16
III.   METODE PENELITIAN
3.1.   WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret 2012 hingga September 2012. Penelitian ini dilaksanakan  di  Laboratorium  Departemen  Teknologi  Industri  Pertanian,  Fakultas  Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Pilot Plant, PAU, Institut Pertanian Bogor.
3.2.   BAHAN DAN ALAT
Bahan  baku  utama  yang  digunakan  pada  penelitian  ini  adalah  rumput  laut  jenis  Gracilaria verrucosa dalam bentuk kering yang diperoleh dari Desa Langensari, Kabupaten Subang. Bahan lain
yang  digunakan  pada  proses  ekstraksi  rumput  laut  adalah  larutan  CaO  0.5,  larutan  asam  asetat CH
3
COOH 1, air destilata, dan kitosan serpih. Bahan yang digunakan untuk analisa produk adalah nutrient broth, potato dextrose broth, bacto difco, larutan H
2
O
2
1:10, larutan AgNO3 0.1N, larutan HCl  0.2N,  dan  larutan  BaCl
2
10.  Bahan  yang  digunakan  uuntuk  karakterisasi  bahan  baku  rumput laut adalah katalis CuSO
4
dan Na
2
SO
4
, indikator mengsel,H
2
SO
4
pekat, asam borat, larutan NaOH 6N, larutan H
2
SO
4
0.02N, larutan H
2
SO
4
0.325N, NaOH 1.25N, hexane, dan alkohol. Alat-alat  yang  digunakan  dalam  proses  ekstraksi  rumput  laut  adalah  gelas  piala,  wadah
baskom,  timbangan,  panci  aluminium,  kompor,  termometer,  batang  pengaduk,  sudip,  kain  saring, hydraulic  press  alat  pengepres,  laboratory  mill,  aluminium  foil,  dan  plastik  HDPE.  Alat  yang
digunakan  pada  tahap  analisa  produk  akhir  dan  karakterisasi  bahan  baku  adalah  cawan  aluminium, cawan porselen, labu kjeldahl, labu lemak, soxhlet, erlenmeyer, pipet tetes, desikator, labu takar, pipet
Mohr, gelas ukur, gelas arloji, oven, kertas saring, kondensor, penangas air, pH meter Beckman, alat ukur gel strength, tabung reaksi, jarum inokulasi, cawan petri, kapas, dan autoklaf.
3.3.   TATA LAKSANA PENELITIAN
Tahapan awal dari penelitian ini adalah karakterisasi bahan baku rumput laut jenis  Gracilaria verrucosa. Setelah proses karakterisasi, selanjutnya dilakukan proses ekstraksi agar dengan perlakuan
pra  ekstraksi  menggunakan  larutan  asam.  Setelah  proses  ekstraksi,  diperoleh  filtrat  agar  yang  akan dimurnikan  dengan  penambahan  kitosan  yang  berfungsi  sebagai  absorben.  Filtrat  agar  yang  telah
dimurnikan  selanjutnya akan  dikeringkan dengan  menggunakan tiga jenis pengering  yaitu pengering semprot,  pengering  drum,  dan  pengering  oven.  Dari  ketiga  jenis  pengering  tersebut  diperoleh  tiga
jenis bakto agar  yang  selanjutnya dikarakterisasi  untuk  mengetahui  karakteristik dari  masing-masing produk.  Tahapan  akhir  dari  penelitian  ini  adalah  proses  aplikasi  bakto  agar  sebagai  media
pertumbuhan  mikroorganisme.  Dalam  proses  aplikasinya,  dilakukan  formulasi  untuk  menentukan konsentrasi gel yang dapat ditambahkan agar menjadi media pertumbuhan mikroorganisme.
3.3.1.  Karakterisasi Bahan Baku Gracilaria verrucosa
Karakterisasi  awal  bahan  baku  dilakukan  untuk  mengetahui  sifat  fisik  dan  kimia  dari  rumput laut  jenis  Gracilaria  verrucosa  yang  digunakan  pada  penelitian  ini.  Analisis  yang  dilakukan  adalah
analisa kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kadar serat, dan kadar karbohidrat. Prosedur
analisisnya dapat dilihat pada Lampiran 1.
