Tinjauan Penelitian Terdahulu Integrasi Pasar Beras dan Gula di Thailand, Filipina dan Indonesia

47 datang future values dari variabel-variabel endogen yang terdapat dalam model yang diamati. b. The Cholesky Decomposition The Cholesky Decomposition atau biasa disebut juga dengan The Variance Decomposition memberikan informasi mengenai variabel inovasi yang relatif lebih penting dalam VAR. Pada dasarnya tes ini merupakan metode lain untuk menggambarkan sistem dinamis yang terdapat dalam VAR. Tes ini digunakan untuk menyusun perkiraan error variance suatu variabel, yaitu seberapa besar perbedaan antara variance sebelum dan sesudah shock , baik yang berasal dari diri sendiri maupun shock dari variabel lain.

2.6. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Bagian ini akan membahas hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai integrasi pasar, baik komoditi pangan maupun komoditi lainnya. Pembahasan juga menyangkut tentang penelitian-penelitian yang menggunakan metode VAR dan Index of Market Connection IMC. Sampai saat ini penelitian-penelitian tentang integrasi pasar telah banyak dilakukan, tetapi yang membahas khusus tentang komoditi pangan beras dan gula di kawasan ASEAN masih terbatas. Menurut Irawan dan Rosmayanti 2007, salah satu cara untuk memahami struktur, tingkah laku dan efektivitas pasar adalah dengan memahami kekuatan relatif suatu pasar serta mekanisme perambatan harga dari satu pasar ke pasar lainnya melalui kajian integrasi pasar, hal ini akan membantu pemerintah untuk menentukan kebijakan harga yang tepat. Sejalan dengan hal tersebut, Adiyoga et al . 2006, yang meneliti tentang integrasi pasar kentang di beberapa kota besar 48 pusat konsumsi mengemukakan bahwa pengukuran integrasi pasar kentang dapat memberikan informasi penting menyangkut cara kerja pasar yang dapat berguna untuk memperbaiki kebijakan liberalisasi pasar, memantau pergerakan harga, melakukan peramalan harga dan memperbaiki kebijakan investasi infrastruktur pemasaran kentang. Menurut Adiyoga et al. 2006, beberapa alternatif pengujian tersedia untuk mengkaji kointegrasi, namun telah terbukti bahwa pendekatan VAR yang dikembangkan oleh Johansen 1988 menunjukkan keragaan yang lebih baik dibandingkan dengan pendekatan persamaan tunggal serta metode multivariat lainnya. Pendekatan VAR semakin sering digunakan dalam studi deliniasi pasar. Hal ini sejalan dengan pendapat Hadi 2003, yang menjelaskan bahwa VAR merupakan alat analisis atau metode statistik yang bisa digunakan baik untuk memproyeksikan sistem variabel-variabel runtut waktu maupun untuk menganalisis dampak dinamis dari faktor gangguan yang terdapat dalam sistem variabel tersebut. Selain itu, VAR juga merupakan alat analisis yang sangat berguna, baik dalam memahami adanya hubungan timbal balik interrelationship antara variabel-variabel ekonomi, maupun di dalam pembentukan model ekonomi berstruktur. Selanjutnya Hadi 2003, mengemukakan bahwa pada dasarnya analisis VAR bisa dipadankan dengan suatu model persamaan simultan, oleh karena dalam analisis VAR kita mempertimbangkan beberapa variabel endogen secara bersama-sama dalam suatu model. Perbedaannya dengan model persamaan simultan biasa adalah bahwa dalam analisis VAR masing-masing variabel selain diterangkan oleh nilainya di masa lampau, juga dipengaruhi oleh nilai masa lalu 49 dari semua variabel endogen lainnya dalam model yang diamati. Di samping itu, dalam analisis VAR biasanya tidak ada variabel eksogen dalam model tersebut. Adiyoga et al. 2006, mengatakan bahwa semakin banyak studi integrasi pasar yang menggunakan pendekatan dua tahap Engle-Granger EG. Beberapa penelitian yang