bahan bakar, dan ambang batas gas buang pesawat udara, serta personil pesawat udara, dapat dipenuhi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
C. Persyaratan Kelayakan Sarana dan Prasarana Bandar Udara
Transportasi merupakan bagian mendasar dari kehidupan manusia yang secara umum berfungsi melayani proses perpindahan orang atau barang dari suatu
tempat ke tempat lain. Sasaran transportasi melalui darat, laut, maupun udara berguna untuk menciptakan penyelenggaraan lalu lintas transportasi yang efektif dan
efisien.
87
Bandar udara sebagai salah satu faktor penting dan utama di dalam penyelenggaraan penerbangan, memiliki peran yang sangat penting yaitu sebagai
penghubung masyarakat dan transportasi udara itu sendiri. Tanpa adanya bandar udara, pesawat terbang atau pesawat udara tidak akan bisa terbang, sebab pada
bandar udara terdapat landasan pacu agar pesawat udara dapat terbang dan mendarat. Agar operasional transportasi udara dapat berjalan dengan baik, diperlukan bandar
udara yang memadai layak sebagai sarana uatama dalam transportasi udara. Bandar udara merupakan salah satu faktor penting dan utama dalam
penyelenggaraan moda transportasi melalui udara.
88
Bandar udara adalah kawasan di daratan danatau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas
landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas
Pengertian bandar udara ditentukan pada Pasal 1 angka 33 UU Penerbangan yaitu:
87
A.A. Astri Dewi, P. Alit Suthanaya dan D. M. Priyantha Wedagama, “Analisis Kelayakan Finansial Pembangunan Jalan Tol Benoa-Bandara-Nusa Dua”, Jurnal Spektran, Vol. 1. No. 2, Juli
2013, hal. 2.
88
Meta Indah Fitriani, “Bandar Udara Sukadana”, Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Untan, Volume INomor 2September 2013, hal. 1.
keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.
Bandar udara adalah berupa kawasan baik di darat maupun di perairan yang
digunakan untuk kegiatan penerbangan. Pasal 1 angka 9 PP Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan menentukan pengertian bandar
udara berbeda dengan Pasal 1 angka 33 UU Penerbangan, tetapi maksudnya tetap sama. Pengertian bandar udara di dalam Pasal 1 angka 9 PP Nomor 3 Tahun 2001
Tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan adalah: Bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat
dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, danatau bongkar muat kargo danatau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
penerbangan dan sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi. Berdasarkan penegertian tersebut bandar udara adalah berupa kawasan baik
di darat maupun di perairan, tetapi segala segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan bandar udara dan kegiatan lainnya disebut dengan
kebandarudaraan. Pengertian kebandarudaraan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 angka 31 UU Penerbangan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan
penyelenggaraan penerbangan telah disinggung pada sub bab sebelumnya. Pengertian bandar udara yang disebutkan dalam Pasal 1 angka 9 PP Nomor 3
Tahun 2001 Tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan adalah sama dengan pengertian bandar udara di dalam Pasal 1 angka 1 PP Nomor 70 Tahun 2001 Tentang
Kebandarudaraan yaitu lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, danatau bongkar muat kargo
danatau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi.
Demikian pula pengertian kebandarudaraan sebagaimana yang disebutkan di dalam Pasal 1 angka 31 UU Penerbangan juga sama maksudnya dengan pengertian
kebandarudaraan di dalam Pasal 1 angka 2 PP Nomor 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan yaitu meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan
penyelenggaraan bandar udara dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi bandar udara untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu lintas
pesawat udara, penumpang, kargo danatau pos, keselamatan penerbangan, tempat perpindahan intra danatau antar moda serta mendorong perekonomian nasional dan
daerah. Berdasarkan penjelasan pada uraian tersebut di atas, harus dapat dipahami
bahwa pengertian bandar udara tidaklah sama dengan pengertian kebandarudaraan. Pengertian kebandarudaraan lebih luas maknanya daripada pengertian bandar udara
yang hanya menunjukkan arti pada bandar udara saja, dan tidak termasuk semua sistim menyangkut kebandarudaraan.
