29
4.2.4 Nilai pH
Nilai pH media pertumbuhan mikroorganisme sangat mempengaruhi jasad renik yang dapat tumbuh. Jasad renik pada umumnya dapat tumbuh pada kisaran pH 3-6 dan mendekati netral. Bakto
agar yang dihasilkan oleh perlakuan pengering oven, pengering semprot, dan pengering drum menghasilkan nilai pH 5.58, 5.96, dan 5.73.
Analisis ragam pada Lampiran 7 menunjukkan bahwa semua perlakuan pengeringan baik pengering oven, pengering semprot, dan pengering drum tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap nilai pH pada bakto agar yang dihasilkan. Berdasarkan data tersebut, nilai pH tidak memberikan pengaruh terhadap jenis pengringan, hal ini disebabkan oleh seluruh proses ekstraksi
menggunakan praperlakuan yang sama yaitu perendaman dengan larutan asam asetat 1. Standar mutu nilai pH agar bakto serva yang ditetapkan dalam ISO 9001 berkisar antara 5.5-7
Gelrite 2003 dalam Abdullah 2004. Berdasarkan data hasil pengujian, nilai pH yang dihasilkan dari ketiga jenis pengering berkisar antara 5.58-5.96, sehingga nilai pH yang dihasilkan oleh ketiga
perlakuan pengeringan ini sudah memenuhi standar bakto agar yang sudah komersial yaitu mendekati netral.
4.2.5 Kadar Sulfat
Sulfat merupakan salah satu zat pengotor dalam agar-agar yang dapat menghambat proses terbentuknya gel. Penurunan kadar sulfat dalam penelitian ini dilakukan dengan perlakuan sebelum
ekstraksi yaitu dengaan proses perendaman dengan larutan asam asetat 1. Selain itu, penurunan kadar sulfat juga dilakukan dengan penambahan absorben kitosan sebanyak 1 dalam filtrat agar
selama 45 menit pada tahap pemurnian. Berdasarkan data hasil pengujian, kadar sulfat yang dihasilkan oleh perlakuan pengering oven
adalah 1.86. Pada perlakuan pengering semprot kadar sulfat yang dihasilkan adalah 3.82, sedangkan kadar sulfat yang dihasilkan oleh pengering drum adalah 3.48. Pada pengujian ini,
kontrol yang berupa bakto agar Difco juga diuji kadar sulfatnya. Hasil pengujian kadar sulfat pada kontrol bakto agar Difco adalah 0.73.
Analisis ragam pada Lampiran 8 menunjukkan bahwa semua perlakuan pengeringan baik pengering oven, pengering semprot, maupun pengering drum memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap kadar sulfat pada bakto agar yang dihasilkan. Hasil uji lanjut LSD menunjukkan bahwa perlakuan pengeringan dengan menggunakan jenis pengering oven berbeda signifikan dengan jenis
pengering semprot dan pengering drum. Pada pengering semprot dan pengering drum, filtrat bakto agar berkontakan dengan suhu yang cukup tinggi, diduga dapat berpengaruh pada kadar sulfat yang
dihasilkan. Meskipun pengeringan dilakukan dengan suhu tinggi, namun waktu kontak alat pengering dengan filtrat bakto agar cukup singkat sehingga sulfat yang tertinggal pada filtrat ikut terbawa pada
tepung bakto agar. Hasil penelitian Abdullah 2004, tepung bakto agar yang diperoleh dengan perlakuan asam
asetat 1 dan absorbsi kitosan selama 45 menit menghasilkan kadar sulfat 1.1 dengan pengering tray
. Kadar sulfat yang dihasilkan masih tergolong tinggi. Pada produk bakto agar yang dihasilkan pada penelitian ini, nilai kadar sulfat yang mendekati bakto agar kontrol adalah bakto agar dengan
perlakuan pengering oven.
30 Kadar sulfat dalam agar dapat dipengaruhi oleh perbedaan jenis dan asal rumput laut, metode
ekstraksi, serta umur panen. Peningkatan umur panen dapat memberi respon terhadap penurunan kandungan sulfat Suryaningrum 1988. Proses ekstraksi mempengaruhi kadar sulfat dari rumput laut
karena pada proses ekstraksi komponen agar yang berisis sulfat keluar dari sel rumput laut. Gugus sulfat pada alga penghasil agar terakumulasi pada dinding sel dari alga. Sulfat terikat bersama-sama
dengan agar dan gugus sulfat disekresikan oleh badan golgi dari sel alga penghasil agar Phillip dan William 2000. Sulfat yang terdapat pada salah satu komponen pembentuk agar yaitu agaropektin
sebagai garam sulfat dalam rumput laut. Menurut Abdullah 2004, kandungan sulfat yang tinggi dapat membuat agar pada media pertumbuhan mikroorganisme berubah warna pada proses inkubasi.
Perubahan warna dapat menghalangi penyerapan nutrien dan menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme tidak optimum.
4.2.6 Kekuatan Gel