menggunakan pendekatan ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Irawan dan Rosmayanti 2007, Anwar 2005, dan Hadi 2003. Tahap pertama ditempuh dengan melakukan pengujian apakah data harga yang dikaji bersifat nonstationary I1 berdasarkan uji Augmented Dickey-Fuller ADF, atau berdasarkan uji unit root lainnya. Tahap kedua dilakukan dengan mengestimasi suatu model statis sederhana dari serial harga I1 terhadap serial harga I1 lainnya, serta menguji apakah residualnya bersifat stationary I0. Selanjutnya ditarik kesimpulan bahwa harga-harga menyebar menuju suatu ekuilibrium jangka panjang dan bahwa pasar terintegrasi jika hipotesis nol dari simpangan nonstasioner ditolak. Hadi 2003, yang menggunakan analisis VAR untuk mencari ada tidaknya korelasi timbal balik antara pertumbuhan ekonomi dan investasi pemerintah di Indonesia menyatakan bahwa keunggulan dari analisis VAR antara lain adalah: 1 metode ini sederhana, kita tidak perlu khawatir untuk membedakan mana variabel endogen, mana variabel eksogen, 2 estimasinya sederhana, dimana metode OLS biasa dapat diaplikasikan pada tiap-tiap persamaan secara terpisah, dan 3 hasil perkiraan yang diperoleh dengan menggunakan metode ini dalam banyak kasus lebih bagus dibandingkan dengan hasil yang didapat dengan menggunakan model persamaan simultan yang kompleks sekalipun. 50 Hasil penelitian Adiyoga et al. 2006, menemukan bahwa penggunaan analisis kointegrasi terhadap data serial harga harian, mingguan dan bulanan secara konsisten mengindikasikan bahwa pasar kentang di Jakarta, Bandung, Sumatera Utara dan Singapura terintegrasi. Kointegrasi dalam hal ini merupakan implikasi statistik dari adanya hubungan jangka panjang antara peubah-peubah ekonomi harga. Hubungan jangka panjang tersebut mengandung arti bahwa peubah harga bergerak bersamaan sejalan dengan waktu. Pasar kentang yang terintegrasi seperti ini akan banyak membantu produsen dan konsumen, karena rantai pasokan yang ada dapat mentransmisikan sinyal harga secara benar. Sebagai konsekuensi dari kondisi ini, konsumen di pasar tertentu tidak perlu membayar lebih mahal dan produsen dapat melakukan spesialisasi berdasarkan keunggulan komparatifnya. Hal ini pada gilirannya akan mengarah pada penggunaan sumber daya yang lebih efisien. Irawan dan Rosmayanti 2007, mengemukakan hasil penelitiannya bahwa dari hasil uji kointegrasi dapat disimpulkan pasar beras di wilayah Provinsi Bengkulu belum terintegrasi secara penuh. Jadi pasar beras di Provinsi Bengkulu ada yang independen dan ada yang saling ketergantungan satu dengan yang lainnya. Kondisi ini menunjukkan masih terdapat pengaruh-pengaruh eksogenus yang dapat mempengaruhi harga beras. Jika pasar beras tidak terintegrasi secara penuh berarti pasar dalam struktur bersaing tidak sempurna. Hasil penelitian Bustaman 2003, menyatakan secara umum dapat dikatakan bahwa pasar beras tingkat provinsi di Indonesia saling terintegrasi dengan provinsi-provinsi lainnya, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Hal ini menunjukkan bahwa semua provinsi di Indonesia terhubung ke dalam satu sistem perdagangan yang 51 terpadu, sehingga kondisi keseimbangan di suatu pasar akan saling mempengaruhi keseimbangan di pasar lainnya. Integrasi yang baik dapat dijadikan indikator bahwa kinerja pemasaran komoditi beras domestik secara keseluruhan bekerja secara efisien. Provinsi yang memiliki hubungan self sufficient-defisit dan surplus-defisit memiliki derajat integrasi paling tinggi, sedangkan provinsi yang memiliki hubungan self sufficient-self sufficient memiliki derajat integrasi paling rendah. Kondisi ini mencerminkan bahwa integrasi pasar yang terjadi merupakan