Bandar udara sebagai sarana utama transportasi udara membutuhkan sistem yang harus memadai meliputi semua faktor, antara lain faktor pelayanan, keamanan
dan kenyamanan agar sebuah bandar udara dapat menjalankan perannya dengan baik dalam mendukung kelancaran moda transportasi udara di Indonesia. Dalam
perancangan bandar udara, faktor pelayanan dan keamanan dapat dicapai dengan memenuhi standar-standar bandar udara yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.
89
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan;
Regulasi yang mengatur mengenai persyaratan kelayakan sarana dan prasarana bandar udara telah ditetapkan di dalam:
89
Ibid., hal. 2.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Keamanan dan
Keselamatan Penerbangan; 3.
Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan; 4.
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional;
5. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48 Tahun 2002 Tentang
Penyelenggaraan Bandar Udara; 6.
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Departemen
Perhubungan. Regulasi di atas mengatur mengenai standar kelayakan sarana dan prasarana
bandar udara. Menurut Pasal 214 UU Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, pembangunan bandar udara wajib memperhatikan ketentuan keselamatan dan
keamanan penerbangan, mutu pelayanan jasa kebandarudaraan, kelestarian lingkungan, serta keterpaduan intermoda dan multimoda. Izin pembangunan bandar
udara harus didukung dengan Sertifikat Operasi Bandar Udara SOBU. Sertifikat Operasi Bandar Udara Airport Operation CertificateAOC
dikeluarkan setelah memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan bidang keamanan dan keselamatan penerbangan.
90
1. Setiap penyelenggara bandar udara wajib memiliki Sertifikat Operasi Bandar
Udara yang diberikan oleh Menteri. Mengenai
SOBUAOC standar minimalnya ditentukan di dalam Pasal 34 PP Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan yaitu:
90
Penejasan Pasal 22 ayat 2 dan ayat 3 jo Pasal 39 ayat 3 huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan.
2. Persyaratan untuk memperoleh sertifikat operasi bandar udara, adalah
sekurang-kurangnya: a.
tersedianya fasilitas danatau peralatan penunjang penerbangan yang memenuhi persyaratan keamanan dan keselamatan penerbangan yang
disesuaikan dengan kelasnya; b.
memiliki prosedur pelayanan jasa bandar udara; c.
memiliki buku petunjuk pengoperasian, penanggulangan keadaan gawat darurat, perawatan, program pengamanan bandar udara dan higiene dan
sanitasi; d.
tersedia personil yang memiliki kualifikasi untuk pengoperasian, perawatan dan pelayanan jasa bandar udara;
e. memiliki daerah lingkungan kerja bandar udara, peta kontur lingkungan
bandar udara, peta situasi pembagian sisi darat dan sisi udara; f.
memiliki kawasan keselamatan operasi penerbangan di sekitar bandar udara yang meliputi:
1 kawasan pendekatan dan lepas landas;
2 kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan;
3 kawasan di bawah permukaan horizontal dalam;
4 kawasan di bawah permukaan horizontal luar;
5 kawasan di bawah permukaan kerucut;
6 kawasan di bawah permukaan transisi;
7 kawasan di sekitar penempatan alat bantu navigasi penerbangan;
a. memiliki peta yang menunjukkan lokasi koordinat penghalang dan
ketinggiannya yang dapat membahayakan keselamatan penerbangan; b.
memiliki fasilitas pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran sesuai dengan kategorinya;
c. memiliki berita acara evaluasiuji coba yang menyatakan laik untuk
dioperasikan; dan d.
struktur organisasi penyelenggara bandar udara. 3.
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan keamanan dan keselamatan penerbangan dan sertifikasi operasi bandar udara sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1 dan ayat 2, diatur dengan Keputusan Menteri.
Sertifikat Operasi Bandar Udara Airport Operation CertificateAOC ini diperlukan untuk kepentingan keamanan dan keselamatan bandar udara, oleh
sebabnya penyelenggara bandar udara harus menetapkan batas sisi darat dan sisi udara serta mengatur penggunaannya. Penetapan penggunaan sisi darat dan sisi udara
dilakukan dengan memperhatikan: faktor keamanan dan keselamatan penerbangan;
faktor kelancaran operasi penerbangan; dan faktor kelancaran pelayanan jasa kebandarudaraan.
