Biasanya harga kopra yang dibeli oleh pembeli non Cina dalam satu kilogram dihargai dengan sembilan ratus rupiah maka, pada orang Cina berani mengambil
dengan harga seribu per kilogram. Perbedaan harga hanya seratus rupiah, namun sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka.
Selain soal harga yang berbeda, alasan adalah karena mereka orang cina mempunyai kepedulian dan perhatian yang cukup pada petani kelapa di
Desa Susupu. Radjab bercerita pada bulan Juni 2008 dia sudah melaksanakan kegiatan panen kelapanya, namun pada bulan Juli uang yang didapat dari hasil
penjualan kopranya telah dipakai habis untuk memperbaiki kondisi rumah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya. Pada saat yang bersamaan
anaknya yang masih duduk di bangku kuliah membutuhkan uang untuk membayar iuran SPP. Untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya, dia tidak
meminta kepada keluarganya, namun dia hanya mengungkapkan keluhan anaknya atas kebutuhan SPP anaknya kepada sesama petani kelapa yang
kebetulan berbatasan dusun kelapa dengannya yaitu Amir. Keluhan itu pun terdengar sampai ditelinganya Om Hui
3
. Om Hui datang di rumah Radjab pada pagi hari dan langsung menanyakan kebutuhannya untuk dapat memenuhi biaya
SPP anaknya. Radjab mengutarakan masalahnya dan pada saat itu juga Om Hui membantu untuk meringankan masalah dan beban akan kebutuhan biaya
pendidikan anaknya. Akan tetapi, pertolongan orang cina itu tidak secara gratis didapatkan.
Ada perjanjian atau kontrak, jika tiba saatnya kelapa di panen, hasilnya dalam bentuk kopra harus dijual kepada orang cina. Setelah dijual, uang dari hasil
penjualan kopranya kemudian dipotong sebagai pengganti uang yang dipinjamkan. Berbeda halnya dengan pembeli non Cina, tidak pernah membantu
mereka atau sekedar melihat mereka ketika dalam keadaan susah. Bagi pedagang pembeli kopra pribumi, ada upaya dan keinginan untuk
membantu kebutuhan-kebutuhan mendesak para petani seperti yang dilakukan oleh orang Cina Om Hui, namun karena keterbatasan modal yang dimilikinya.
6.7. Hak dan Akses Sumberdaya Alam
Sebelum melanjutkan pembahasan kita mengenai proses produksi yang lebih jauh, ada baiknya kita berangkat dari dua hal yang mendasar dalam
3
. Om Hui adalah nama salah satu pedagang pembeli kopra yang berdomisili di Desa Susupu yang berketurunan cina. Dia telah hidup dan dibesarkan didesa ini. Disamping sebagai pembeli kopra,
kesehariannya sebagai pedagang sembilan bahan pokok dan lain sebagainya.
pembahasan mengenai manusia dan relasinya terhadap resources atau sumber daya. Konteks pertama adalah mengenai Hak Right dan kedua adalah Access
akses. Kita perlu meletakkan cara pandang terhadap relasi manusia dengan
sumber daya ke dalam cara pandang komprehensif mengenai landscape kawasan sosial, yang berarti meletakkan alamsumber daya dalam satu
kesatuan ekosistem bersama manusia. Sumber daya sesungguhnya terletak di dalam relasi sosial antara alam dan manusia, serta relasi antar manusia terhadap
alam. Relasi antar manusia terhadap alam berada dalam konteks mengenai pengakuan sosial atas kepenguasaan seseorang atas sumber daya alam,
4
maupun konteks berlangsungnya transaksi sosial ekonomi terhadap sumber daya. Pernyataan hubungan sumber daya dan manusia ada pada pernyataan
mengenai hak dan tindakan membangun akses mengambil kemanfaatan oleh manusia terhadap sumber daya. Sementara relasi sosialnya berlangsung dalam
pengakuan sosial baik
dari pemerintah
maupun masyarakat atas
kepenguasaan maupun kepemilikan individual maupun kolektif dan kemanfaatan atas transaksi sosial ekonomi terhadap sumber daya tersebut.
5
Di sanalah konteks pokok konsep dari hak terhadap sumber daya alam. Oleh karena itu dalam konteks hak atas tanah dari para petani kelapa tersebut,
pengakuan sosial terhadap penguasaan serta kepemilikan dari seseorang merupakan dasar hak yang sesungguhnya.
N sebagai informan menjelaskan lebih lanjut mengenai hak atas sumber daya itu, sebagai bundle of right, terpetakan dalam beberapa ciri kategori
kemanfaatan yang dapat diambil oleh yang bersangkutan. Sebagaimana dituturkan Rjb dan beberapa petani kelapa lainnya, termasuk ditegaskan oleh
Kepala Desa Lako Akelamo, bahwa masyarakat hanya memiliki sertifikat tanah dan rumah. Namun mereka tidak memiliki sertifikat kebunlahan kelapa, Untuk
itu, masyarakat perlu melihatnya dari sudut pandang hak right dalam definisi sebagai pengakuan sosial atas pernyataan klaim seseorang dalam mengambil
kemanfaatanmenggunakan resources. Bahwasanya pengakuan sosial tersebut belum diformalisasi ke dalam bentuk pengakuan oleh negara berupa selembar
surat kepemilikan sertifikat kepemilikan, bukanlah suatu masalah yang meniadakan hak dari para petani tersebut.