integrasi pasar alamiah. Hal ini dikarenakan pasar yang defisit akan mendatangkan beras dari pasar sekitarnya, terutama dari daerah surplus untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya. Provinsi yang relatif self sufficient akan mendatangkan beras dari daerah surplus, sehingga peluang perdagangan dengan provinsi sesama self sufficient menjadi rendah. Integrasi pasar juga bisa dianalisis dengan model IMC melalui pendekatan Autoregressive Distributed Lag . Beberapa penelitian yang menggunakan model ini adalah seperti yang dilakukan oleh Laping 1999 untuk produk pertanian utama di China gandum, jagung dan daging babi; Djulin dan Malian 2002 untuk komoditi lada hitam dan lada putih; Purwoto et al. 2002 untuk komoditi pangan beras, jagung dan kedelai; Sitorus 2004 untuk komoditi tuna; dan Zain 2007 untuk komoditi beras. Analisis integrasi pasar dilakukan dengan menggunakan persamaan yang diturunkan dan dimodifikasi dari model Ravallion 1986. Nilai Parameter hasil estimasi model dapat digunakan untuk menghitung IMC, dimana kedua tingkat pasar terpadu secara sempurna jika nilai IMC=0 dan masih cukup kuat jika IMC1. Jika IMC1, hal ini berarti integrasi lemah dan jika 52 IMC= berarti dua tingkatan pasar tersebut sama sekali tidak berhubungan satu sama lain. Penelitian mengenai integrasi pasar di ASEAN pernah dilakukan oleh Maknun 2008 yang menganalisis tentang integrasi pasar uang negara ASEAN dan Hongkong. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa meskipun dalam jangka pendek integrasi pasar uang tidak terjadi akan tetapi dalam jangka panjang menunjukkan adanya integrasi pasar uang uji stasioneritas data dan uji kointegrasi Johansen. Selain itu dari penelitian ini dijelaskan hubungan jangka panjang kointegrasi yang terjadi ditunjukkan oleh persamaan ketiga negara ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura. Penulis menyatakan bahwa dengan adanya integrasi pasar uang berarti negara negara yang terintegrasi sudah tidak independen lagi dalam menetapkan kebijakan ekonominya. Selain itu hasil penelitian Oktariza 2000, tentang analisis ekonomi perkembangan pasar ekspor- impor udang antar empat negara ASEAN mengemukakan bahwa pasar udang ASEAN merupakan pasar yang saling terkait karena negara-negara ASEAN, khususnya Indonesia, Malaysia, Thailand dan Singapura, merupakan penghasil dan pemasar udang yang saling tergantung satu sama lain. Indonesia dan Thailand merupakan pemasok utama udang untuk pasar ASEAN, sedangkan Singapura merupakan pasar entreport udang ASEAN. Penelitian tentang kointegrasi prilaku perdagangan di beberapa negara ASEAN dilakukan oleh Bakar 2004 yang menggunakan pendekatan Dinamic Ordinary Least Squares OLS dan Johansen Maximum Likelihood. Hasilnya menjelaskan bahwa pendapatan asing luar negeri mempunyai pengaruh yang 53 signifikan pada permintaan ekspor, hal ini berarti gangguan pada kegiatan ekonomi luar negeri suatu negara akan ditransmisikan kepada negara-negara lain. Sama dengan beberapa penelitian terdahulu yang menganalisis tentang integrasi pasar, penelitian ini juga menggunakan pendekatan metode VAR. Tetapi kebanyakan penelitian-penelitian tersebut tidak melakukan analisis lebih lanjut setelah pembentukan sistem VECM. Padahal secara individual koefisien di dalam model VAR sulit dinterpretasikan Widarjono, 2007. Pada penelitian ini untuk mendapatkan hasil analisis yang lebih baik mengenai integrasi pasar beras dan gula di tiga negara ASEAN, maka dilakukan analisis lebih lanjut setelah pembentukan sistem VECM yaitu analisis Impulse Response dan Variance Decomposition . 54 III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Operasional