Prinsip keamanan dan keselamatan merupakan norma hukum yang mengharuskan suatu antisipasi dari ancaman bahaya bagi seseorang, baik yang
disebabkan karena kesengajaan maupun karena kelalaian. Hak memperoleh keamanan dan keselamatan terutama ditujukan pada kepada para penumpang
angkutan udara. Dalam rangka pelaksanaan prinsip ini, Pemerintah mempunyai peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dan termasuk perusahaan angkutan
udara. Prinsip keamanan dan keselamatan dalam dunia bisnis penerbangan fokusnya
adalah mengutamakan kepentingan para penumpang daripada kepentingan bisnis perusahaan dan perusahaan harus memastikan bahwa kepentingan para penumpang
yang bersangkutan memenuhi syarat keamanan dan keselamatan dari bahaya yang berpotensi muncul dalam hubungannya dengan penggunaan jasa transportasi udara.
6. Prinsip kepastian hukum
Prinsip terpenting dalam perlindungan konsumen adalah prinsip kepastian hukum. Prinsip kepastian hukum perlindungan konsumen menghendaki pengaturan
perlindungan konsumen dilakukan dengan cara menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur keterbukaan akses informasi, serta menjamin
kepastian hukum.
57
Prinsip kepastian hukum menyangkut penegakan hukum dan undang-undang penerbangan mewajibkan Pemerintah untuk menegakkan dan menjamin kepastian
hukum serta mewajibkan kepada setiap warga negara Indonesia untuk selalu sadar dan taat kepada hukum dalam penyelenggaraan penerbangan.
58
57
Husni Syawali, Hukum Perlindungan Konsumen, Bandung: Mandar Maju, 2000, hal. 7.
58
Penjelasan Pasal 2 huruf g UU Penerbangan.
Dalam rangka pembangunan hukum nasional serta untuk lebih memantapkan perwujudan kepastian hukum, UU Penerbangan juga memberikan perlindungan
konsumen tanpa mengorbankan kelangsungan hidup penyedia jasa transportasi serta memberi kesempatan yang lebih luas kepada daerah untuk mengembangkan usaha-
usaha tertentu di bandar udara yang tidak terkait langsung dengan keselamatan penerbangan.
Implementasi prinsip kepastian hukum dalam penyelenggaraan penerbangan misalnya bagi setiap orang atau perusahaan angkutan udata tidak diperkenankan
bertindak semena-mena dalam menjalankan bisnisnya terhadap setiap subjek hukum lain, melainkan wajib berpedoman secara normatif kepada aturan hukum yang
berkaitan dengan segala tindakan yang akan diambil atau diwujudkan berdasarkan UU Penerbangan dan UU Perlindungan Konsumen.
7. Prinsip ganti rugi
Bila dilihat berdasarkan UU Penerbangan tidak ada diatur tentang prinsip ganti rugi, namun prinsip ini dapat pula ditemukan di dalam UUPK misalnya pada
Pasal 7 huruf f dan Pasal 19 UUPK yang dapat diterapkan pada tuntutan ganti rugi konsumen kepada perusahaan penerbangan. Pasal 19 UUPK menentukan bagi pelaku
usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, danatau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang danatau jasa yang
dihasilkan atau diperdagangkan. Ganti rugi dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang danatau
jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan danatau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pemberian ganti rugi tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.
Prinsip ganti rugi umumnya terdiri dari tiga hal yaitu biaya, rugi, dan bunga. Tidak selamanya ketiga hal ini selalu ada, tetapi ada kalanya hanya terdiri dari satu
aspek saja, yang juga berlaku dalam hal perbuatan melawan hukum.
59
Kerugian yang diderita seseorang karena perbuatan melawan hukum dibedakan antara kerugian
ekonomi dan kerugian fisik. Kerugian ekonomi berupa hilangnya atau berkurangnya sejumlah harta kekayaan sebagai akibat dari perbuatan melawan hukum, kerugian
fisik berupa berkurangnya kesehatan seseorang karena perbuatan melawan hukum. Kerugian ekonomi dapat dihitung secara matematis sedangkan kerugian fisik sulit
dihitung dinilai dengan uang, satu-satunya cara adalah dengan menaksir nilai harga dari kerugian fisik tersebut.
60
Kerugian yang mana yang dapat digugat dalam hukum perdata atas perbuatan melawan hukum atau karena wanprestasi? Berdasarkan ajaran adequate dari Von
Kries mengatakan ukuran kerugiannya jika suatu peristiwa itu secara langsung menurut pengalaman manusia yang normal menimbulkan akibat tertentu.
61
Suatu ganti kerugian harus menempatkan sejauh mungkin kreditur dalam kedudukan di
mana ia seharusnya berada andaikata perjanjian itu dilaksanakan secara baik.
62
Inilah prinsip ganti rugi yang berlaku dalam hal perbuatan melawan hukum dan wanprestasi. Kerugian itu benar-benar diderita oleh seseorang atau konsumen
59
Janus Sidabalok, Op. cit, hal. 157.
60
Wirjono Prodjodikoro, Perbuatan Melanggar Hukum, Bandung: Sumur, 1990, hal. 39.
61
Mariam Darus Badrulzaman, KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan dengan Penjelasan, Bandung: Alumni, 1993, hal. 29.
62
JM. Van Dunne dan Gregor van der Brught, Perbuatan Melawan Hukum, Jakarta: DKIH Belanda-Indonesia, 1988, hal. 82.
sebagai akibat dari perbuatan melawan hukum atau wanprestasi.
63
8. Prinsip keterbukaan