30 Kadar sulfat dalam agar dapat dipengaruhi oleh perbedaan jenis dan asal rumput laut, metode
ekstraksi, serta umur panen. Peningkatan umur panen dapat memberi respon terhadap penurunan kandungan sulfat Suryaningrum 1988. Proses ekstraksi mempengaruhi kadar sulfat dari rumput laut
karena pada proses ekstraksi komponen agar yang berisis sulfat keluar dari sel rumput laut. Gugus sulfat pada alga penghasil agar terakumulasi pada dinding sel dari alga. Sulfat terikat bersama-sama
dengan agar dan gugus sulfat disekresikan oleh badan golgi dari sel alga penghasil agar Phillip dan William 2000. Sulfat yang terdapat pada salah satu komponen pembentuk agar yaitu agaropektin
sebagai garam sulfat dalam rumput laut. Menurut Abdullah 2004, kandungan sulfat yang tinggi dapat membuat agar pada media pertumbuhan mikroorganisme berubah warna pada proses inkubasi.
Perubahan warna dapat menghalangi penyerapan nutrien dan menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme tidak optimum.
4.2.6 Kekuatan Gel
Pengujian kekuatan gel pada produk bakto agar dilakukan dengan melarutkan bakto agar dalam air hangat dengan konsentrasi 1.5 sesuai dengan konsentrasi bakto agar Difco yang telah
ditetapkan. Berdasarkan hasil pengujian, kekuatan gel yang diperoleh dengan menggunakan pengering oven, pengering semprot, dan pengering drum adalah 203 gcm
2
, 122.8 gcm
2
, dan 138.1 gcm
2
. Sebagai kontrol, dilakukan juga pengujian terhadap kekuatan gel pada bakto agar Difco. Dari hasil
pengujian diketahui bahwa kekuatan gel pada bakto agar Difco adalah 404.4 gcm
2
. Secara keseluruhan, nilai kekuatan gel yang dihasilkan jauh di bawah kekuatan gel bakto agar
Difco . Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya kekuatan gel. Menurut Suryaningrum
1989, kekuatan gel dapat dipengaruhi oleh bahan baku rumput laut yang digunakan, habitat tempat tumbuh rumput laut, musim, cara budidaya, umur panen, dan juga metode ekstraksi yang digunakan.
Kontrol bakto agar yang digunakan merupakan bakto agar yang sudah komersial yaitu bakto agar Difco
yang dibuat dari ekstrak rumput laut jenis Gelidium Manual Difco 2012. Formulasi konsentrasi gel dilakukan untuk memperoleh kekuatan gel yang dapat mendekati
nilai kekuatan bakto agar Difco. Pada penelitian ini, produk bakto agar diaplikasikan pada pembuatan media pertumbuhan mikroorganisme. Konsentrasi bakto agar diformulasikan pada konsentrasi 2 dan
2.5. Kekuatan gel yang dihasilkan dengan perlakuan pengering oven pada konsentrasi 2 adalah 282.9 gcm
2
sedangkan pada konsentrasi 2.5 adalah 330.7 gcm
2
. Kekuatan gel yang dihasilkan dengan perlakuan pengering semprot pada konsentrasi 2 adalah 185.5 gcm
2
dan pada konsentrasi 2.5 adalah 222.2 gcm
2
. Kekuatan gel yang dihasilkan dengan perlakuan pengering drum pada konsentrasi 2 adalah 214 gcm
2
, sedangkan pada kionsentrasi 2.5 nilai kekuatan gelnya adalah 280 gcm
2
. Berdasarkan data hasil formulasi, kekuatan gel yang mendekati bakto agar Difco adalah bakto agar yang diperoleh melalui pengering oven dengan konsentrasi 2.5. Dalam tahapan penelitian
selanjutnya, aplikasi produk bakto agar akan diujikan dengan konsentrasi 2.5 disetiap produk bakto agar. Berdasarkan data hasil formulasi, kekuatan gel yang mendekati bakto agar Difco adalah bakto
agar yang diperoleh melalui pengering oven dengan konsentrasi 2.5. Analisis ragam pada Lampiran 9 menunjukkan bahwa semua perlakuan pengeringan baik
pengering oven, pengering semprot, ataupun pengering drum pada konsentrasi 2.5 tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai kekuatan gel bakto agar yang dihasilkan.
Berdasarkan data tersebut, perlakuan pengeringan dengan pengering oven, semprot, maupun pengering drum tidak merusak kekuatan gel yang terdapat pada filtrat awal bakto agar.
Kekuatan gel yang dihasilkan oleh perlakuan pengering oven merupakan gel yang paling baik diantara semua perlakuan pengeringan. Metode pengeringan dengan menggunakan pengering jenis
oven atau tray merupakan metode pengeringan yang diterapkan pada industri agar-agar. Suhu yang digunakan tidak terlalu tinggi, sehingga dapat mengurangi kerusakan pada agar-agar. Hasil kekuatan
gel yang diperoleh dengan menggunakan pengering semprot tidak jauh berbeda dengan kekuatan gel yang dihasilkan oleh pengering drum. Menurut Buckle 1987, produk yang dihasilkan dengan
pengering semprot akan mengalami kerusakan yang kecil karena waktu pengeringan yang singkat dan terjadinya pendinginan pada waktu penguapan yang berlangsung selama pengeringan. Bila kekuatan
gel yang dihasilkan antara pengering semprot dan drum tidak terlalu berbeda maka dapat dikatakan bahwa bakto agar mengalami kerusakan yang kecil dan perlakuan pengeringan tidak mempengaruhi
kekuatan gel yang dihasilkan.
4.3 Aplikasi Produk Bakto Agar