BAB V PEMBANGUNAN DAN MEMUDARNYA NILAI BARI
Bab ini menguraikan bahwa perkembangan masyarakat dan desa atau kampong sebagaimana diuraikan di bab sebelumnya karena berkaitan dengan
modernisasi melalui pembangunan yang memudarkan bari sebagai nilai sosial yang melandasi kelembagaan mabari. Meskipun, diketahui proses memudarnya
bari dan melemahnya kelembagaan mabari berbeda intensitasnya di dua lokasi penelitian. Hal yang jelas ditemukan adalah selama di desa atau kampong
masih mempunyai tokoh-tokoh adat, maka bari sebagai dasar kelembagaan mabari akan lebih dapat dipertahankan dan difungsikan selaras dengan berbagi
intervensi kegiatan akibat pembangunan.
5.1. Hadirnya Pembangunan
Orde baru mengusung pembangunan sebagai arus pemikiran utamanya. Pembangunan bertumpu pada strategi pertumbuhan ekonomi dan stabilitas
politik. Stabilitas politik ditempuh dengan politik hegemoni termasuk di antaranya adalah penyeragaman struktur dan kelembagaan sosial hingga di tingkat desa.
Salah satunya adalah penyeragaman desa. Modernisasi
kehidupan mulanya
dilakukan dengan
meletakkan pembangunan infrastruktur dan perluasan birokrasi hingga tingkat desa.
Pembangunan infrastruktur ditujukan untuk membuka akses dan mempermudah kegiatan perekonomian. Mempermudah modal masuk dan mengambil resources.
Infrastruktur jalan, selalu punya hubungan dengan perdagangan, pembukaan jalan di Jawa pada masa kolonial juga dimaksudkan untuk percepatan lalu-lintas
perdagangan Lombard, Dennys, 2005.
1
Dengan gencar orde baru mendorong seluruh pola produksi masyarakat ke arah modernisasi dengan mengintrodusir
penggunaan teknologi pertanian dan perikanan. Inilah mula awal penetrasi modal secara besar-besaran ke basis pedesaan. Upaya mengintrodusir pola produksi
masyarakat tani dilakukan dengan memasukkan pupuk pabrikan, bibit hasil rekayasa genetika,
2
irigasi teknis, teknologi pemanenan, traktor.
1
Lombard, menulis secara lengkap mengenai proses pembangunan perdagangan kolonial di Indonesia. Pembangunan infrastruktur jalan dilakukan pemerintah kolonial untuk semata-mata
kepentingan memperlancar arus pengambilan sumber daya dari pedalaman Jawa keluar ekspor kolonial.
2
Perekayasaan genetika ini dikembangkan oleh IRRI yang bertempat di Philipina.
Modernisasi disebut sebagai tanda-tanda dari kemajuan masyarakat, kenyataannya setelah beberapa dekade, perubahan modernisasi pola produksi
tersebut dikritik berbagai kalangan, terutama karena dampak-dampak buruknya bagi lingkungan hidup. Degradasi lahan, menurunnya daya dukung lahan, dan
lain-lain kerusakan lanjutan dari penggunaan bahan-bahan kimia yang merusak lingkungan. Namun dampak revolusi hijau tak hanya pada aspek lingkungan
saja, melainkan juga perubahan terhadap pola sosial dari produksi. Relasi produksi di sektor pertanian mengalami perubahan secara mendasar.
Scoot 1985 dalam Weapon of The Weak,
3
mendeskripsikan setiap perubahan masyarakat akibat revolusi hijau, di antaranya adalah mobilisasi tanah
vertikal, yang menyebabkan akumulasi tanah ke tangan petani yang lebih kaya, diikuti kehilangan akses terhadap tanah terus-menerus oleh sebagian yang lain.
Penggunaan teknologi yang dimaksudkan untuk efisiensi tenaga kerja menyebabkan perubahan pola relasi hubungan produksi. Perubahan anai-anai
sebagai teknologi pemotongan padi menjadi sabit berpengaruh pada akses tenaga kerja yang dapat mengakses lahan. Perempuan banyak disisihkan dari
aksesnya terhadap lahan.
4
Ringkasnya penggunaan teknologi pertanian memperkecil jumlah tenaga kerja yang mampu mengakses lahan.
Berubahnya pola hubungan produksi di sektor pertanian selanjutnya mempengaruhi pula relasi sosial lainnya di masyarakat. Penetrasi modal
memberikan pengaruh terhadap pola produksi rakyat yang selanjutnya berpengaruh pula hubungan sosial di masyarakat. Penelitian Hefner 1990
terhadap masyarakat pegununggan Tengger, Jawa Timur menunjukkan hal tersebut. Pertumbuhan ekonomi perkebunan sayur secara intensif memupuk
sejumlah surplus ekonomi cash money keluarga tani yang pada gilirannya mempengaruhi hubungan-hubungan sosial lainnya bahkan termasuk pula
hubungan gender. Oleh karena itu, sangat penting melihat bagaimana perubahan sosial berlangsung selama proses pembangunan pada masyarakat
petani kelapa di dua desa di KecamatanSahu, Halmahera Barat
3 Scoot, James, Weapon of The Weak : Everyday Form of Peasant Resistence, Yale University Press, 1985,
diterjemahkan dalam bahas Indonesia dengan judul Senjatanya Orang-orang Yang Kalah.
4
Penelitian yang dilakukan oleh Paulson, Susan dalam Gendered Practices and Landscape in Andes : The Shape of Assymmetrical Exchange, menunjukkan bagaimana introduksi program-
program pemberdayaan pertanian di masyarakat pegunungan Andes, termasuk di dalamnya sekaligus introduksi pengetahuan dan teknologi, justru menyempitkan akses peremmpuan dalam
pertanian. Hal ini disebabkan karena pemberdayaan diakses oleh laki-laki.
5.2. Pembangunan Dan Perubahan Organisasi Pertanian di Dua Desa