17
3.3.2.  Proses Ekstraksi dan Absorbsi Bakto Agar
Setelah bahan baku dikarakterisasi, tahapan penelitian selanjutnya adalah ekstraksi rumput laut hingga diperoleh filtrat agar-agar. Rumput laut  Gracilaria verrucosa terlebih dahulu  dipisahkan dari
kotoran berupa kerang dan batu-batuan yang menempel, setelah itu, rumput laut ditimbang sebanyak 100 g dalam setiap proses ekstraksinya. Selanjutnya dilakukan proses pencucian dengan air mengalir
dan  direndam  dengan  larutan  CaO  0,5  selama  lima  menit.  Setelah  proses  perendaman  dengan larutan  CaO,  rumput  laut  kembali  dicuci  dengan  air  mengalir,  dan  dilanjutkan  dengan  proses
perendaman  dengan  larutan  asam  asetat  1  CH
3
COOH  1  selama  60  menit.  Setelah  proses perendaman dengan larutan asam, selanjutnya dilakukan proses pencucian dengan air mengalir hingga
pH  netral.  Rumput  laut  yang  sudah  netral  selanjutnya  dipotong-potong  dan  diekstrak  dengan menggunakan air destilata. Perbandingan rumput laut dengan air destilata adalah 1:20 bv. Ekstraksi
dilakukan pada suhu 80-90
o
C selama 45  menit. Proses penyaringan dilakukan dengan  menggunakan alat  pompa  hidrolik  hydraulic  press  tanpa  menggunakan  panas.  Filtrat  yang  diperoleh  selanjutnya
dimurnikan dengan menggunakan kitosan 1 selama 45 menit, dan kemudian dilakukan penyaringan agar diperoleh filtrat yang lebih murni. Skema proses proses ekstraksi dan absorbsi dapat dilihat pada
Gambar  3 dan Gambar 4.
3.3.3.  Proses Pengeringan Filtrat Bakto Agar
Pengeringan  filtrat  agar-agar  dilakukan  dengan  tiga  jenis  pengering  yaitu  pengering  semprot, pengering drum, dan pengering rak oven. Pada jenis pengering semprot, filtrat langsung di keringkan
dalam  kondisi  panas  ke  dalam  alat  pengering  semprot.  Suhu  inlet  dan  outlet  yang  digunakan  adalah 180
o
C dan 85
o
C dengan tekanan semprot tiga bar. Pada jenis pengering drum, filtrat agar juga lagsung dikeringkan dalam keadaan panas dengan menggunakan kecepatan putaran drum 8,6 rpm dan tekanan
uap tiga bar. Filtrat  agar  yang  akan  dikeringkan  dengan  menggunakan  oven,  sebelumnya  dilakukan
penjedalan  dengan  suhu  freezer  selama  satu  malam.  Proses  gelifikasi  diteruskan  dengan  proses thawing dan kemudian dikeringkan di dalam oven dengan suhu 45-50
o
C. Setelah kering, dilanjutkan dengan  proses  penepungan  dengan  laboratory  mill.  Gambar  5  memperlihatkan  alat  pengering  yang
digunakan pada proses pengeringan bakto agar.
3.3.4.  Karakterisasi Produk Bakto Agar
Pada  produk  akhir  dilakukan  analisis  fisik,  kimia,  dan  mikrobiologis.  Analisis  fisik  yang dilakukan  meliputi  pengukuran  kekuatan  gel  dan  perhitungan  jumlah  rendemen  yang  dihasilkan.
Analisis  kimia  yang  dilakukan  meliputi  pengukuran  kadar  air,  kadar  abu,  pengukuran  nilai  pH,  dan kadar sulfat. Analisis mikrobiologi dilakukan dengan uji kuantitatif total bakteri Total Plate Count
TPC ke produk bakto agar.  Prosedur analisisnya dapat dilihat pada Lampiran 1.
18 Gambar 3. Skema Proses Pembuatan Bakto Agar Dengan Pengering Semprot dan Pengering Drum
Absopsi khitosan [ 1] t = 45 menit Ampas
Rumput laut Gracilaria kering
Pencucian dengan air Perendaman dan pemucatan CaO 0.5  5 menit
Pra perlakuan asam asam asetat 1, t = 1 jam Pencucian
Penghancuran Ekstraksi T = 80
o
-90
o
C, t = 45 menit Perbandingan air dengan rumput laut 20 : 1
Filtrasi Pencucian
Pengeringan dengan Pengering Semprot dan Pengering Drum
Bakto Agar Ampas Kitosan
dan Kotoran Filtrasi
19 Gambar 4. Skema Proses Pembuatan Bakto Agar Dengan Pengering Oven
Absopsi khitosan [ 1] t = 45 menit Ampas
Rumput laut Gracilaria kering
Pencucian dengan air Perendaman dan pemucatan CaO 0.5  5 menit
Pra perlakuan asam asam asetat 1, t = 1 jam Pencucian
Penghancuran Ekstraksi T = 80
o
-90
o
C, t = 45 menit Perbandingan air dengan rumput laut 20 : 1
Filtrasi Pencucian
Pengeringan dengan Pengering Semprot dan Pengering Drum
Bakto Agar Ampas Kitosan
dan Kotoran Filtrasi
20 a
b c
Gambar 5. a Pengering Semprot Spray Drier; b Pengering Rak; c Pengering Drum Drum Drier
3.3.5.  Aplikasi Produk Bakto Agar
Aplikasi  dari  produk  bakto  agar  dilakukan  dengan  membuat  Nutrient  Agar  dan  Potato Dextrose  Agar  untuk  keperluan  analisa  Total  Plate  Count.  Dalam  proses  aplikasi  ini,  dilakukan
formulasi  penambahan  konsentrasi  bakto  agar  untuk  mendapatkan  proporsi  kekuatan  gel  yang  baik formulasi  kekuatan gel diujikan pada konsentrasi 1.5, 2, dan 2,5.  Nutrient Agar dibuat dengan
menambahkan    Nutrient  Broth  dan  bakto  agar  dalam  air  destilata.  Selanjutnya  Nutrient  Agar  akan diujikan  untuk  menumbuhkan  mikroorganisme  E.  coli.    Potato  Dextrose  Agar  dibuat  dengan
menambahkan  Potato  Dextrose  Broth  dengan  bakto  agar  dalam  air  destilata  dan  kemudian  diujikan untuk menumbuhkan mikroorganisme khamir.
