Teori Pengeluaran Pemerintah TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Pengeluaran Pemerintah

Dalam konsep ekonomi makro, perekonomian tidak hanya terdiri dari konsumen dan produsen yang dikenal dengan perekonomian 2 sektor seperti yang dikemukakan dalam teori ekonomi klasik. Menurut ekonomi klasik, pelaku ekonomi terdiri dari 2 sektor saja, yaitu produsen I dan rumah tangga masyarakat C. Dari penjumlahan kedua pelaku tersebutlah C+I adanya ekonomi Y. Tetapi setelah terjadinya depresi ekonomi yang besar great depression tahun 1929, oleh J.M. Keynes diperkenalkan konsep ekonomi 3 sektor dengan menambahkan variabel pengeluaran pemerintah government expenditureG dalam kegiatan ekonomi, sehingga ekonomi merupakan identitas dari Y = C + I + G. Pengeluaran atau konsumsi pemerintah merupakan anggaran belanja pemerintah untuk melaksanakan pengeluarannya dalam rangka pembelian barang-barang dan jasa yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan menjalankan organisasi kepemerintahan. Di Indonesia, dalam pengeluaran pemerintah terdapat dua kategori pengeluaran, yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran pembangunan itu misalnya membangun jalan, membangun sekolah dan lain sebagainya. Sedangkan pengeluaran rutin meliputi pengeluaran untuk membayar gaji pegawai pemerintah dan lainnya dalam rangka membiayai organisasi pemerintah. Kebijakan pemerintah untuk melakukan pengeluaran tersebut disebut dengan kebijakan fiskal fiscal policy. Menurut Amir 2007, kebijakan pemerintah dalam bidang anggaran atau fiskal merupakan kebijakan yang menyangkut tiga hal, yaitu: 1. Kebijakan yang menyangkut pembelian atau pengeluaran pemerintah atas barang dan jasa; 2. Kebijakan yang menyangkut perpajakan; 3. Kebijakan pembayaran transfer: tunjangan sosial, tunjangan keamanan, tunjangan veteran dan tunjangan pengangguran. Dengan adanya, anggaran yang dikeluarkan pemerintah, maka setidaknya ada beberapa fungsi dari kebijakan belanja negara tersebut yaitu sebagai berikut: Amir, 2007 1. Fungsi alokasi Fungsi alokasi merupakan fungsi pemerintah dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi yang tersedia dalam masyarakat yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat berupa barang dan jasa umum public goods and services agar tersedia dengan baik dan merata. 2. Fungsi distribusi Fungsi distribusi merupakan fungsi pemerintah dalam mendistribusikan pendapatan nasional dan hasil-hasil pembangunan secara adil dan merata kepada seluruh rakyat. 3. Fungsi stabilisasi Fungsi stabilisasi merupakan fungsi pemerintah dalam mempertahankan tingkat kesempatan kerja yang tinggi, tingkat kebutuhan pokok yang stabil serta tingkat pertumbuhan ekonomi yang memadai. 4. Fungsi dinamisatif Fungsi dinamisatif merupakan fungsi pemerintah untuk menggerakkan proses pembangunan ekonomi agar cepat tumbuh, berkembang dan maju. Pengeluaran atau belanja pemerintah yang akan dilakukan dalam suatu periode tertentu tergantung pada banyak faktor, yang penting diantaranya: 1 proyeksi jumlah pajak yang diterima; 2 tujuan-tujuan ekonomi yang ingin dicapai; dan 3 pertimbangan politik dan keamanan Sukirno, 2004. Secara teoritik, kebijakanpolitik anggaran budget policy dapat dibedakan menjadi anggaran tidak berimbang dan anggaran berimbang. Hasil yang dicapai dari kebijakanpolitik anggaran merupakan interasi resultan dari dampak pajak dan pengeluran pemerintah terhadap output keseimbangan Rahardja dan Manurung, 2005. Pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap perubahan pendapatan keseimbangan adalah: . Sedangkan pengaruh pajak terhadap pendapatan adalah: . Anggaran tidak berimbang dapat dibedakan lagi menjadi anggaran defisit defist budget dan anggaran surplus surplus budget. Anggaran defisit memang direncanakan untuk defisit, sebab pengeluaran pemerintah direncanakan lebih besar dari penerimaan pemerintah T G atau G T. Politik anggaran defisit biasanya ditempuh bila pemerintah ingin menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Hal ini umumnya dilakukan bila perekonomian berada dalam kondisi resesi. Dengan asumsi kondisi awal anggaran pemerintah adalah anggaran berimbang G = T, bila pemerintah menempuh anggaran defisit maka ∆G ∆T, dimana ∆G ≥ 0 dan ∆T ≥ 0. Karena ∆G 0 dan ∆G ∆T, maka jika pemerintah menempuh kebijakanpolitik anggaran defisit, pemerintah dianggap memilih kebijakan fiskal ekspansif. Kebalikan dari anggaran defisit, dalam anggaran surplus pemerintah merencanakan penerimaan lebih besar dari pengeluaran T G atau G T. Dapat juga dikatakan pemerintah menempuh kebijakanpolitik anggaran surplus bila ∆C ∆T, di mana ∆G dan ∆T ≥ 0. Karena itu, kebijakanpolitik anggaran surplus sering diidentikkan dengan kebijakan fiskal kontraktif. Selain itu, pemerintah dikatakan menempuh kebijakanpolitik anggaran berimbang bila pengeluaran direncanakan akan sama dengan penerimaan G = T dan atau ∆G = ∆T . Tidak ada ketentuan pokok dalam kondisi ekonomi seperti apa kebijakanpolitik anggaran berimbang ditempuh. Namun bila pemerintah memilih kebijakanpolitik anggaran berimbang, dua hal utama yang ingin dicapai adalah peningkatan disiplin dan kepastian anggaran. Karena ∆G = ∆T, maka pegaruh anggaran berimbang terhadap keseimbangan ekonomi adalah ∆Y karena ∆G . ∆Y karena ∆T . Oleh karena ∆G = ∆T, maka: , atau = 1. ∆T, atau ∆Y=1. ∆G, yang berarti ∆Y=∆T=∆G

2.2 Desentralisasi dan Otonomi Daerah