91
1. Fasilitas keamanan dan keselamatan penerbangan, wajib terpenuhi yaitu:
Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan dan penggunaan sisi darat dan sisi udara diatur dengan Keputusan Menteri yaitu diatur di dalam Permenhub Nomor:
KM 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional. Pada Pasal 17 ayat 2 Permenhub ini disebutkan faktor keamanan dan keselamatan penerbangan; faktor
kelancaran operasi penerbangan; dan faktor kelancaran pelayanan jasa kebandarudaraan merupakan kebutuhan fasilitas pokok yang mesti wajib ada.
Pasal 17 ayat 2 Permenhub Nomor: KM 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional menentukan fasilitas pokok tersebut adalah:
a. Pertolongan Kecelakaan Penerbangan-Pemadam Kebakaran PKP-PK;
b. penyelamatan salvage;
c. alat bantu pendaratan visual airfield lighting system;
d. catu daya kelistrikan; dan
e. pagar.
2. Fasilitas sisi udara airside facility antara lain:
a. landasan pacu runway;
b. jalur landasan pacu runway strip;
c. daerah aman ujung landasan runway end safety area;
d. jalur berhenti stopway;
e. jalur bebas clearway;
f. landas hubung taxiway;
g. landas parkir apron;
h. marka dan rambu; dan
i. taman meteo fasilitas dan peralatan pengamatan cuaca.
3. Fasilitas sisi darat jandside facility antara lain:
a. bangunan terminal penumpang;
b. bangunan terminal kargo;
c. menara pengatur lalu intas penerbangan control tower;
d. bangunan operasional penerbangan;
e. jalan masuk access road;
f. parkir kendaraan bermotor;
g. depo pengisian bahan bakar pesawat udara;
h. bangunan parkir;
91
Pasal 36 PP Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan.
i. bangunan administrasiperkantoran;
j. marka dan rambu; serta
k. fasilitas pengolahanlimbah.
Selain persyaratan yang diwajibkan harus ada pada bandar udara, menurut
Pasal 47 Permenhub Nomor: KM 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, pembangunan bandar udara juga harus diperhatikan:
1. Keselamatan penumpang, awak pesawat udara, petugas di bandar udara,
masyarakat pengguna jasa angkutan udara lainnya dan masyarakat di sekitar bandar udara;
2. Keselamatan pesawat udara; dan
3. Keselamatan fasilitas penunjang penerbangan dan fasilitas penunjang bandar
udara. Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang secara langsung dan tidak
langsung menunjang kegiatan bandar udara dan memberikan nilai tambah secara ekonomis pada penyelenggaraan bandar udara.
92
Fasilitas penunjang disebutkan di dalam Pasal 17 ayat 3 jo Pasal 21 ayat 2 huruf b Permenhub Nomor: KM 11
Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, antara lain fasilitas perbengkelan pesawat udara, fasilitas pergudangan, penginapanhotel, toko, restoran,
dan lapangan golf.
93
Regulasi di bidang penerbangan mewajibkan persyaratan untuk memperhatikan ketentuan keselamatan dan keamanan penerbangan, salah satu yang
terpenting adalah memperhatikan kawasan bandar udara kemungkinan menimbulkan bahaya kecelakaan, baik terhadap penumpang maupun bagi masyarakat sekitar
bandar udara. Pembangunan bandar udara harus memiliki kawasan keselamatan operasi penerbangan di sekitar bandar udara sebagaimana telah disebutkan pada
pasal-pasal di atas.
92
Penjelasan Pasal 202 huruf b UU Penerbangan.
93
Lihat juga Lampiran XII Permenhub Nomor: KM 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional,
Untuk keamanan dan keselamatan penerbangan, penyelenggara bandar udara dalam keadaan tertentu dapat menutup untuk sementara sebagian atau keseluruhan
landasan pacu, penghubung landasan pacu atau pelataran parkir pesawat udara. Menurut Pasal 46 PP Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Keamanan dan Keselamatan
Penerbangan, keadaan tertentu yang dimaksud adalah dapat berupa: 1.
