B. Kelaikudaraan Pesawat Angkutan Udara Sebagai Bentuk Perlindungan
Terhadap Penumpang
Pengertian kelaikudaraan pesawat angkutan udara dalam hal ini sama maksudnya untuk menyatakan keandalan operasional pesawat udara. Salah satu
faktor penting yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman demi keselamatan para penumpang angkutan udara adalah dipenuhinya kelaikudaraan atau keandalan
operasional pesawat udara. Kelaikudaraan pesawat angkutan udara menyangkut semua elemen yang
terdapat di dalam pesawat udara. Faktor ini sangat penting dalam memberikan rasa keamanan, kenyamanan, dan keselamatan bagi para penumpang. Prinsip ekonomi di
dalam bisnis angkutan udara bukan dengan semboyan “modal sekecil-kecilnya dan untung sebesar-besarnya” tidak boleh diberlakukan, perusahaan wajib
mengutamakan keselamatan penumpang daripada keuntungan finansial. Prinsip bisnis penerbangan tidak sama dengan prinsip bisnis pada angkutan
darat seperti bus dan kereta api. Apabila sebuah bus atau kereta api mengalami kerusakan mesin, berkemungkinan besar para penumpangnya selamat, tetapi jika
sebuah pesawat udara mengalami kerusakan mesin atau elemen lainnya selama di udara, kemungkinan harapan penumpang untuk selamat sangat minim, dengan kata
lain maut sudah diambang pintu menanti. Oleh sebabnya otoritas di bidang perhubungan dan pihak perusahaan maskapi
angkutan udara itu sendiri harus lebih disiplin dan cermat melakukan perawatan dan segala bentuk lainnya untuk menjaga kesehatan dan kemampuan kalayakan pesawat
terbang mengudara. Hal ini dilakukan semata-mata dapat meminimalisir kecelakaan pesawat.
Negara wajib melindungi penumpang dengan menjaga keamanan dan keselamatan di bandar udara.
81
Berbagai standar yang sudah ditetapkan Kementerian Perhubungan di dalam perundang-undangan yang berlaku dimaksudkan untuk mengatur, mengawasi, dan
menindak institusi dibawahnya jika melakukan penyimpangan yang memicu terjadinya kecelakaan. Ironisnya, jika dilihat dari beberapa kasus, kecelakaan yang
terjadi saat ini lebih banyak disebabkan oleh faktor pesawatnya. Padahal sebuah Terhadap kedaulatan atas wilayah udara, negara
Indonesia cq Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan Pasal 5 dan Pasal 6 UU Penerbangan berdaulat penuh dan eksklusif terhadap wilayah udara. Oleh sebab itu
dalam rangka penyelenggaraan kedaulatan negara atas wilayah udara tersebut, Pemerintah melaksanakan wewenang dan tanggung jawab pengaturan ruang udara
untuk kepentingan penerbangan, perekonomian nasional, pertahanan dan keamanan negara, sosial budaya, serta lingkungan udara.
Regulasi di bidang penerbangan telah mengatur sedemikian rupa persyaratan kelayakan pesawat angkutan udara yang disebut dengan istilah keandalan operasional
pesawat udara. Sebagaimana dalam Pasal 4 PP Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan. Pada ketentuan ini, menteri harus
menetapkan persyaratan keandalan operasional pesawat udara sebagai pedoman dalam proses kegiatan rancang bangun, pembuatan, pengoperasian dan perawatan
pesawat udara.
81
I. Made Suska, dan N. Budiartha R. M. dan Gd. Astawa Diputra, Analisis Kualitas Pelayanan Pas Bandara Internasional Ngurah Rai Dengan Menggunakan Model Servqual, Jurnal
Spektran, Vol. 1, No. 1, Januari 2013, hal. 2.
pesawat harus lulus tes uji standar kelaikan operasi oleh Direktorat Sertifikasi Kelaikan Udara DSKU sebelum mengudara.
82
1. Standar kelaikan udara;
Persyaratan keandalan operasional pesawat udara menurut Pasal 4 ayat 2 PP Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan, meliputi
persyaratan yang berkaitan dengan:
2. Rancang bangun pesawat udara;
3. Pembuatan pesawat udara;
4. Perawatan pesawat udara;
5. Pengoperasian pesawat udara;
6. Standar kebisingan pesawat udara;
7. Ambang batas gas buang pesawat udara;
8. Personil pesawat udara.
Penetapan persyaratan keandalan operasional pesawat harus dilakukan dengan memperhatikan:
1. Keamanan dan keselamatan penerbangan;
2. Perkembangan teknologi;
3. Sumber daya manusia yang profesional;
4. Ketentuan-ketentuan internasional;
5. Efektivitas dan efisiensi;
6. Pencegahan pencemaran lingkungan.
Sebagaimana pula ditentukan di dalam Pasal 8 PP Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan, menentukan pula kewajiban bagi
perusahaan angkutan udara yaitu: 1.
