13
2.4.5 Pemurnian Filtrat Agar
Permasalahan yang ada selama ini adalah metode produksi agar yang menghasilkan kadar sulfat yang masih tinggi. Kadar sulfat pada agar merupakan komponen yang dapat mengganggu, baik
dalam penggunaan maupun dalam penyimpanan. Salah satu alternatif proses produksi yaitu melalui metode absorbsi impuriti dalam ekstraksi olek kitosan sebagai absorben sehingga dapat menghasilkan
agar-agar bermutu tinggi untuk keperluan media kultur Suptijah 2010. Absorbsi merupakan suatu proses dimana suatu partikel terperangkap ke dalam suatu media
dan seolah-olah menjadi bagian dari keseluruhan media tersebut. Absorbsi terdiri dari dua jenis yaitu absorbsi fisika dan absorbsi kimia. Absorbsi fisika dicirikan dengan tarik menarik antara absorbat dan
absorben sangat lemah dengan energi kurang dari 40 Kjmol dan antar keduanya tidak membentuk senyawa kimia. Absorbsi fisika umumnya reversible dan irreversible. Sifat ini ditemukan dalam batas
antar muka kimia dengan medium gas, dimana ikatan yang terjadi diakibatkan dari gaya Van Der Walls dan gaya London Prutton 1982.
Absorbsi kimia
chemosorbtion ditandai dengan pertukaran elektronelectron exchange antara absorbat dengan absorben. Interaksi yang terjadi sangat kuat sehingga terbentuk senyawa kimia
dengan energi ikatnya sekitar 300 Kjmol Nieuwenhuizen dan Barendez 1987. Akibat dari berbagai perlakuan, ikatan dalam absorbsi fisik dan kimia dapat lepas, proses ini disebut desorbsi. Absorben
adalah padatan berpori dengan berbagai ukuran. Contoh absorben yang sudah banyak digunakan diantanya: kitosan, bentonit, zeolit, tanah diatomea dan arang aktif. Suatu absorben dapat memisahkan
molekul berdasarkan ukurannya Suptijah 2012 Kitosan adalah produk alami turunan dari kitin, polisakarida yang ditemukan dalam
eksoskeleton krustasea seperti udang, rajungan dan kepiting. Kitosan diperoleh melalui proses dasitilasi kitindengan perlakuan alkali. Kitin merupakan polisakarida panjang yang tidak bercabang,
bernama 2-asetil-2-amino dioksi-D-glukosa, yang monomernya berikatan satu sama lain melalui ikatan 1-4. Kitin diproduksi dari kulit udang melalui proses isolasi dan purifikasi yang didahului
proses demineralisasi dan dilanjutkan dengan proses deproteinasi Muzzarelli 1977. Kerangka utama penyusun kitin dan kitosan adalah grup heksosa glukosa sama dengan
selulosa, oleh karena itu kitin kitosan dikelompokan pada selulosa alam tetapi mempunyai muatan berlawanan dengan selulosa lainnya. Polimer kitin atau kitosan terdiri dari 2000-3000 monomer,
sehingga menpunyai banyak muatan yang akan mempengaruhi sifat biologi dan sifat fungsionalnya melalui kemampuan berikatan dengan molekul lain Ornum 1992.
Proses penyerapan berhubungan dengan adanya gugus hidrofilik OH dalam molekul kitosan, sehingga kitosan mempunyai kemampuan untuk mengikat air dan bahan-bahan yang tersuspensi
dalam air. Berdasarkan tinjauan pustaka, Olin et al. 1996 dan Bailey et al. 1997 telah mengidentifikasi penyerap yang murah untuk penanganan kontaminasi logam berat pada air dan
limbah cair. Mereka mengidentifikasi dua belas penyerap yang potensial untuk Pb, Cd, Cu, Zn, dan Hg, diantaranya kitosan mempunyai kapasitas serapan yang tinggi untuk ion-ion metal Masri et al.
1974. Kitosan mengikat atau mengkelat sejumlah logam lima kali lebih besar dari kitin. Hal ini ditandai oleh adanya grup amino bebas NH3+ dalam kitosan Muzarelli 1977.
Kitosan bersifat sebagai pembentuk kelat zat pengikat yang dapat mengikat logam dalam bentuk ikatan kompleks sehingga dapat mengalahkan sifat dan pengaruh negatif dari logam berat yang
terdapat dalam suatu bahan. Molekul atau ion dengan pasangan elektron bebas dapat membentuk kompleks dengan ion logam, karena itulah senyawa-senyawa yang mempuyai dua atau lebih gugus
fungsional seperti –OH, -SH, -COOH, -PO3H2, -C=O, -NR2, -S- dan –O- dapat mengkelat logam
14 dalam lingkungan yang sesuai. Proses pengikatan logam diatas merupakan proses keseimbangan
pembentukan kompleks ion logam dengan sekuestran Winarno 1993. Melalui reaksi pengikatan chelating, kitosan mampu menyerap logam berat, hal ini dimungkinkan dengan adanya gugus
CH
2
OH dan NHCOCH
3
, yang merupakan gugus reaktif dari kitosan yang dapat mengikat ion logam, Abdullah 2004 menggunakan kitosan sebagai bahan pemurni pada bakto agar. Pada
penelitiannya diperoleh bahwa penggunaan kitosan dengan perlakuan 1 dengan waktu absorbsi 45 menit, menghasilkan bakto agar yang paling optimum mendekati standar Difo bacto agar yaitu
kadar abu 3,45, kadar air 16,89, kekuatan gel 341,01 gramcm
2
, dan nilai pH sebesar 5,88.
2.4.6 Pengeringan