerak hampir sama atau searah dengan harga beras Indonesia dan Thailand. 10 20 30 40 50 60 19 91 19 92 19 93 19 94 19 95 19 96 19 97 19 98 19 99 20 00 20 01 20 02 20 03 20 04 20 05 20 06 TAHUN N IL A I U S T O N Thailand Indonesia Filipina Sumber: FAO Statistics Division, 2008 Gambar 2. Harga Produsen Gula di Thailand, Indonesia dan Filipina, Tahun 1991- 2006 Pasar gula di Thailand sangat berbeda dengan pasar gula di Filipina dan Indonesia yang memiliki trend harga yang hampir sama dari tahun 1991 sampai tahun 1994. Dapat dilihat pada Gambar 2, mulai tahun 1995 terjadi perbedaan 25 yang besar pada harga gula di Filipina dan Indonesia. Mulai tahun 2004 trend harga mulai menunjukkan arah yang hampir sama, hal ini mungkin disebabkan oleh mulai diberlakukannya AFTA yang mengakibatkan adanya keterpaduan pasar gula antar ketiga negara tersebut. AFTA artinya terjadi liberalisasi perdagangan barang antarnegara anggota ASEAN sebagai akibat adanya pengurangan dan eliminasi tarif, penghapusan hambatan-hambatan nontarif dan perbaikan terhadap kebijakan-kebijakan fasilitasi perdagangan. Liberalisasi perdagangan komoditi pangan memunculkan pertanyaan yaitu apakah dinamika harga di tingkat pasar dunia secara otomatis akan mempengaruhi naik turunnya harga di tingkat konsumen domestik. Secara teoritis liberalisasi perdagangan global yang ditandai dengan penghapusan bea masuk impor dan hambatan perdagangan lainnya akan membuat pasar pangan dunia dan pasar pangan domestik secara spasial semakin terintegrasi. Apabila dinamika harga di tingkat pasar dunia secara otomatis mempengaruhi naik turunnya harga di tingkat konsumen domestik, berarti ketahanan pangan di tingkat rumah tangga rentan terhadap gejolak harga di pasar dunia Purwoto et al. 2002. Integrasi pasar artinya terdapat keterpaduan pasar satu dengan pasar lainnya. Menurut Sitorus 2004, keterpaduan pasar dapat terjadi jika terdapat informasi yang memadai dan informasi ini disalurkan dengan cepat dari satu pasar ke pasar yang lain, sehingga perubahan harga yang terjadi pada suatu pasar dapat dengan segera tertangkap oleh pasar lain dengan ukuran perubahan yang sama. Seharusnya dengan diberlakukannya AFTA maka akan terjadi integrasi pasar antarnegara di ASEAN. Berdasarkan hal tersebut maka muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut: 26 1. Bagaimana integrasi pasar beras dan gula di Thailand, Filipina dan Indonesia. Apakah perubahan yang terjadi di dalam pasar beras dan gula suatu negara akan mempengaruhi pergerakan pasar beras dan gula negara lain. 2. Berapa besar perubahan harga beras dan gula di Indonesia berasal dari dirinya sendiri dan berapa besar berasal dari pengaruh harga beras dan gula di Thailand dan Filipina. 3. Bagaimana implikasi kebijakannya terhadap perdagangan beras dan gula di Indonesia. Indonesia di ASEAN adalah negara net importir, maka kajian ini sangat penting dilakukan untuk melihat seberapa besar keterkaitan Indonesia terhadap negara eksportir. Hal ini nantinya akan berhubungan dengan ketersediaan pangan khususnya beras dan gula dalam pasar domestik apabila nantinya terjadi gangguan pada pasar dunia khususnya pasar ASEAN.

1.3. Tujuan Penelitian