Penetapan standar kelaikan udara untuk pesawat udara, danatau mesin pesawat udara, danatau baling-baling pesawat terbang yang didaftarkan di
Indonesia, dilakukan dengan memperhatikan sekurang-kurangnya: a.
Rancang bangun dan konstruksi; b.
Komponen utama; c.
Instalasi tenaga penggerak; d.
Stabilitas dan kemampuan; e.
Kelelahan struktur;
82
Yuanna Sisilia, “Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan Sebagai Standar Keselamatan Pelayanan Lalu Lintas Udara”, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Volume 16,
Nomor 3, Tahun 2009, hal. 4.
f. Perlengkapan;
g. Batasan pengoperasian;
h. Sistem perawatan;
i. Pencegahan pencemaran lingkungan.
2. Standar kelaikan udara sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, adalah untuk:
a. Pesawat terbang kategori transpor, normal, utility, akrobatik dan
komuter; b.
Helikopter kategori normal; c.
Helikopter kategori transpor; d.
Mesin pesawat udara; e.
Baling-baling pesawat terbang; f.
Balon berpenumpang. 3.
Ketentuan lebih lanjut mengenai standar kelaikan udara sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2, diatur dengan Keputusan Menteri.
4. Menteri dapat menetapkan persyaratan-persyaratan di luar standar kelaikan
udara selain yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 berkenaan dengan perkembangan teknologi dan ketentuan internasional.
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, diwajibkan kepada setiap badan hukum Indonesia yang akan membuat pesawat udara danatau mesin pesawat udara
danatau baling-baling pesawat terbang yang akan dimintakan sertifikat tipe, wajib membuat rancang bangun. Pembuatan rancang bangun tersebut wajib memenuhi
standar kelaikan udara. Pelaksanaan pembuatan rancang bangun harus dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan mulai dari rancang bangun sampai layak uji terbang.
Dalam hal rancang bangun pesawat udara, danatau mesin pesawat udara, danatau baling-baling pesawat terbang yang telah dibuat sesuai prosedur dan telah
dilaksanakan pemeriksaan dan pengujian yang memenuhi standar kelaikan udara. Pembuatan rancang bangun komponen harus memenuhi standar kelaikan udara.
Termasuk setiap perubahan terhadap rancang bangun pesawat udara danatau rancang bangun mesin pesawat udara danatau rancang bangun baling-baling pesawat
terbang yang telah mendapatkan sertifikat tipe wajib memenuhi standar kelaikan udara.
Pembuatan danatau perakitan pesawat udara, mesin pesawat udara, baling- baling pesawat terbang dan komponen-komponennya hanya dapat dilakukan oleh
badan hukum Indonesia yang memiliki sertifikat mutu produksi, dengan mengajukan sertifikat mutu produksi dan menurut Pasal 16 PP Nomor 3 Tahun 2001 Tentang
Keamanan dan Keselamatan Penerbangan, wajib memenuhi: 1.
Rancang bangun yang telah memenuhi standar atau lisensi pembuatan berdasarkan perjanjian dengan pihak lain;
2. Fasilitas dan rencana produksi;
3. Personil yang berkualifikasi;
4. Sistem kendali mutu;
5. Memiliki struktur organisasi perusahaan khususnya bidang kualitas dan
produksi. Kemudian mengenai perawatannya sebagaimana telah ditentukan di dalam
Pasal 17 PP Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan, bagi setiap orang atau badan hukum yang mengoperasikan pesawat
udara, wajib merawat pesawat udara, mesin pesawat udara, baling-baling pesawat terbang dan komponen-komponennya untuk mempertahankan keadaan laik udara
secara berkesinambungan. Badan hukum untuk melakukan perawatan pesawat udara, mesin pesawat udara, baling-baling pesawat terbang dan komponen-komponennya,
wajib memiliki sertifikat perusahaan perawatan pesawat udara. Perusahaan angkutan udara yang melaksanakan perawatan pesawat udara dan
badan hukum perusahaan perawatan pesawat udara harus memenuhi persyaratan minimal: memiliki atau menguasai fasilitas perawatan, memiliki personil yang
mempunyai kualifikasi sesuai dengan bidang pekerjaannya, memiliki buku pedoman sistem prosedur pemeriksaan dan proses pengendalian mutu, dan memiliki studi
AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan bagi yang diwajibkan.