Bencana alam; 2.
Huru hara; 3.
Kecelakaan pesawat udara di landasan pacu, penghubung landasan pacu atau pelataran parkir pesawat udara;
4. Pembangunan, perbaikan, pemeliharaan dan perawatan landasan pacu, jalan
penghubung atau pelataran parkir pesawat udara; dan 5.
Keadaan tertentu lainnya yang dapat membahayakan keamanan dan keselamatan penerbangan.
Sehubungan dengan peristiwa-peristiwa kecelakaan pesawat angkutan udara yang berdampak pada pemukiman warga masyarakat sekitar misalnya pada peristiwa
kecelakaan pesawat Mandala Airlines pada tahun 2005 gagal melakukan take off dari Bandara Polonia Medan
94
94
http:news.liputan6.comread108548pesawat-mandala-airlines-jatuh-di-medan, diakses tanggal 8 Januari 2015, berita yang dpublikasikan di website liputan6.com berjudul, “Pesawat
Mandala Airlines Jatuh di Medan”, tanggal 5 September 2005.
, sesuai ketentuan Pasal 46 PP Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan, dapat ditutup sementara atau
dialihkan ke bandar udara lainnya. Kawasan terlarang di sekitar bandar udara disebut dengan Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan KKOP. KKOP ini dikatakan sebagai kawasan terlarang karena kawasan ini rentan dari bahaya-bahaya yang dapat menimbulkan
kecelakaan penerbangan. Mengenai persuaratan KKOP diatur di Pasal 23 sd Pasal 29 Permenhub Nomor: KM 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan
Nasional.
Berdasarkan Pasal 23 Permenhub Nomor: KM 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, kelayakan pembangunan bandar udara harus
sejauh mungkin memperhatikan kawasan kemungkinan dari bahaya kecelakaan. yang merupakan sebagian dari kawasan pendekatan yang berbatasan langsung dengan
ujung-ujung landasan dan mempunyai ukuran tertentu, yang dapat menimbulkan kemungkinan terjadi kecelakaan.
Berdasarkan Pasal 23 Permenhub Nomor: KM 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional ini juga diatur mengenai kondisi bangunan dan
tumbuhan di sekitar bandar udara. Untuk mendirikan, mengubah, atau melestarikan bangunan, serta menanam atau memelihara pepohonan di dalam kawasan
keselamatan operasi penerbangan tidak boleh melebihi batas ketinggian kawasan keselamatan operasi penerbangan.
Pengecualian terhadap ketentuan mendirikan, mengubah, atau melestarikan bangunan harus mendapat persetujuan dari Menteri Perhubungan dan harus pula
memenuhi ketentuan bahwa pengecualian itu harus berkaitan dengan fasilitas yang mutlak diperlukan untuk operasi penerbangan; kajian khusus aeronautika; dan
ketentuan teknis kesefamatan operasi penerbangan. Bangunan yang melebihi batasan atau yang dikecualikan tadi wajib diinformasikan melalui pelayanan informasi
aeronautika aeronautical information service. Persyaratan untuk mendirikan bangunan baru di dalam kawasan lepas landas
sesuai Pasal 23 ayat 6 Permenhub Nomor: KM 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, harus memenuhi batas ketinggian dengan tidak melebihi
kemiringan 1,6 satu koma enam persen arah ke atas dan ke luar dimulai dari ujung permukaan utama pada ketinggian masing-masing ambang landas pacu.