3.4   RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan satu faktor perlakuan pengeringan dengan tiga jenis alat pengering dengan dua kali pengulangan. Perlakuan pengeringan yang digunakan adalah sebagai berikut :
O = Pengering oven, dengan suhu 45-50
o
C selama 24 jam. S = Pengering semprot, dengan suhu inlet 180
o
C dan suhu outlet 85
o
C, dan tekanan semprot 3 bar.
D = Pengering drum, dengan kecepatan putaran drum 8,6 rpm dan tekanan uap 3 bar. Analisis Ragam ANOVA merupakan metode statistika untuk menguji signifikansi perbedaan
dari  dua  atau  lebih  nilai  rata-rata.  Pada  dasarnya  metode  ini  merupakan  proses  aritmatika  untuk membagi  keragaman  jumlah  kuadrat  total  menjadi  kompoen-kompenennya  yang  berhubungan
dengan sumber keragaman yang diketahui. Bentuk hipotesis yang akan diuji ialah : H0 : μ1 = μ2 = … = μt nilai rata-rata dari semua perlakuan adalah sama
H1 : minimal ada satu nilai rata-rata yang tidak sama dengan yang lainnya
21 Hasil  perhitungan  pada  Analisis  Ragam  ditampilkan  dalam  bentuk  tabel  seperti  yang  terlihat
dalam Tabel 7 berikut : Tabel 7. Tabel Analisis Ragam ANOVA
Sumber Keragaman
Derajat Bebas
db Jumlah
Kuadrat JK
Kuadrat rata- rata KT
F Hitung Perlakuan
t-1 JKP
KTP F
Error tr-1
JKG KTG
Total rt-1
JKT Keterangan :  t = jumlah perlakuan
r = jumlah ulangan dalam setiap perlakuan Nilai-nilai jumlah kuadrat, kuadrat rata-rata dan F hitung dicari dengan rumus-rumus sebagai
berikut :
∑
Keterangan : Yij = data pada perlakuan ke-1 dan ulangan ke-j
Yi   =total data pada perlakuan ke-i Y.. = total data keseluruhan
Statistik uji yang digunakan adalah uji-F. F hitung merupakan nilai F yang diperoleh dari hasil perhitungan  j  dan  merupakan  rasio  dari  dua  nilai  dugaan  yang  bebas  dari  ragam  yang  sama.
Selanjutnya F hitung ini dibandingkan dengan F tabel, yakni nilai-nilai yang ada pada tabel distribusi F pada derajat bebas yangs esuai dan taraf nyata yang telah ditentukan. Jika F hitungF tabel, maka
keputusannya adalah tolak H0 dan terima H1, sedangkan jika F hitung ≤ F tabel maka keputusannya adalah terima H0.
Apabila  pengujian  ANOVA  menghasilkan  penolakan  terhadap  H0  maka  pengujian  dapat dilanjutkan  untuk  mengetahui  nilai  rata-rata  dari  perlakuan  mana  saja  yang  berbeda  signifikan.  Uji
lanjut  yang  digunakan  adalah  uji  beda  nyata  terkecil  LSD.  LSD  merupakan  kriteria  uji  untuk
22 menentukan signifikan atau tidaknya  selisih antara dua rata-rata perlakuan  yang dibandingkan. Nilai
LSD dicari dengan rumus :
√ Keterangan :
t
α2
= nilai distribuai t- student pada taraf nyata α dan derajat bebas galat
Keputusan ujinya jika selisih antara dua rata-rata perlakuan yang dibandingkan lebih besar dari LSD maka dinyatakan berbeda signifikan pada tingkat kepercayaan 100  -
α, sebaliknya jika lebih kecil dari LSD maka tidak berbeda signifikan.
IV
.   HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Rumput