Setelah semua persyaratan standar kelaikudaraan atau keandalan operasional pesawat udara sudah terpenuhi, Menteri Perhubungan dapat memberikan sertifikat
kelaikan udara.
83
Sertifikat kelaikan udara standar meliputi sertifikat kelaikan udara standar pertama dan sertifikat kelaikan udara standar lanjutan yang dapat diberikan untuk
pesawat terbang kategori transpor, normal, utiliti, akrobatik, komuter, helikopter kategori normal dan transpor serta balon berpenumpang. Sertifikat kelaikan udara
khusus dapat diberikan kepada pesawat udara untuk penggunaan secara terbatas, sementara, percobaan dan untuk kegiatan penerbangan yang bersifat khusus.
Pasal 19 PP Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan, mewajibkan bagi setiap pesawat udara yang
dipergunakan untuk terbang memiliki sertifikat kelaikan udara. Sertifikat kelaikan udara dibedakan dalam 2 dua jenis yaitu: a sertifikat kelaikan udara standar; dan b
sertifikat kelaikan udara khusus.
84
Keamanan dan keselamatan penerbangan pada prinsipnya memiliki peranan yang penting dan strategis dalam penyelenggaraan penerbangan sehingga
penyelenggaraannya dikuasai oleh negara dan pembinaannya dilakukan oleh Pentingnya pemenuhan standar keandalan pesawat udara dimaksudkan untuk
memberikan keamanan, kenyamanan, dan keselamatan bagi para penumpang angkutan udara. Hal itu dilakukan sesuai dengan amanat Pasal 10 ayat 1 UU
Penerbangan yang menentukan bahwa penerbangan dikuasai oleh negara dan pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah.
83
Departemen Perhubungan Republik Indonesia, Cetak Biru Transportasi Udara 2005-2024, Jakarta: Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Departemen Perhubungan, 2005, hal. 29.
84
http:tabloidaviasi.commrokelaikan-terbang-dan-usia-pesawat, diakses tanggal 10 Januari 2015, artikel yang dipublikasikan di website tabloidaviasi.com berjudul “Kelaikan Terbang
Dan Usia Pesawat”, pada tanggal 29 Januari 2013,
Pemerintah dalam satu kesatuan sistem pelayanan keamanan dan keselamatan penerbangan sipil.
85
Pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah meliputi aspek pengaturan, pengendalian dan pengawasan terhadap kegiatan pembangunan, pendayagunaan, dan
pengembangan sistem pelayanan keamanan dan keselamatan penerbangan, dalam upaya untuk mewujudkan penyelenggaraan penerbangan yang selamat, aman, cepat,
lancar, tertib dan teratur serta terpadu dengan moda transportasi lain. Pembinaan dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di dalam kegiatan
penerbangan seperti pengalaman yang sudah lalu.
86
Pada prinsipnya di dalam regulasi penerbangan telah mengatur tentang keandalan operasional pesawat udara yang pada dasarnya hanya dapat dipenuhi
apabila persyaratan-persyaratan yang menyangkut standar kelaikan udara, rancang bangun pesawat udara, pembuatan pesawat udara, perawatan pesawat udara,
pengoperasian pesawat udara, standar kebisingan pesawat udara, penampungan sisa Atas dasar inilah maka diatur dengan tegas mengenai sistem keamanan dan
keselamatan penerbangan, pelayanan operasi pesawat udara, pengoperasian bandar udara, pengaturan mengenai ruang udara, personil keamanan dan keselamatan
penerbangan, pelayanan kesehatan penerbangan, tata cara penanganan dan pemeriksaan penumpang, bagasi kargo dan pos, pencarian dan pertolongan
kecelakaan pesawat udara, penelitian sebab-sebab kecelakaan pesawat udara, program pengamanan penerbangan sipil serta tarif jasa pelayanan navigasi
penerbangan.
85
Ibid.
86
Yuanna Sisilia, Op. ciy., hal. 4 dan hal. 7.
bahan bakar, dan ambang batas gas buang pesawat udara, serta personil pesawat udara, dapat dipenuhi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
C. Persyaratan Kelayakan Sarana dan Prasarana Bandar Udara