Lokasi dan Waktu Penelitian Pendekatan Penelitian Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian berlokasi di Desa Susupu dan Desa Lako Akelamo Kecamatan Sahu Kabupaten Halmahera Barat. Penentuan lokasi penelitian ditentukan secara purporsif. Hal ini karena dua desa itu adalah pemekaran dari satu desa yang masih menggunakan kelembagaan mabari, sehingga dapat menggambarkan perkembangan kelembagaan bari dengan berbagai perubahan yang terjadi. Penelitian dilakukan selama 7 bulan sejak tahap persiapan hingga penulisan draft tesis, seminar hasil penelitian dan ujian, yang dimulai pada bulan Mei 2008 sampai dengan Januari 2009.

3.2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan perubahan kelembagaan sosial mabari di Sahu, Halmahera Barat. Penelitian kualitatif ini meletakkan pandangan informan dan responden sebagai sumber data yang primer, sementara data lainnya bersifat sekunder. Dalam penelitian ini proses membuat kerangka dalam tabel-tabel yang kriterianya ditetapkan sendiri oleh peneliti dan hasilnya didiskusikan dengan masyarakat, lalu informasi dari masyarakat dimasukkan disesuaikan dalam kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya tersebut. Peneliti tidak berperan dominan. Masyarakat ditempatkan sebagai objek, baik sebagai responden maupun informan. Artinya, posisi masyarakat benar-benar dijadikan sebagai sumber data primer yang penting. Empirisitasnya diletakkan pada kemampuan peneliti untuk menangkap persepsipendapat dari masyarakat mengenai dirinya sendiri.

3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dan informasi menggunakan metode pengamatan terlibat participant observation dan wawancara mendalam. Teknik yang khas digunakan dan menjadi pokok dari penelitian kualitatif 1 . Pertanyaan umum 1 Cresswell, 2003, hal 19 penelitian kualitatif menjadi pengarah validitas data. Prosesnya menerapkan prinisp triangulasi sebagaimana penelitian etnografi. Triangulasi disini dijadikan alat untuk menguji kualitas dari informasi.Triangulasi selalu mengembangkan kualitas dari data dan keakuratan penemuan kualitatif. Ia dapat saja terjadi di dalam percakapan yang natural dengan mudah di dalam kerja investigasi yang intensif 2 . Secara sederhana triangulasi dilakukan dengan melakukan pengecekan informasi yang diterima, mengkomparasikan dan mengkonfirmasikan informasi- informasi yang diterima, saling di-cross-check antara informasi dari partisipan satu dengan partisipan yang lainnya. Penelitian lapangan juga menggunakan metode pengamatan partisipatif. Merujuk pandangan Fetterman, metode ini adalah karakter utama dari penelitian etnografi dan model yang paling penting dan efektif dari penelitian lapangan. Teknik pengamatan partisipatif, mengkombinasikan keterlibatan dalam masyarakat yang diteliti. Teknik ini digunkan untuk menyelami budaya masyarakat 3 , sehingga penelitian yang tidak lepas dari kegiatan masyarakat. Lebih lagi, peneliti sebagai warga tempatan, terus berupaya obyektif memahami perkembangan dan perubahan masyarakat. Kegiatan lapangan pengumpulan data dilakukan seperti menyelam ke dalam budaya dan masyarakatnya sendiri untuk mengenal perubahan yang terjadi. Selama penelitian membawa diri ke lingkungan sendiri tetap dilakukan. Adaptasi dengan masyarakat untuk mendapat kepercayaan tetap menjadi penting. Proses ini dijalankan dengan baik, sehingga proses pengumpulanmendapatkan data dan informasi berjalan. Berkait dengan hal ini, kedudukan peneliti tetap diusahakan didalam upaya memahami perubahan- perubahan nilai masyarakat dari inside point of view. Proses penetapan informan kunci tetap penting karena menjadi dasar untuk menemukan informasi kontak-kontak berikutnya dalam komunitas sendiri. Informan kunci yang ditetapkan pada awal kegaitan lapangan memainkan peranan penting karena mereka ini ternyata tidaklah mesti representasi formal dari komunitas, misal tokoh masyarakat, aparatur pemerintahan. Kebanyakan informan adalah orang yang tahu dan mau untuk menjelaskan seluk-beluk perkembangan komunitas. Informasi yang diberikan oleh para informan kunci, informan-informan lain maupun responden didalam kegiatan pengumpulan data 2 Fetterman, David, Ethnography: Step By Step, hal 89-91. 3 Ibid, pg 45 yang dilakukan lebih mirip menentukan peta komunitas termasuk peta posisi masing-masing aktor di dalam komunitas. Wawancara yang dilakukan juga khas karena utamanya untuk menjelaskan dan meletakkan pengalaman semua pihak melihat perubahan yang dialami masyarakat ke dalam konteks yang lebih luas. Wawancara untuk mengetahui nilai bari pun dipahami didalam beragam kultur 4 . Oleh karena itu wawancara lebih banyak dilakukan tidak berstruktur dan informal dan dilakukan sealami mungkin 5 . Mengikuti Fetterman, dianjurkan strategi wawancara yang baik perlu memiliki respek terhadap masyarakat yang sedang diteliti. Kedua memiliki tidak melakukan interogasi atau pun juga mengkritisi praktek kulturalnya. Strategi selanjutnya membangun suasana yang nyaman dan menghindari manipulasi dalam mencari informasi. Wawancara juga jujur dan tidak menekan orang yang sedang kita wawancarai 6 . Walau pun sebagai warga masyarakat tempatan, ajuran ini tetap ditikuti. Oleh karenanya, pengambilan data lapangan dan wawancara dilakukan tidak hanya di rumah para informan atau responden, melainkan juga dilakukan ketika mereka ada di lahan kebun kelapa. Malahan, prosesnya bersamaan dalam kegiatan mabari yang dilakukan bersama-sama para petani kelapa.

3.4. Analisa Data