Analisis Impulse Response Model Gula

96 Selain kebijakan perdagangan internasional tersebut, kebijakan domestik yang diterapkan masing-masing pemerintah terhadap komoditi beras juga merupakan faktor lain yang menyebabkan kecilnya pengaruh pasar beras satu negara terhadap pasar beras negara lainnya. Hal ini dikarenakan harga yang dipakai dalam penelitian merupakan harga beras di tingkat retail atau konsumen sehingga banyak intervensi pasar yang terjadi dalam pembentukan harga.

B. Analisis Impulse Response Model Gula

Grafik Impulse Response model gula disajikan pada Gambar 10. Dapat dilihat baris pertama adalah Impulse Response untuk harga gula Thailand, baris kedua adalah Impulse Response untuk harga gula Filipina dan baris ketiga adalah Impulse Response untuk harga gula Indonesia. Dari sembilan grafik yang disajikan, hanya 6 grafik yang akan dibahas karena 3 grafik lainnya hanya menjelaskan respon suatu variabel karena perubahan atau shock dari variabel itu sendiri. Periode yang digunakan dalam analisis sebanyak 20 periode, artinya respon suatu variabel berlaku sampai 20 periode mendatang. Perubahan harga gula Thailand menyebabkan harga gula Filipina mengalami kenaikan sampai 2 periode pertama dan turun sampai periode 5. Sebelum stabil pada akhir periode, harga gula sempat mengalami kenaikan mulai periode 5 sampai periode 13. Harga gula Indonesia merespon perubahan harga gula Thailand dengan lebih stabil, dimana mengalami kenaikan pada awal periode dan terus turun hingga mencapai kestabilan mulai periode 14 sampai akhir periode. Harga gula Thailand dan harga gula Indonesia merespon perubahan harga di Filipina dengan arah pergerakan yang hampir sama, dimana mengalami kenaikan 97 pada awal periode dan kembali stabil mulai periode 6. Respon harga gula Thailand lebih stabil dibandingkan respon harga gula Filipina terhadap perubahan pada harga gula Indonesia. Naik di awal periode dan kembali stabil pada periode 3 sampai akhir periode. Pada periode awal perubahan harga gula Indonesia tidak memberikan pengaruh pada harga gula Filipina, hal ini terbukti dari grafik yang menunjukkan posisi stabil, harga turun mulai periode 2 sampai periode 3 kembali naik sampai pertengahan periode untuk kemudian stabil sampai akhir periode. .00 .01 .02 .03 .04 .05 .06 .07 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Response of LOGPSTHAI to LOGPSTHAI .00 .01 .02 .03 .04 .05 .06 .07 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Response of LOGPSTHAI to LOGPSPHP .00 .01 .02 .03 .04 .05 .06 .07 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Response of LOGPSTHAI to LOGPSINA -.005 .000 .005 .010 .015 .020 .025 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Response of LOGPSPHP to LOGPSTHAI -.005 .000 .005 .010 .015 .020 .025 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Response of LOGPSPHP to LOGPSPHP -.005 .000 .005 .010 .015 .020 .025 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Response of LOGPSPHP to LOGPSINA .000 .005 .010 .015 .020 .025 .030 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Response of LOGPSINA to LOGPSTHAI .000 .005 .010 .015 .020 .025 .030 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Response of LOGPSINA to LOGPSPHP .000 .005 .010 .015 .020 .025 .030 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Response of LOGPSINA to LOGPSINA Response to Cholesky One S.D. Innovations Gambar 10. Grafik Impulse Response Model Gula Pada model gula dapat dilihat bahwa perubahan yang terjadi akibat gangguan dari salah satu pasar sangat kecil pengaruhnya terhadap perubahan pada pasar lain. Bahkan pengaruhnya lebih kecil dibandingkan dengan model beras 98 dimana hampir semua nilainya mendekati nol. Sama halnya dengan pasar beras, dalam mekanisme CEPT Indonesia juga masih memasukkan gula ke dalam HSL. Berbeda dengan Thailand yang sudah menetapkan tarif impor gula sebesar 5 persen, dan Filipina 38 persen dapat dilihat pada Tabel 4. Selain kebijakan tarif tersebut, ketiga negara ini juga menetapkan kebijakan nontarif yang cukup ketat untuk impor gula. Hal inilah yang juga menyebabkan kecilnya pengaruh pasar gula negara lain terhadap pasar gula domestik di masing-masing negara tersebut.

5.4.2. Analisis Variance Decomposition