Pada kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan sampai jarak mendatar 1.100 m dari ujung-ujung permukaan utama hanya dapat digunakan untuk bangunan yang
diperuntukkan bagi keselamatan operasi penerbangan dan benda tumbuh yang tidak membahayakan keselamatan operasi penerbangan dengan batas ketinggian
sebagaimana dimaksud di atas. Pada kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan tidak diperkenankan mendirikan bangunan yang dapat menambah tingkat fatalitas apabila
terjadi kecerakaan pesawat. Bangunan yang dapat menambah tingkat fatalitas tersebut antara lain dapat
berupa bangunan SPBU, pabrik atau gudang kimia berbahaya SUTT danatau SUTET. Alasannya adalah apabila bangunan-bangunan tersebut berada dekat dengan
landasan pacu bandar udara, akan dapat menyebabkan kecelekaan semakin fatal karena dapat menimbulkan kebakaran yang luar biasa dan sangat mengancam
keselamatan para penumpang angkutan udara dan masyarakat sekitarnya. Persyaratan kelayakan bandar udara juga diatur dalam Pasal 23 ayat 9
Permenhub Nomor: KM 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, dalam hal masyarakat atau siapapun yang mempergunakan tanah, perairan
atau udara di setiap kawasan bandar udara harus mematuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1. Tidak menimbulkan gangguan terhadap isyarat-isyarat navigasi penerbangan
atau komunikasi radio antar bandar udara dan pesawat udara; 2.
Tidak menyulitkan penerbang membedakan lampu-lampu rambu udara dengan lampu-lampu lain;
3. Tidak menyebabkan kesilauan pada mata penerbang yang mempergunakan
bandar udara; 4.
Tidak melemahkan jarak pandang sekitar bandar udara; dan 5.
Tidak menyebabkan timbulnya bahaya burung, atau dengan cara lain dapat membahayakan atau mengganggu pendaratan, lepas landas atau gerakan
pesawat.
Pada Pasal 24 Permenhub Nomor: KM 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, juga diatur persyaratan kelayakan bandar udara terhadap
bangunan atau sesuatu benda yang ada secara alami berada di kawasan bandar udara, ketinggiannya harus dalam batas ketinggian yang diperkenankan, akan tetapi jika
diduga dapat membahayakan keselamatan operasi penerbangan, maka harus diberi tanda dan atau dipasangi lampu. Pemberian tanda atau pemasangan lampu, termasuk
pengoperasian dan pemeliharaannya dilaksanakan oleh dan atas biaya pemilik atau yang menguasainya.
Permenhub Nomor: KM 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, juga mengatur masalah kebisingan. Menurut Pasal 26 Permenhub ini
bandar udara harus dijauhkan sejauh mingkin dari kebisingan operasi penerbangan terhadap bangunan-bangunan di sekelilingnya. Bangunan-bangunan yang harus
dijauhkan tersebut antara lain: rumah sakit, sekolah-sekolah, perkantoran, dan bahkan lahan di sekitarnya diatur sedemikian mungkin agar tidak mengundang
komunitas burung di sekitar, misalnya dengan membentuk lahan pertanian atau permukaan laut di sekitar bandar udara.
Larangan terhadap segala tindakan yang dapat menggangu kegiatan penerbangan di sekitar bandar udara di dalam Pasal 28 Permenhub Nomor: KM 11
Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, dilarang bagi setiap orang berada di daerah tertentu di bandar udara, membuat halangan obstacle; danatau
melakukan kegiatan lain di kawasan bandar udara yang dapat membahayakan keselamatan dan keamanan penerbangan, kecuali ada izin dengan persyaratan
tertentu dari otoritas bandara.
Larangan bagi setiap orang yang berada di daerah tertentu dan terlarang di sekitar bandar udara karena kawasan tersebut merupakan daerah terbatas untuk
umum di bandar udara, daerah pergerakan pesawat atau daerah yang karena kepentingan operasional bandar udara tidak dipergunakan untuk umum.
Tindakan terlarang yang membuat halangan obstacle misalnya mendirikan bangunan atau tanaman yang bersifat sementara maupun tetap, yang didirikan
dipasang atau ditanam oleh orang antara lain seperti gedung-gedung, menara, cerobong asap, gundukan tanah, jaringan transmisi, pohoh tinggi.
Melakukan kegiatan lain di kawasan bandar udara KKOP yang dapat mengganggu keselamatan operasi penerbangan, membahayakan keselamatan dan
keamanan penerbangan, seperti antara lain kegiatan bermain layang-Iayang, bermain balon udara, menggembala ternak, menggunakan frekuensi radio yang mengganggu
komunikasi penerbangan, melintasi landasan dan kegiatan lain yang menimbulkan asap.
BAB IV PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP