melakukan perubahan tanpa pemberitahuan sebelumnya”.
152
Berdasarkan pengamatan dan penelitian terjadap tiket pesawat Garuda Indonesia, hingga saat ini, klausula baku di dalam pesawat milik PT. GIA belum
pernah dicantumkan tentang klausula yang mengandung eksonerasi sebagai bentuk pelepasan tanggung jawab PT. GIA terhadap klaim penumpang atas sengketa yang
terjadi. Pada faktanya semua tiket pesawat dan tiket transportasi apapun jenisnya dibuat dalam bentuk klausula baku, sudah disiapkan sebelumnya oleh penyedia jasa
transportasi tentang ketentuan tiket, namun ketentuan yang mengandung klausula eksonerasi tidak boleh dicantumkan.
Padahal ketentuan lain dalam Pasal 146 UU Penerbangan mewajibkan pengangkut bertanggung jawab atas
kerugian yang diderita karena keterlambatan, kecuali pengangkut dapat membuktikan keterlambatan disebabkan oleh faktor cuaca dan teknis operasional.
153
6. Aspek perlindungan penumpang dengan pengajuan klaim
Perlindungan penumpang Garuda Indonesia dari sisi klaim dapat berupa pemberian kompensasi ganti rugi seperti dalam hal keterlambatan deley diberikan
kompensasi berupa voucher atau kompensasi berupa uang tunai. Kompensasi ini diberikan melalui prosedur, apabila terbukti mutlak kesalahan Garuda Indonesia,
kompensasi tersebut akan diberikan, tetapi jika masalah keterlambatan disebabkan oleh penumpang sendiri, hanya dapat diberikan voucher system artinya dilakukan
152
http:www.hukumonline.comberitabacalt4b6c031c4fc99air-asia-kalah-lawan- konsumen, diakses tanggal 3 Mei 2014, Artikel yang ditulis oleh MON nama inisial, berjudul, “Air
Asia Kalah Lawan Konsumen”, dipublikasikan di website hukumonline pada tanggal 5 Februari 2010.
153
Pasal 18 ayat 1 huruf a UUPK.
pemotongan terhadap harga tiket, bahkan ada pula yang dikembalikan secara tunai.
154
7. Aspek perlindungan melalui asuransi
Untuk melindungi para penumpangnya dari kemungkinan terjadinya risiko, PT. GIA bekerja sama dengan PT. Asuransi Allianz Utama Indonesia Allianz
Utama meluncurkan “Garuda Indonesia Travel Insurance”. PT. Asuransi Allianz Utama Indonesia meluncurkan “Garuda Indonesia Travel Insurance” yang khusus
ditujukan untuk para penumpang Garuda Indonesia. Garuda Indonesia Travel Insurance ditawarkan khusus bagi pembelian tiket perjalanan secara online melalui
website. Asuransi perjalanan ini akan mencakup perjalanan domestik maupun internasional dengan berbagai manfaat untuk risiko perjalanan yang mungkin
terjadi.
155
Garuda Indonesia Travel Insurance juga menawarkan manfaat perlindungan medis yang komprehensif, termasuk penggantian biaya pengobatan, santunan tunai
harian rumah sakit, evakuasi medis darurat dan repatriasi, bantuan non darurat seperti rujukan kedutaan asing, rujukan penyedia layanan medis, dan bantuan konsultasi
medis dengan satu panggilan telepon saja. Selain itu, penumpang Garuda Indonesia juga akan mendapatkan penggantian kerugian apabila terjadi penundaan atau
pembatalan penerbangan, bagasi hilang atau rusak, serta penggantian biaya yang
154
Sri Susanty, “Kompensasi Pesawat Deley di PT. Garuda Indonesia” Jurnal Media Bisnis Ilmiah, Vol.7 No.26, Desember 2013, hal. 5-6.
155
http:swa.co.idcorporateallianz-utama-luncurkan-asuransi-travel-untuk-garuda- indonesia, diakses tanggal 13 Januari 2015, berita yang dipublikasikan di website swa.co.id berjudul
“Allianz Utama Luncurkan Asuransi Travel Untuk Garuda Indonesia”, tanggal 9 Februari 2014.
dikeluarkan selama perpanjangan waktu menetap pada saat terjadi kehilangan dokumen perjalanan.
156
Perlindungan hukum menyangkut segala upaya yang dilakukan untuk menjamin adanya kepastian hukum terhadap pemenuhan hak-hak sosial masyarakat.
Memperlakukan setiap penumpang adalah sama di hadapan hukum. Prinsip ini harus dipahami dalam prinsip yang disebut sebagai prinsip mengakui “persamaan semua
orang di hadapan hukum” a quality before the law. Bagaimanapun juga mengenai pentingnya dilakukan perlindungan hukum
terhadap para penumpang angkutan udara di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari ketentuan normatif dalam undang-undang UU Penerbangan yang menegaskan
suatu asas kepastian hukum. UU Penerbangan harus secara pasti dilaksanakan, sesuai dengan tujuan UU Penerbangan itu sendiri.
Oleh sebabnya, aspek penting terkait perlindungan hukum dalam kegiatan penerbangan harus memenuhi standar kelayakan pesawat udara, meliputi perawatan
dan perbaikan mesin pesawat milik PT. GIA, aspek pelayanannya, aspek penentuan tarif atau ongkos pesawat harus seimbang antara harga dengan pelayanan yang
diberikan, aspek keamanan, kenyamanan selama penerbangan, aspek perjanjian di dalam tiket pesawat harus proporsional, aspek perlindungan penumpang dengan
pengajuan klaim, dan aspek perlindungan melalui asuransi, semuanya harus berjalan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
157
Perlindungan hukum sebagai suatu upaya hukum untuk memberikan perlindungan kepada subjek hukum dari rasa aman, nyaman, dan lain-lain atas
156
http:www.republika.co.idberitaekonomibisnis140206n0k8ss-lindungi-penumpang- garuda-gandeng-allianz, diakses tanggal 13 Januari 2015, berita berjudul “Lindungi Penumpang,
Garuda Gandeng Allianz”, dipublikasikan di website republika.co pada tanggal 6 Februari 2014.
157
Satjipto Tahardjo, Negara Hukum...Op. cit, hal. 12-13.
perolehan hak-haknya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Pihak yang memberikan perlindungan hukum itu adalah para pelaku usaha dan juga termasuk
Pemerintah karena posisinya sebagai regulator di bidang penerbangan dan perlindungan konsumen.
Bila dipahami esensi penting dari tujuan perlindungan hukum adalah mengintegrasikan dan mengordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat,
dengan cara membatasinya, karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan pihak tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi
kepentingan di lain pihak.
158
Pada prinsipnya masyarakat terutama para pengguna jasa transportasi udara yaitu para penumpang pesawat udara harus dilindungi dari ketidaksewenang-
wenangan pelaku usaha maupun pihak lainnya yang menempati posisi kuat. Perlindungan hukum preventif sebenarnya menghendaki “mencegah sengketa lebih
baik daripada menyelesaikan sengketa”. Oleh karena itu upaya ini harus diminimalisir masing-masing terutama bagi perusahaan angkutan udara harus
Perlindungan hukum dalam penerbangan berarti upaya membatasi kepentingan pihak lain perusahaan untuk melaksanakan kepentingan di
lain pihak penumpang. Memang harus diakui bahwa secara prinsip pembatasan hak seseorang untuk
memberikan hak di lain pihak dimaksud agar menjaga semua kepentingan dapat berinteraksi satu sama lain dengan baik dan produktif, akan tetapi dalam membatasi
hak seseorang itu harus ada argumentasi-argumentasi hukum yang jelas mengapa dilakukan pembatasan hak terhadap seseorang dalam memperoleh hak penumpang
angkutan udara dalam penerbangan domestik.
158
Muhammad Syaifuddin, Op. cit, hal. 16.
semaksimal mungkin memberikan pelayanan kepada para penumpang karena ini menyangkut masalah nyawa penumpang di udara sangat terancam.
Jika hukum tidak dibiarkan mengalir secara asasnya, maka pihak-pihak yang lemah posisinya dalam tatanan hukum berpotensi tidak akan dilindungi, bila kritik
Satjipto Rahardjo
159
ini direlevansikan ke dalam penegakan hukum, maka di dalam penegakan hukum harus memberikan ruang kepada semua elemen dalam
memperoleh hak-haknya dalam rangka memberikan perlindungan hukum kepada subjek hukum khususnya para penumpang PT. GIA.
159
Satjipto Rahardjo, Biarkan Hukum Mengalir: Catatan Kritis Tentang Pergulatan Manusia dan Hukum, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2008, hal. 144.
BAB V KESIMPULAN DNA SARAN
A. Kesimpulan