4
Meminjam pernyataannya Neil Meyer dalam introduction to Property Righat.
5
Masih meminjam Neil Meyer.
Dalam pembicaraan mengenai hubungan manusia dan sumberdaya alam, kategorisasi hak right adalah juga sesuatu konsep yang mendasar, yang
akan mempengaruhi relasi sosial antar manusia dalam hubungan terhadap sumber daya yang dimaksud. Ini adalah kategorisasi yang mendasar dalam teori
property right. Dalam teori property right, konsep hak juga dipengaruhi oleh karakteristik sumber daya. Meminjam pernyataan dari George Mc Dowell, bahwa
atribut dari benda sumber daya alam membuat perbedaan yang sangat kuat dalam hubungan antar orang dan hak-hak kepemilikan dan digunakan dalam
hubungan antar manusia. Atribut yang berbeda akan menghasilkan tipe yang berbeda dari ketergantungan tersebut, dan juga menghasilkan pilihan-pilihan
berbeda dari hak-hak kepemilikan. Oleh karena itu maka dalam pembicaraan ini menjadi tepat kalau kita membahas terlebih dulu mengenai karakter sumber daya
alam dalam hubungannya dengan pernyataan hak dan akses. Karakteristik sumber daya di sini adalah bentang alam berupa dataran
rendah, yang terpetak-petakkan dalam bentuk kebun yang ditumbuhi kelapa. Masing-masing petani menandai batas-batas lahannya dengan tanaman lain
seperti pohon durian, atau batas alam seperti sungai. Tidak semua orang bebas mengambil kemanfaatan dari kebun kelapa. Setiap yang ditanam seperti kelapa,
pisang, kasbi, pala, dll, hanya dimanfaatkan oleh pemiliknya, orang lain yang menginginkan mengambil kemanfaatan dari kebun tersebut hanya dapat
mengambilnya dengan seijin si pemiliknya. Melihat dari setiap kategori sebagaimana yang diperlihatkan dalam tabel
sebelumnya, maka tampak jelas bahwa karakteristik fisik sumber daya menunjang bentuk-bentuk pemanfaatan tertentu sebagaimana kategori dalam
tabel, menunjukkan bahwa hak atas sumber daya yang ada merupakan private property right, kepemilikan individual, bukan common property right kepemilikan
bersama atau open access of property right kepemilikan terbuka. Bahwa pengelolaan kebun dilakukan bersama-sama itu hanya menunjukkan kategori
management kelola bukan right hak. Berbeda sekali dengan laut di ujung Desa Susupu, yang secara
mendasar karakteristik sumber dayanya berupa laut, terbuka bagi siapa saja untuk mengambil kemanfaatan atas sumber daya laut. Yang menjadi private
kemanfaatannya adalah ketika ikan sudah ditangkap oleh nelayan, dan hanya dapat diambil kemanfaatannya oleh orang lain melalui transaksi.
Hak atas sumber daya yang masuk dalam kategori private property right berpindah pada orang lain melalui transaksi tradable, dalam hal ini transaksi
jual beli. Hal ini pun dapat terjadi di masyarakat petani kelapa Susupu, sebagaimana disampaikan Rajab bahwa peralihan kebun dapat dilakukan
dengan jual beli, buktinya adalah kwitansi penjualan, dan surat keterangan jual beli yang diketahui pihak desa.
Setelah bicara mengenai hak maka kita perlu bicara mengenai akses. Berbeda dengan hak yang berkutat pada masalah kemanfaatan benefit atas
sumber daya yang mendapat pengakuan sosial, maka akses ada pada pembahasan mengenai kontrol atas sumber daya, orang, dan institusilembaga,
sebagaimana dijelaskan oleh Nancy Lee Peluso dalam The Theory of Access.
6
Tema akses dengan demikian merujuk pada isu kekuasaan atas sumber daya, orang, maupun institusilembaga.
Dalam konteks ini mengacu pada subjek yang memiliki kekuasaan power atas sumber daya, orang, dan institusi. Mereka yang mengontrol pasar
yaitu para pengumpulpembeli kopra memiliki kuasa kontrol yang lebih besar kepada para petani kelapa terutama dalam menentukan harga. Untuk mengikat
hubungan produksi dengan para petani mereka tak jarang juga melibatkan diri dalam persoalan sosial lainnya, misalnya tolong-menolong keuangan, yang
walaupun pada dasarnya itu hanya hubungan pinjam-meminjam akan tetapi memiliki arti sosial yang besar bagi para petani dan karenanya hubungan sosial
itu juga mempererat hubungan ekonomi produksi.
6.8. Ikhtisar